Anda di halaman 1dari 61

Kelembagaan Dalam

Pembangunan Ekonomi

.
Mainstream Economics

• Institusi dianggap sebagai variabel non-


ekonomi dan diasumsikan tidak berubah
(asumsi ceteris paribus)

• Institusi tidak dianalisa sebagai variabel


sebab atau akibat dari fenomena ekonomi

• Pasar diasumsikan hanya digerakkan oleh


hukum supply dan demand
Why Institution Matter?
• Mainstream economics gagal menjelaskan dan
memprediksi fenomena ekonomi riil:

– Proses pertumbuhan di negara berkembang  institusi berbeda

– Kejatuhan Soviet Union  absennya institusi dasar kapitalisme


(property rights & hukum kontrak)

– Tingginya biaya koordinasi dalam produksi & distribusi dalam


ekonomi modern  fokus hanya kepada masalah produksi dan
distribusi

– Dominasi biaya transaksi dalam sektor jasa yang memegang


peran penting dalam ekonomi
Institusi
• Definisi umum:
“Humanly devised constraints that structure political, economic and
social interaction” (North 1991).

• Jenis:
1. Batasan informal (informal contraints): sangsi, kebiasaan, adat,
norma, dll.
2. Batasan formal (formal constraints): konstitusi, hukum, hak
kepemilikan, peraturan, dll.

• Fungsi:
- membawa keteraturan dan meminimalkan ketidakpastian
dalam hubungan/interaksi dan pertukaran.
- meminimalkan perilaku oportunistik
- menyediakan struktur insentif bagi ekonomi.
BENTUK KELEMBAGAAN

NORMA-KONVENSI

ATURAN MAIN
(HUKUM)

PENGATUR HUBUNGAN
KEPEMILIKAN
NORMA-KONVENSI

BENTUK : PERANGKAT yang dihasilkan berdasarkan


KONSENSUS atau POLA TINGKAH LAKU yang
DISEPAKATI BERSAMA

DASAR PERTIMBANGAN : Nilai-nilai yang berlaku (value)

TUJUAN : Dari pelaksanaan NORMA dan KONVENSI


diharapkan dapat terjadi KETERATURAN dan
KETERDUGAAN (Predictable)

CARA PELAKSANAAN : untuk menjalankannya


diperlukan adanya asas RECIPROCITY dan SOLIDARITY
ATURAN MAIN
(HUKUM)

BENTUK : ATURAN MAIN, biasanya lebih


FORMAL (ditegakkan pemerintah)

DASAR : memberi KEBEBASAN (liberation) dan


LARANGAN (constraint).

TUJUAN : memberikan PERLINDUNGAN/HARAPAN


dan SANKSI terhadap individu dan kelompok dalam
menentukan pilihannya

CARA PELAKSANAAN : memerlukan PEMAHAMAN


BERSAMA tentang alat-alat untuk menyelesaikan
pertentangan (konflik).
PENGATUR HUBUNGAN KEPEMILIKAN
BENTUK : perangkat sosial yang mengatur :

1) kepemilikan Individu atau kelompok


2) Obyek nilai bagi pemilik dan orang lain
3) Orang atau pihak lain yang terlibat dalam suatu
kepemilikan.
TUJUAN : mengatur hubungan kepemilikan (property relations)

UNSUR Hak Kepemilikan (Property Right):


a. Hak eksklusif untuk menggunakan sumber daya
b. Hak untuk memperoleh jasa/ benefit dari sumber
daya tersebut
c. Hak untuk menukarkan sumberdaya sesuai
kesepakatan
ISU-ISU KELEMBAGAAN
1. Principal-Agent Problems : keuntungan yang tidak adil
antar mereka (misalnya agen dapat keuntungan lebih
banyak). Dapat terjadi moral hazard, adverse selection,
terjadi karena ketidaksempurnaan pasar dan informasi
asimetris.
2. Biaya Transaksi : biaya-biaya untuk memperoleh
kepemilikan atas suatu sumber daya.
3. Kepastian property right, misalnya HAKI
4. Kerangka persaingan usaha
5. Privatisasi
6. Penyaluran ketidakpuasan (exit and voicing) ; customer
service, YLKI
7. Kompensasi, atas hal negatif yang dialami yang
disebabkan oleh pihak lain.
Peran institusi dalam ekonomi

• Mendorong terjadinya kesepakatan untuk melakukan


transaksi/pertukaran
- Analisa game theory: individu dengan motivasi maksimisasi
akan memilih untuk bekerjasama (cooperate) saat “permainan”
itu akan berulang, ada informasi yang lengkap tentang pemain
(player), dan jumlah pemain yang kecil.

