ILMU PERUNDANG-UNDANGAN
KONTRAK PERKULIAHAN
Norma
Norma Moral
Adat
Norma
Hukum Negara
HALAL, MUBAH, SUNNAH, MAKRUH, WAJIB,
NORMA AGAMA HARAM BERSUMBER DARI KITAB SUCI,
HADIS, IJMA ATAU IJTIHAD
2. Suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan
berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai
pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat
hipotetis dan fiktif, yaitu Norma Dasar (Grundnorm).
Norma dibagi menjadi dua jenis ke dalam beberapa jenjang, yaitu
Grundnorm (sebagai jenjang norma paling tinggi) dan Norm (ke dalam
beberapa jenjang norma secara berlapis sampai pada norma yang paling
rendah).
TEORI JENJANG
TEORI ASALNYA
TATA HUKUM
SUMBER HUKUM
(STUFENBAU)
KEDUDUKAN GRUNDNORM MENURUT HANS KELSEN
Grundnorm
Norm
Norm
Norm
Norm
Norm
Norm
Norm
Norm
Norm
Norma
Dasar
Norma Norma
1
Norma Norma
Norma
2
Norma Norma Norma Norma
1. Dinamik Vertikal
2. Dinamik Horizontal
TEORI NORMA HUKUM
NORMA
HUKUM
NORMA
HUKUM
TEORI NORMA HUKUM
Staatfundamentalnorm
Staatgrundgesetz
Formele Gesetz
Verordnung
&
Autonome Satzung
KELOMPOK NORMA
Staatsfundamentalnorm (Norma
KELOMPOK I
Fundamental Negara).
UUD 1945, Maklumat, Dekrit Mengacu kepada TAP Mengacu kepada TAP
Presiden, Supersemar, MPRS No. XX/MPRS/1966 MPR No. III/MPR/2000,
Peraturan Presiden, yaitu UUD 1945, TAP UU No. 10 Tahun 2004,
Penetapan Presiden, UU dan MPR, UU, PERPU, PP, UU No. 12 Tahun 2011,
Peraturan Lainnya KEPPRES, Peraturan yaitu UUD 1945, TAP
Menteri, Instruksi Menteri, MPR, UU, Perppu, PP,
dan lain-lainnya Perpres, Keppres, Perda,
Peraturan Menteri,
Peraturan Gubernur
Peraturan BI, Kapolri,
Peraturan MA, Peraturan
MK, Peraturan Gubernur,
Bupati/Walikota, Peraturan
Desa, dan Peraturan2
Lembaga Negara Lainnya.
TAP MPRS NO. TAP MPR NO. UU NO. 10 TAHUN Pasal 7 ayat (1) UU
XX/MPRS/1966 III/MPR/2000 2004 NO. 12 TAHUN 2011
UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945
TAP MPR TAP MPR UU/PERPU TAP MPR
UU/PERPU UU PP UU/PERPU
PP PERPU PERPRES PP
KEPPRES PP PERDA PERPRES
PERATURAN KEPPRES PERDA PROVINSI
PELAKSANA, PERDA PERDA
- Peraturan Menteri KABUPATEN/KOTA
- Instruksi Menteri
- Dan lain-lainnya
Fungsi Legislasi Orde Lama
1. Meskipun Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mengakhiri berlakunya UUDS 1950 dan sistem
pemerintahan parlementer, fungsi legislasi tetap dilakukan dalam pola pembahasan
bersama antara presiden dan DPR.
4. Pada masa awal kekuasaan Orde Baru ditetapkan TAP MPRS NO.
XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber
Tertib Hukum RI dan Tata Urutan Peraturan Perundangan RI.
JUMLAH KURSI DUKUNGAN TERHADAP PRESIDEN SOEHARTO DI DPR
S
I
Purifikasi Sistem Presidensial
A S
M T 1. Pemilihan Presiden/Wkl.
A E Presiden secara langsung (Psl.
1. HISTORIS 6A UUD 1945).
N M
D 2. SUBSTANTIF 2. Menentukan secara tegas
E P periodisasi jabatan (Psl. 7 UUD
3. FILOSOFIS 1945).
M E
E 4. TEORETIS M 3. Memperjelas syarat dan
N E mekanisme “impeachment” (Psl.
5. YURIDIS
R 7A & 7B UUD 1945)
U 6. POLITIK- I
4. Larangan Presiden
U PRAKTIS N membubarkan DPR (Psl. 7C
D T UUD 1945).
A
5. Memperbarui dan menata ulang
H eksistensi MPR (Psl. 2-3 UUD
A 1945).
N
ALASAN MELAKUKAN AMANDEMEN UUD 1945
1. Alasan Historis, sifat kesementaraan UUD 1945 sebagaimana yang dikatakan oleh Soekarno
bahwa: “UUD ini sekedar bersifat sementara/UUD kilat”. Secara yuridis sifat kesementaraan
ini dapat dilihat dalam Ayat (2) Aturan Tambahan UUD 1945.
2. Alasan Substantif, adanya sejumlah kelemahan2 di dalam UUD 1945, seperti struktur
ketatanegaraan yg sangat executive heavy sehingga tidak ada check and balances serta
terdapat sejumlah Pasal2 yang tidak jelas/multitafsir.
3. Alasan Filosofis, pertama, perubahan berbagai kekuatan politik dan ekonomi yang dominan
baik di tingkat nasional maupun global sehingga membutuhkan pengakomodasian dalam
bentuk perumusan UUD yg baru; kedua, sesuai dengan kodrat manusia yang selalu memiliki
kekurangan, konstitusi sebagai produk pemikiran manusia juga memiliki sejumlah kelemahan2
sehingga membutuhkan perbaikan.
4. Alasan Teoretis, adanya perkembangan praktek ketatanegaraan yang harus diakomodir oleh
UUD karena realitas bernegara harus dapat diikuti dengan pengaturan konstitusi yang dinamis
yang mampu menampung perkembangan yang ada.
5. Alasan Yuridis, setiap UUD memuat pengaturan berkaitan dengan mekanisme
perubahannya, begitu juga di Indonesia, seperti yang diatur dalam Pasal 37 UUD 1945.
6. Alasan Praktis, UUD 1945 ini sebenarnya sudah pernah mengalami perubahan tanpa adanya
pengubahan teks, seperti pernah dikeluarkannya Maklumat No. X yang mengubah kedudukan
KNIP menjadi lembaga legislatif yang sejajar dengan Presiden.
Fungsi Legislasi di Era Reformasi
a. Dasar hukum pembentukan Ketetapan MPR N0. I/MPR/2003 adalah Pasal I Aturan
Tambahan dan, Pasal I dan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang ditetapkan
oleh MPR dalam sidang Tahunan pada bulan Agustus 2002.
b. Tujuan pembentukan TAP MPR No. I/MPR/2003 adalah menentukan hal-hal yang
berhubungan dengan materi dan status hukum setiap TAP MPRS dan TAP MPR
yang masih ada saat ini, serta menetapkan bagaimana eksistensi dari TAP MPRS
dan TAP MPR tersebut untuk saat ini dan masa yang akan datang.
Pengklasifikasian TAP MPR/MPRS
TAP MPR/MPRS yang di “review”
Berdasarkan TAP MPR No. I /MPR/ 2003
Ada 8 Ketetapan yaitu 1 TAP MPRS + 7 TAP MPR,
1. TAP MPRS dan TAP MPR RI yang dicabut dan contoh: TAP MPRS No. X/MPRS/1966 tentang kedudukan
dinyatakan tidak berlaku. (Pasal 1 TAP MPR semua lembaga negara tingkat pusat dan daerah pada
No. I/MPR/2003) posisi dan fungsi yang diatur dalam UUD 1945; TAP MPR
No. III/MPR/1988 Tentang Pemilu.
2. TAP MPRS dan TAP MPR RI dinyatakan
tetap berlaku dengan ketentuan tertentu,
yaitu: TAP MPRS dan TAP MPR yang Ada 3 Ketetapan yaitu 1 TAP MPRS + 2 TAP MPR,
materi dalam pasal-pasalnya belum Contoh: TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang
selesai dilaksanakan secara pembubaran PKI, pernyataan sebagai organisasi terlarang
keseluruhan, atau terdapat pasal-pasal di seluruh wilayah RI dan larangan setiap kegiatan untuk
yang sifatnya penetapan (beschikking) menyebarkan dan mengembangkan faham atau ajaran
dan yang bersifat pengaturan (regeling) komunis/marxisme-leninisme.
secara bersama-sama. (Pasal 2 TAP
MPR No. I/MPR/2003)
3. TAP MPR RI yang tetap berlaku sampai
Ada 8 Ketetapan MPR,
dengan terbentuknya pemerintahan hasil
Contoh: TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun
Pemilu Tahun 2004. (Pasal 3 TAP MPR No.
1999-2004.
I/MPR/2003)
4. TAP MPRS dan TAP MPR RI yang tetap Ada 11 Ketetapan, yaitu 1 TAP MPRS + 10 TAP MPR,
berlaku sampai dengan terbentuknya UU. Contoh: TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang sumber
(Pasal 4 TAP MPR No. I/MPR/2003) hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan.
5. TAP MPR tentang peraturan tata tertib MPR RI
Ada 5 Ketetapan MPR,
dinyatakan masih berlaku sampai dengan
Contoh: TAP MPR No. II/MPR/1999 tentang peraturan tata
ditetapkannya peraturan tata tertib yang baru
tertib MPR RI
oleh MPR RI hasil pemilu tahun 2004. (Pasal 5
TAP MPR No. I/MPR/2003)
6. TAP MPRS dan TAP MPR yang tidak perlu
1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI, pernyataan
sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah RI dan larangan setiap
kegiatan untuk menyebarkan dan mengembangkan faham atau Ajaran
Komunis/Marxisme-Leninisme.
2. Ketetapan MPR-RI No. XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam
Rangka Demokrasi Ekonomi.
3. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Pengangkatan Pahlawan
Ampera.
4. Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas KKN.
5. Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
6. Ketetapan MPR No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
7. Ketetapan MPR No. VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan dan Pencegahan KKN.
8. Ketetapan MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam.