Anda di halaman 1dari 7

TRANSAKSI YANG BERKAITAN

DENGAN WITHHOLDING TAX


SITI NURFADHILAH ERIANA
PUTRI
WITHHOLDING TAX SYSTEM
Sistem ini merupakan sistem perpajakan dimana pihak
ketiga baik Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib
Pajak Badan Dalam Negeri diberi kepercayaan oleh
peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan
kewajiban memotong atau memungut pajak atas
penghasilan yang dibayarkan kepada penerimaan
penghasilan. Pihak ketiga tersebut memiliki peran aktif
dalam sistem ini, dan fiskus berperan dalam
pemeriksaan pajak, penagihan, maupun tindakan
penyitaan apabila ada indikasi pelanggran perpajakan,
seperti halnya pada self assessment system.
PAJAK PENGHASILAN
WITHHOLDING TAX
Penerapan withholding tax system di Indonesia seperti yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008,
tidak hanya terbatas atas penghasilan dari pekerjaan (employment income)
seperti gaji dan upah (PPh pasal 21); penghasilan dari modal (passive income)
seperti deviden, bunga, sewa dan royalti (PPh pasal 23 dan 26), tetapi juga
diperluas terhadap penghasilan dari usaha (bussines income). Bahkan, terhadap
transaksi yang bukan penghasilan, seperti pembayaran kepada badan-badan
pemerintah dan impor atau kegiatan usaha dibidang tertentu (PPh pasal 22).
Pengaturan atas jenis-jenis penghasilan dan transaksi yang
dikenakan withholding tax tidak seluruhnya diatur oleh Undang-undang PPh,
tetapi banyak didelegasikan kepada Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri
Keuangan dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
PENGARUH PENERAPAN
WITHHOLDING TAX SYSTEM
• Withholding Tax System merupakan cara termudah bagi
pemerintah untuk memungut pajak, tetapi di pihak lain,
yaitu pihak Wajib Pajak, Withholding Tax System ini
menimbulkan beban pemenuhan kewajiban perpajakan (cost
of compliance) yang tinggi, misalnya beban administrasi,
beban sanksi administrasi kalau terlambat memotong
dan/atau menyetorkan, atau alpa tidak/belum
memotong pajaknya pihak lain. Dengan kata lain,
dalam Withholding Tax System ini, Wajib Pajak diwajibkan
untuk memungut dan mengadministrasikan pajaknya pihak
lain (Wajib Pajak lain) yang mana kewajiban untuk
mengadministrasikan pajaknya pihak lain tersebut
sebenarnya adalah tanggung jawab pemerintah (dalam hal
ini wewenang ada pada Direktorat Jenderal Pajak).
• Selain sebagai pembayar pajak, perusahaan
juga sebagai pemotong pajak terhadap pihak
ketiga (withholding tax). Masalah yang sering
kali timbul adalah pihak ketiga tidak bersedia
dipotong pajaknya. Apabila perusahaan tidak
memotong withholding tax, maka perusahaan
akan menanggung akibatnya jika dilakukan
pemeriksaan oleh fiskus karena perusahaan
akan dikenakan kewajiban untuk membayar
withholding tax yang dimaksud ditambah
denda bunga atas keterlambatan penyetoran.
CONTOH KASUS
• PT Semesta menggunakan jasa konsultan
untuk membantu manajemen. Pihak
konsultan menetapkan gajinya sebesar
100.000.000

Anda mungkin juga menyukai