• Institusi dan pengawasannya mempengaruhi biaya transaksi


- Institusi yang efektif mendorong terjadinya kerjasama,
mengurangi biaya transaksi (dan biaya produksi/transaksi)
Institusi dalam analisa Ekonomi Neoklasik
• Economics as a science of means-ends relationships, with the
choice of ends (preferences) being of no account (Robbins, 1932).

• Economics as a science of prediction and testing


- “Invisible Hand” dalam teori general equilibrium Adam Smith,
yang merupakan preferensi, teknologi, property rights dan
institusi dianggap “given.”
- Tidak menjawab bagaimana “Invisible Hand.”

• Asumsi “Economic Man” mengesampingkan kenyataan


kompleksitas perilaku manusia
“Simplifying Assumption”
dalam Ekonomi Neoklasik
• Agen ekonomi memiliki informasi yang sempurna

• Seseorang akan mencapai tujuannya dengan rasional dan akan


berusaha untuk memaksimalkan profit (berdasarkan budget
constraints)

• Membuat representasi dari rumahtangga, produser-investor, dan


pemerintah

• Transaksi di pasar tanpa friksi (tidak ada masalah koordinasi) dan


tanpa biaya
Axiom dalam perilaku rational choice
dalam Ekonomi Neoklasik
• Axiom 1: Completeness
There is no indecision: the individual can always compare (i.e.
stated his/her preference) between two distinct bundle of
consumptions

• Axiom 2: Reflexivity
The individual can always compare (i.e. stated his/her preference),
and the similar bundle of consumption is at least as good as itself.

• Axiom 3: Transitivity
The individual preference is internally consistent. Thus, when one say A
is preferred to B, and B is preferred to C, he/she will not say that C is
preferred to A.
Axiom dalam perilaku rational choice
dalam Ekonomi Neoklasik
• Axiom 4: Non-Satiation
If a consumption bundle X consist of at least more than one good than
X’, and no less of any other consumption bundle X’, then X is always
preferred than X’ (more is better than less)

• Axiom 5: Continuity
If an individual prefers A to B, then any closed set of
consumption bundle closed to A would also be preferred to B

• Axiom 6: Strict Convexity


The consumption of more of both goods (variety) induces
higher utility than more of one single good”
Sejarah Perkembangan
Ekonomi Kelembagaan
• Ekonomi Kelembagaan mencoba memasukan isu-isu
kelembagaan (institutions) dan perubahan kelembagaan
(institutional change) kedalam teori-teori ekonomi.

• Upaya untuk memperluas konsep perilaku manusia


(behavioral foundation) dalam ilmu ekonomi untuk mencakup
faktor-faktor “non-ekonomi” seperti:
- Imperfect information
- Social institutions (value, habit, routine, etc)  mempengaruhi
biaya produksi dan transaksi dalam ekonomi.
Sejarah Perkembangan
Ekonomi Kelembagaan
• Upaya ini dianggap membuat teori ekonomi menjadi lebih realistis
 dasar filosofi “Realism” yaitu anggapan bahwa “science primarily
aims at formulating true, explanatory theories.”

• Kritik terhadap asumsi perilaku manusia dalam ekonomi neo-klasik:


unrealistic. Realitas ekonomi dalam masyarakat sangat kompleks
sehingga kurang dapat dijelaskan oleh asumsi yang
disederhanakan: rational economic actor.

• Ekonomi kelembagaan mencoba mencari “the truth about the world”


dengan mencoba melonggarkan (relaxed) asumsi dasar “rational
man” untuk mengakomodasi fakta-fakta seperti keterbatasan
informasi kedalam asumsi perilaku manusianya.
Institusi dalam ilmu ekonomi

• American institutionalist: Veblen, Mitchell, Commons,


Ayres.
• Classical economists: Adam Smith, J.S. Mill.
• German, English and American historical school: Marx
(other Marxian).
• Austrian school: Menger, von Wieser, Hayek.
• Evolutionist economists: Schumpeter.
• Neoclassical: Marshall.
Institusi dalam ilmu ekonomi

• American institutionalist: Veblen, Mitchell, Commons,


Ayres.
• Classical economists: Adam Smith, J.S. Mill.
• German, English and American historical school: Marx
(other Marxian).
• Austrian school: Menger, von Wieser, Hayek.
• Evolutionist economists: Schumpeter.
• Neoclassical: Marshall.
2 Tradisi Pemikiran Kelembagaan
dalam ilmu Ekonomi

• Old Institutional Economics (OIE)


Berusaha menggantikan kerangka teori Ekonomi Neoklasik dengan
kerangka teori yang baru, yaitu yang memperhitungkan variabel
institusi

• New Institutional Economics (NIE)


Berusaha memasukkan variabel institusi kedalam kerangka teori
Ekonomi Neoklasik

* Perbedaan kedua aliran pemikiran ini dapat dipelajari lebih lanjut di:
Rutherford, Malcolm. 1996. Institutions in Economics: The Old and New
Institutionalism, Cambridge University Press, Cambridge.
Focus of Research Programs
OIE NIE
1. Investigates the effects of new 1. Property rights (Demsetz, Alchian)
technology on institutional schemes and common law (Posner).
and the way in which established 2. Public choice processes, including
social conventions and vested rent seeking and the activities of
interests result such change  distributive coalitions (Olson,
Thorstein Veblen, Clarence Ayres. Mueller).
2. Concentrates on law, property rights 3. Deals with organization, includes the
and organizations, their evolution and agency theory (Jensen and
impact on legal and economic power, Meckling), transaction costs (Coase,
economic transactions, and the Williamson)
distribution of income (institutions are 4. The use of game theory to model
seen as the outcome of formal and action within given institutional
informal process of conflict situations (Shubik); The evolution of
resolution)  John Commons, the social institutions themselves
Warren Samuels, Allan Schmid (Schotter)
(Commons tradition has closer links 5. Economic history (Douglas North).
with the NIE, although still differs in
6. Austrian and neo-Schumpeterian
significant way).
efforts to explain various types of
institutional development in invisible-
hand or evolutionary terms (Hayek,
Methodological & Theoretical Approach
OIE NIE
1. Anti – formalist 1. Formalist
2. Holist 2. Individualist
3. Behaviorist (rule 3. Rational choice
following) 4. Collectivist
4. Evolutionary and 5. Non interventionist
invisible hand
5. Interventionist
Criticism
OIE NIE
NIE (neoclassical and Austrian) OIE criticizes NIE for its:
criticizes OIE for its:
1. lack of theory 1. theory is often too abstract and
2. tendency to argue in holistic formal
terms rather than individualistic 2. adopts an extreme, reductionist,
terms version of individualism
3. use of a behavioristic rather than 3. view individual as overly rational
rational choice framework and overly autonomous being;
4. failure to appreciate the constrained but not otherwise
importance of unintended and influenced by his institutional and
evolutionary process in social setting
institutional development as 4. use of orthodox welfare criteria
opposed to processes of are not appropriate for appraising
collective decision making in institutional change
institutional design.
2 Asumsi dasar perilaku manusia
dalam New Institutional Economics

1. Bounded rationality
Human behaviour that is “intendedly” rational, but only limitedly so
(Simon, 1961, p. xxiv)

2. Opportunism
Economic agents are guided by considerations of self-interest to
make allowance for strategic behavior
Bounded Rationality
Perilaku rational choice tidak realistis karena:

• Kompleksitas
– Agen ekonomi tidak dapat memprediksi segala kemungkinan
pilihan yang ada

• Uncertainty
– Ketidakpastian lingkungan tidak dapat diperhitungkan

• Language
– Keterbatasan agen ekonomi dalam mengartikulasikan
pengetahuan dan perasaannya melalui kata, angka atau grafis
membatasinya untuk dapat dimengerti sepenuhnya oleh orang
lain
BOUNDED/LIMITED RATIONALITY
(Herbert Simon)

• Menggantikan konsep “economic man” menjadi “administrative man”


– Model umum dari rational choice gagal melihat bukti empiris dari proses
pengambilan keputusan.
– Evaluasi atas seluruh alternatif dilakukan sebelum melakukan pilihan
– Fakta: alternatif pengambilan keputusan sering dilakukan berurutan
(sequentially)

• Global/substantive rationality vs limited/procedural rationality


– Simple pay-off function vs. partial ordering pay-off
– Information gathering problem & mental map: seek for “best” vs. seek for “good”
– Rational vs. reasonable

• Seorang individu tidak selalu tahu segala biaya (pay-off) dari seluruh
alternatif pilihan yang ada, dan tidak memiliki kemampuan untuk
membandingkan berbagai variasi pay-off yang ada.

• Isu:
– bagaimana seseorang bertindak rasional dalam situasi ini?
– Perilaku yang “intendedly” rasional
BOUNDED RATIONALITY…
• Agen ekonomi yang “rasional tapi terbatas” (bounded rationality):
– Akses terhadap informasi yang terbatas
– Kapasitas komputasi yang terbatas

• Perilaku rasional dalam konteks situasi tertentu


– Pilihan-pilihan/preferensi ada dalam kondisi yang tidak tetap
(uncertainty)
– Perlu melihat proses dari pilihan rasional itu, bukan hasilnya
(rasionalitas dari maksimisasi kepuasan).

• Lack of knowledge/limited information


– Ketidaktahuan tentang masa depan  membuat keputusan dengan
perkiraan akan masa depan.
– Ketidaktahuan tentang perilaku partner dalam kegiatan ekonomi
(cooperatif/tidak).
– Keterbatasan pengetahuan/informasi mempengaruhi masalah
koordinasi
Kontroversi dalam paradigma Optimization
(Problem of Self Reference)

• Skandal dalam teori ekonomi: teori persaingan tidak sempurna


– Dalam kondisi pasar hanya ada sedikit supplier, maka konsep profit-
maximization tidak berjalan sempurna.
– Pilihan yang seharusnya rasional secara mendasar tidak bekerja
– Pilihan salah satu agen ekonomi sangat bergantung dengan pilihan
agen lainnya
– Tidak ada yang membuat pilihan tanpa membuat asumsi atas
bagaimana agen lainnya akan memilih.

• Dalam pasar oligopoli equilibrium terjadi sebagai hasil dari interaksi


antara ‘profit max’ firms  anomaly
• Segala usaha untuk menjelaskan hal ini dari perspektif substantive
rationality hanya bersifat ad hoc.
Kontroversi dalam paradigma Optimization
(Problem of Self Reference)

Kesimpulan:

• Mustahil seorang agen ekonomi memperoleh informasi yang


sempurna (perfect knowledge/information)

• Keputusan seorang agen ekonomi: tidak sempurna (imperfect


decision)

• Karena informasi ekonomi diperoleh dengan biaya

• Kapasitas untuk membuat keputusan juga merupakan sumberdaya


langka  memerlukan biaya
Opportunism

• Perilaku yang dapat menghasilkan ekspektasi yang


salah atau kosong sehingga keuntungan individu dapat
terealisasi

• Keuntungan (advantage) diperoleh dari:


– Kondisi produktif yang unik yang telah ada sebelumnya (pre-existing
condition)
– Adanya informasi yang terbatas atau terdistorsi
– Perjanjian yang tidak dapat dipercaya tentang perilaku di masa depan
– Termasuk juga manipulasi strategis tentang informasi atau
misrepresentation of intention

• Tidak dapat menjamin self-enforcing commitments


Perilaku “Rule Following”

• Teori rational choice gagal untuk memperhitungkan elemen dasar


dari kehidupan masyarakat:
– Kebiasaan
– Rutinitas

• Pengalaman yang berulang merupakan “trial & error”

• Agen ekonomi melakukan pilihan berdasarkan pengalaman yang


paling “memuaskan”

• Repetisi  kebiasaan dan rutin  pelajaran dan harapan

• Pengetahuan yang terbatas + kebiasaan & rutin = rasional


Perilaku “Rule Following”…

• Teori rational choice


– Maksimisasi terjadi dalam situasional/case by case maximization

• Bounded/procedural/adaptive rationality:
– Ada situasi yang berulang (recurring situation)
– Ada perilaku yang teratur (behavioral regularities)
– Pilihan berdasarkan pengalaman di masa lalu
– Keterbatasan informasi dan kapasitas reasoning membuat agen
ekonomi memilih untuk mengikuti kebiasaan (follow rules)

• Agen yang “tidak sempurna”: tidak sempurna dalam pilihannya dan


dalam aturan pengambilan keputusan yang dipakainya (masalah
kompetensi).

• Aturan/kebiasaan memfasilitasi pembuatan keputusan dalam situasi


yang kompleks
Metodologi Ekonomi

• Def: “the rationale and the philosophical


assumptions that underlie economics.”

• The foundation of economic theorizing

• Cakupannya:
– Prinsip-prinsip pengujian teori
– Struktur eksplanasi
– Fundamental
Metodologi yang umum dipakai
dalam ilmu ekonomi mainstream:
• Pengujian epistemologi:
– Peran kritis dari bukti empiris negatif dalam pengujian
teori untuk dapat menerima atau menolak suatu teori
ekonomi (rational acceptance)

• Inductive inference
– “the theory of prediction based on observation”
– Penjelasan melalui generalisasi berdasarkan contoh
spesifik/individual
• Contoh: seluruh angsa yang di observasi putih  semua
angsa putih
Poperian Dominance dalam Ekonomi

• Poperian Mainstream dalam Metodologi


Ekonomi

– Prinsip Poperian: hold in economics

– Metodologi falsifikasi: apakah teori ekonomi


dapat difalsifikasikan

– Refutable implication
Lakatosian mainstream
Methodology of Scientific Research Program:
– Hard core
(a set of irrefutable proposition)
– Protective belt
(successive auxiliary and refutable hypotheses)
– Heuristics
(a set of suggestion on how to develop the program)

Teori berkembang saat hard core tidak ditolak:


• Saat menemukan sesuatu yang baru atau tak terduga -- theoretical
progressive

• Saat data mendukung (corroborate) – empirically progressive


Issues
• Konsep ad hoc tidak dapat terjawab (mis.
Perilaku rational choice dalam pasar oligopoli)

• Bagaimana sebenarnya teori dapat berkembang


(theoretical development) – apakah hanya
dengan empirical falsification?

• Bagaimana menjawab konsep ad hoc?


Metodologi Ekonomi Kelembagaan
• Bagaimana memasukan institusi dalam penelitian ekonomi

• Bagaimana memasukan institusi dalam membangun teori ekonomi:


– Logika dari tindakan kolektif
– Sistem peraturan politik
– Institusi dari perusahaan bisnis

• Pendekatan evolusi (Nelson & Winter), Principal-agency teory


(Jensen & Meckling), pendekatan game teori, pendekatan biaya
transaksi (Williamson 1975, 1985, dan North 1990).

• Agenda baru: upaya untuk memasukan institusi dalam perumusan


teori ekonomi:
– Oposan
– Memasukan institusi kedalam kerangka teori ekonomi yang sudah ada
– Membangun teori tentang institusi terlepas dari batasan teori ekonomi
yang ada
Realism dalam Ekonomi Kelembagaan

• Fokus: pengujian teori dan eksplanasi


teori

• Apa yang perlu diperhatikan dalam


membangun teori institusi dalam konteks
teori ekonomi
– Apa dasar konseptual
– Apa dasar teori
– Apa dasar permasalahan empirisnya
Karakteristik Metodologi Ekonomi Kelembagaan
• Williamson (NIE)
– Ada dalam kerangka/trend teori mikro, sejarah ekonomi,
ekonomi property rights, sistem komparatif, ekonomi buruh dan
organisasi industri.
– 3 pandangan dasar:
• Menerima teori mikro – level abstraksi yang tinggi
• (Transaksi sebagai kasus utama/main case)
• Bersifat komplemen (bukan substitusi) terhadap teori mikro

• William Dugger (OIE)


– Penekanan terutama pada peran kekuasaan di ekonomi
– Ada keraguan atas institusi ekonomi yang ada
– Membedakan institusi dari kegiatan teknologi/seremoni/industri
– Memakai pendekatan evolusi (ekonomi sebagai proses
perubahan sejarah) bukan dalam konteks tahapan optimum
– Holism – ekonomi dan perilaku individu dilihat sebagai bagian
dari evolusi budaya
– Versi instrumentalis – ide sebagai instrumen yang dapat
dikoreksi
Karakteristik Metodologi Ekonomi Kelembagaan
• Usulan Uskali Maki:
Setiap upaya penjelasan ekonomi yang melibatkan
institusi/lembaga dalam perannya sebagai eksplanantia atau
explananda atau keduanya, merupakan bagian dari ekonomi
kelembagaan.

• 3 Tema umum program penelitian Ekonomi


Kelembagaan (Richard Langlois):
1. Rasionalitas maksimalisasi yang sempit  rasionalitas yang
realistis
2. Penjelasan ekonomi dengan pendekatan evolusi
3. Selain harga pasar, kegiatan ekonomi juga dikoordinasikan
dengan berbagai institusi lainnya yang perlu dipelajari secara
teoritis.
Usulan Richard Langlois:
tema dan program penelitian
Tema umum: Menolak konsep maksimisasi sempit  rasionalitas riil
Program penelitian: metode analisa situasional dengan asumsi
bounded rational

Tema umum: penjelasan ekonomi harus dinamis/evolusioner


Program penelitian: penjelasan invisible-hand (fenomena ekonomi
sebagai unintended consequences dari aksi individu)

Tema umum: selain harga pasar, aktivitas ekonomi dikoordinasikan


oleh variabel institusi
Program penelitian: institusi sebagai situasi dan institusi sebagai hasil
dari invisible-hand
Definisi Institusi:
• Hayek:
Institution is a result of human action but not of human design.

• Veblen:
An institution is of the nature of a usage which has become axiomatic
and indispensable by habituation and general acceptance.

• Commons:
Institution as collective action – from unorganized custom to the many
organized Going Concern.
• Vanberg:
Institution is systems of interrelated and mutually stabilizing routines.
• Modern game theory:
A social institution is a regularity in social behaviour that is agreed to
by all members of society, specified behavior in specific recurrent
situations (self policed or policed by external authority).
Definisi Institusi:
1. Berkaitan dengan kebiasaan dan tradisi (perilaku yang reguler)
2. Berkaitan dengan aturan normatif yang mengatur perilaku tersebut

Usulan untuk menggabungkan 2 konsep ini:

1. A social institution is a social organization which, through


the operation of tradition, custom or legal constraint, tends
to create durable and routinized pattern of behaviour (Geoff
Hodgson).

2. Membedakan antara “institutional environment” dan


“institutional arrangement” (Davis and North)

3. Membedakan antara institusi internal dan eksternal


(Lachmann)
Hubungan Sebab Akibat Situasional
dalam Teori Ekonomi Kelembagaan

[SA 1] Deskripsi situasi Agen A berada dalam situasi tipe C

[SA 2] Analisa situasi Dalam situasi tipe C, tindakan


yang tepat dilakukan adalah X

[SA 3] Prinsip rasionalitas Agen selalu bertindak secara


tepat atas situasi yang dihadapinya

[SA 4] Penjelasan (maka) A melakukan X


Karakteristik Metodologis Ekonomi Kelembagaan
1. Teoritis dan Ad hoc
OIE: Versi non teoritis dari institutionalism (ad hoc)
NIE: Non ad hoc (theoretical unity and continuity)

2. Storytelling (holistic)
Dalam membangun teori tentang suatu fenomena, fakta, teori dan
nilai-nilai tercampur menjadi satu dalam analisa.

3. Individualism dan holism


OIE: metodologi holism/komprehensif (social entity –
eksplanantia)
NIE: metodologi individualis (individu – eksplanandum)

4. Isu tentang isolasi


OIE: wholist
NIE: isolation
Kontribusi Ekonomi Kelembagaan

1. Menggantikan konsep maksimisasi dari Ortodox


Ekonomi dengan konsep rasionalitas yang lebih luas

2. Komitmen untuk melihat fenomena ekonomi dari


perspektif proses.

3. Memperluas domain studi dari ilmu ekonomi diluar


studi atas institusi pasar.
Pendekatan Interdisiplin dalam Ekonomi

• Menganalisa variable endogen dan eksogen dalam


kerangka teori ekonomi

• Mencoba memasukan variabel-variabel eksogen


tersebut dalam kerangka formulasi teori ekonomi

• Bertujuan untuk mencari pendekatan yang lebih


realistis dan interdisiplin untuk teori ekonomi atau teori
sosial pada umumnya
Faktor Eksogen dalam Ekonomi Neoklasik:
potensi untuk pendekatan interdisiplin
1. Taste dan preferensi
– Dipengaruhi oleh status sosial-ekonomi, pendidikan, status
pernikahan, ukuran keluarga, usia, gender, sosial-budaya, dll.
– Preferensi atas income dan leisure mempengaruhi supply tenaga
kerja
– Pengalaman/pelajaran masa lalu mempengaruhi preferensi

2. Teknologi
– Peran dari perubahan teknologi terhadap kompetisi, gaya
hidup dan pemerintahan

3. Pemerintah
– Pengaruh pemerintah terhadap industri
– Pendekatan pilihan publik
PENERAPAN ANALISIS KELEMBAGAAN PADA
SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA
KEBIJAKAN NEGARA MAJU
• Tahun 2003, subsidi yang diberikan pemerintah AS kepada
petaninya sebesar US$ 1,7 Milyar atau rata-rata US$
232/hektar.

• Pada 30 negara terkaya, subsidi pertanian menyumbang 30


% pendapatan petani dengan total nilai subsidi mencapai US$
280 Milyar.

• Kebijakan bantuan pangan untuk melayani kepentingan


raksasa agrobisnis & perusahaan perkapalan (bantuan
pangan diproduksi, diproses, dan dikapalkan oleh perusahaan
AS).

• GMO (Genetically Modified Organism) yang disalurkan


pada petani miskin.
PERTANIAN INDONESIA SAAT
DIDIKTE IMF & WORLD BANK
• Selama 20 tahun terakhir, pemerintah RI telah
mengadopsi kebijakan pangan ala neo-liberal yang
sangat pro pasar bebas (free-market).
• Kebijakan tersebut berada dibawah arahan dan dikte dua
lembaga keuangan internasional yaitu IMF dan Bank
Dunia.
• Beberapa bentuk kebijakan yang telah diambil antara
lain: penghapusan dan atau pengurangan subsidi,
penurunan tarif impor komoditi pangan yang merupakan
bahan pokok (beras, terigu, gula, dll.), dan pengurangan
peran pemerintah dalam perdagangan bahan pangan
(contohnya merubah BULOG dari lembaga pemerintah
non-departemen menjadi perusahaan umum yang dimiliki
pemerintah).
• Naiknya harga berbagai bahan pangan dalam
kenyataannya relatif tidak meningkatkan kesejahteraan
petani.
• Nilai tambah dari kondisi membaiknya harga bahan
pangan ternyata dinikmati oleh kaum pedagang.
• Penelitian Analisis Rantai Pemasaran Beras Organik
dan Konvensional: Studi Kasus di Boyolali Jawa
Tengah menunjukkan bahwa pihak yang paling banyak
mengambil keuntungan dalam rantai perdagangan
beras adalah pengusaha penggilingan (huller),
pedagang besar dan pedagang pengecer.
• Yang lebih memprihatinkan, sejak program Raskin
diluncurkan pemerintah, penduduk miskin pedesaan
(petani) adalah pihak yang paling banyak menjadi
penerima tetap beras Raskin.
Permasalahan :
• Keterbatasan akses petani terhadap
permodalan dan masih tingginya suku
bunga usahatani.
• Lemahnya kapasitas dan kelembagaan
petani dan penyuluh.
Tantangan :
• Kelembagaan usaha ekonomi produktif
yang kokoh di pedesaan.
• Sistem penyuluhan pertanian yang efektif.
Revitalisasi Kelembagaan Petani
• Pemberdayaan Kelembagaan Petani
• Pemberdayaan Usahatani
Peran penyuluh
 Pemantapan Sistem Penyuluhan Pertanian

55
BLM-PUAP
• Bantuan Langsung Masyarakat –
Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (BLM-PUAP) merupakan upaya
untuk mengatasi keterbatasan permodalan
dan kapasitas petani.
 1 unit Gapoktan dapat menerima 100
juta
DLM LUEP ???
Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan
(DLM LUEP) Memberikan "dana talangan" kepada LUEP utk
meningkatkan kemampuannya dalam membeli gabah/beras
petani sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) dan sebagai
imbalannya LUEP tidak perlu membayar bunga untuk DPM
dana tersebut.
Tujuan :
 Menjaga stabilitas harga gabah/beras yang
diterima petani pada tingkat wajar
 Meningkatkan pendapatan petani padi di wilayah
sentra produksi melalui pengamanan penerapan
HDPP
 Menumbuh-kembangkan kelembagaan usaha ekon
di pedesaan, yg dpt mendorong pertumbuhan dan
menggerakkan perekonomian di pedesaan
• Sasaran utama :
Tercapainya stabilitas harga gabah di tingkat
petani pada tingkat yang wajar.

• Target :
LUEP yang bergerak di bidang perdagangan
gabah petani yang tergabung dalam kelompok
tani yang bermitra dengan LUEP.

• Sasaran Wilayah :
124 kabupaten sentra produksi padi di 15
provinsi (NAD, Sumut, Sumbar, Sumsel,
Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DI. Yogya,
Jatim, Bali, NTB, Sulsel, Kalbar dan Kalsel).
LM3
• Lembaga Mandiri Mengakar pada Masyarakat
• LM3 merupakan program yang menggunakan
pendekatan sistem agribisnis dan prinsip2 agribisnis dg
melibatkan peran masy pedesaaan, shg masy pedesaan
dapat berperan sebagai agen pembangunan di
pedesaan.
• Peran LM3 pada pembangunan pertanian di Indonesia
adalah peningkatan pemberdayaan masyarakat,
peningkatan pemberdayaan sumber daya manusia,
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Lembaga Pembiayaan Pertanian  Renstra (hal 80)
 Tujuan : untuk memberikan layanan dan mempermudah
aksesibilitas petani untuk memperoleh subsidi investasi /
pembiayaan dalam usahatani mereka.
 Adapun program yang tercakup dalam kebijakan ini
antara lain KPEN-RP, BLM-KIP dan KKPE
KPEN-RP
KPEN RP : (Kredit Pengembangan Energi Nabati Revitalisasi
Perkebunan),
Upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui
perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang
didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh
pemerintah dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha
perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembagunan
kebun, pengolahan dan pemasaran hasil.
Fitur Kredit :
 Komoditi yang dibiayai Kelapa Sawit dan Karet
 Luas lahan minimal 2 ha, maksimal 4 ha per petani
 Limit kredit sebesar luas lahan dikalikan satuan biaya per hektar
 Dana sendiri 0%
 Jenis kredit adalah Kredit Investasi
 Suku bunga, setinggi2nya LPS + 5%, suku bunga kepada petani 10%
 Agunan adalah kebun petani plasma yang dibiayai
 Pengelolaan kebun plasma 'single management' dengan kebun inti
 Provisi kredit 0%
BLM – KIP
(Bantuan Langsung Masy utk Keringanan Investasi Pert)
• Fasilitas bantuan investasi yang diberikan bagi
kelompok sasaran yang telah mendapatkan kredit dari
perbankan dan dinilai layak diberi bntuan.
• Maksud dari program ini adalah untuk membantu
kelompok sasaran dengan pemberian tunai untuk
meringankan cicilan kredit dari perbankan atau
lembaga keuangan lainnya.

KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi).


 Model pembiayaan pertanian khusus untuk subsektor
tanaman pangan dan energi.
 Dalam program KKPE, pemerintah memberikan subsidi
bunga dengan tingkat bervariasi bergantung pada
komoditas yang dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai