Anda di halaman 1dari 18

NEONATUS HIPERBILIRUBIN

Rahayu Mustafa
2012730080

Pembimbing :dr Mahesa SpA, M. Kes


DEFINISI
Merupakan salah satu
fenomena klinis yang
ditemukan pada bayi
baru lahir, yang
menyebabkan bayi
terlihat kuning,
keadaan ini timbul
akibat akumulasi
pigmen bilirubin
EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 85% bayi
cukup bulan yang
kembali dirawat pada
minggu awal
kehidupannya
disebabkan oleh
keadaan ini. Pada bayi
prematur resikonya
lebih tinggi mengalami
hiperbilirubinemia.
ETIOLOGI
1. Produksi yang berlebihan
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi
hepar
3. Gangguan transportasi
4. Gangguan dalam eksresi
KLASIFIKASI
IKTERUS FISIOLOGI IKTERUS PATOLOGI
1. Timbul pada hari kedua-ketiga. 1. Ikterus yang terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan.
2. Kadar bilirubin indirek (larut dalam
lemak) tidak melewati 12 mg/dL 2. Ikterus dengan kadar bilirubin
pada neonatus cukup bulan dan melebihi 12mg/dL pada neonatus
10mg/dL pada kurang bulan. cukup bulan dan 10mg/dL pada
neonates lahir kurang
3. Kecepatan peningkatan kadar
bulan/premature.
bilirubin tidak melebihi 5 mg/dL
per hari. 3. Ikterus dengan peningkatan
bilirubun lebih dari 5mg/dL per
4. Kadar bilirubin direk (larut dalam
hari.
air) kurang dari 1mg/dL.
4. Ikterus yang menetap sesudah 2
5. Gejala ikterus akan hilang pada
minggu pertama.
sepuluh hari pertama kehidupan.
5. Ikterus yang mempunyai
6. Tidak terbukti mempunyai
hubungan dengan proses
hubungan dengan keadaan
hemolitik, infeksi atau keadaan
patologis tertentu.
patologis lain yang telah diketahui.
Globin

Heme Biliverdin Bilirubin


indirect

Fe

CO

Bilirubin+albu
min
Siklus
Enterohepatik

Bilirubin
monoglukoronida
Ligadin
(protein Y)

Urobilinogen
Bilirubin
diglukoronida
Diagnosa
Anamnesis
Riwayat kehamilan dengan komplikasi(obat-
obatan, ibu DM, gawat janin, malnutrisi
intrauterine, infeksi intranatal)
Riwayat persalinan tindakan/komplikasi
Riwayat ikterus/terapi sinar/transfusi tukar
pada bayi sebelumnya
Riwayat inkompatibilitas darah
Riwayat keluarga yang menderita anemia,
pembesaran hepar dan limpa
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
Pucat Bilirubin Total dan direct
Petekie Golongan darah (ABO,
Ekstravasasi darah Rh)
Memar kulit
Test Antibody direct
Hepatosplenomegali
(coombs)
BB menurun
Adanya dehidrasi Serum Albumin
Pemeriksaan darah tepi
lengkap dengan hitung
jenis dan morfologi
Urinalisis
DIAGNOSIS

PERKIRAAN KADAR
DERAJAT
BILIRUBIN RATA-RATA
DAERAH IKTERUS
ATERM PREMATURE
IKTERUS
(gr/dl) (gr/dl)
1 Kepala sampai leher 5,4
2 Kepala, badan, sampai umbilikus 8,9 9,4
3 Kepala, badan, paha, sampai umbilikus 11,8 11,4
Kepala badan ekstremitas sampai dengan
4 15,8 13,3
pergelangan tangan dan kaki
Kepala, badan semua ekstremitas sampai
5 - -
ujung jari
DIAGNOSIS
TERAPI
Bilirubin <24 jam 24-48 jam 49-72 jam >72 jam
serum
(mg/dl) <2500 >2500 <2500 >2500 <2500 >2500 <2500 >2500

<5 Tidak perlu terapi-observasi

5-9 Terapi Sinar bila hemolisis

10-14 Tranfusi tukar Terapi Sinar


bila hemolisi

15-19 Tranfusi Tukar Terapi sinar

>20 Tranfusi tukar


TERAPI SINAR
Observasi berkala
Bila kadar bilirubin tidak turun atau malah
mendekati kadar tranfusi tukar maka
lakukan tranfusi tukar
Bila kadar bilirubin total kurang dari 13-14
mg/dL hentikan FT
Pemeriksaan bilirubin ulangan
Paling efisien adalah sinar biru (425-475
nm)
Transfusi Tukar

Volume Ganda
Transfusi Tukar
2 X 85 mL/ kg

Partially packed
Red Blood Cells Produk sisa
FARMAKOTERAPI
Imunoglobulin intravena
Fenobarbital
Metalloprotoprophyrin dan protoporphyrin
Tin-protoporphyrin (Sn-PP)
Inhibitor -glukoronidase
PENCEGAHAN
PRIMER SEKUNDER
Menganjurkan ibu untuk Wanita hamil harus
menyusui bayinya paling
sedikit 8 12 kali/ hari diperiksa golongan
untuk beberapa hari darah ABO dan
pertama. rhesus
Tidak memberikan cairan
tambahan rutin seperti Memastikan bahwa
dekstrose atau air pada semua bayi secara
bayi yang mendapat ASI rutin di monitor
dan tidak mengalami
dehidrasi. terhadap timbulnya
ikterus.
Komplikasi
Kern Ikterus atau ensefalopati bilirubin
Bentuk akut :
Fase 1(hari 1-2): menetek tidak kuat, stupor, hipotonia,
kejang.
Fase 2 (pertengahan minggu I): hipertoni otot
ekstensor, opistotonus, retrocollis, demam.
Fase 3 (setelah minggu I): hipertoni.
Bentuk kronis :
Tahun pertama : hipotoni, active deep tendon reflexes,
obligatory tonic neck reflexes, keterampilan motorik yang
terlambat.
Setelah tahun pertama : gangguan gerakan
(choreoathetosis, ballismus, tremor), gangguan
pendengaran.
Kepustakaan
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Volume 1 edisi 15. EGC. Jakarta:
2000

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buka Ajar Neonatologi edisi pertama.


Jakarta: 2008.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas


Padjajaran, RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pedoman dan
Diagnosis Terapi edisi ke-3. Bandung: 2005.

Herman, Dicky Pribadi. Pediatrik Praktis edisi 3. Bandung: 2007.


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai