“Satu prestasi intelektual yang terbesar dalam kimia
adalah tabel periodik unsur”
• Para ahli kimia pada abad ke-19 mengamati bahwa terdapat kemiripan sifat yang berulang secara periodik (berkala) di antara unsur-unsur. Kita telah mempelajari usaha pengelompokan unsur berdasarkan kesamaan sifat, mulai dari Johann Wolfgang Dobereiner (1780 – 1849) pada tahun 1829 dengan kelompok-kelompok triad. Kemudian pada tahun 1865, John Alexander Reina Newlands (1838 – 1898) mengemukakan pengulangan unsur-unsur secara oktaf, serta Julius Lothar Meyer (1830 – 1895) dan Dmitri Ivanovich Mendeleev (1834 – 1907) pada tahun 1869 secara terpisah berhasil menyusun unsur-unsur dalam sistem periodik, yang kemudian disempurnakan dan diresmikan oleh IUPAC pada tahun 1933. Unsur-unsur yang jumlah kulitnya sama ditempatkan pada periode (baris) yang sama. • Hingga tahun 2016, terdapat 118 unsur yang telah dikonfirmasi pada tabel periodik, meliputi unsur 1 (hidrogen) hingga 118 (oganesson), dengan penambahan terbaru (nihonium, moscovium, tennessine, dan oganesson) yang dikonfirmasi oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) pada tanggal 30 Desember 2015 dan secara resmi diberi nama pada tanggal 28 November 2016: mereka menyelesaikan tujuh baris pertama Tabel periodik. • Dalam tabel periodik standar, unsur disusun menurut kenaikan nomor atom (jumlah proton dalam inti atom). • Baris (periode) baru dimulai saat kulit elektron baru mempunyai elektron pertamanya. • Kolom (golongan) ditentukan berdasarkan konfigurasi elektron Suatu cara penulisan yang menunjukkan distribusi elektron dalam orbita-lorbital pada kulit utama dan subkulit disebut konfigurasi elektron. Pada penulisan konfigurasi elektron perlu dipertimbangkan tiga aturan (asas), yaitu prinsip Aufbau, asas larangan Pauli, dan kaidah Hund. • Susunan orbital dalam suatu atom multielektron. Setiap kotak menunjuk satu orbital 1. Prinsip Aufbau Elektron-elektron dalam suatu atom berusaha untuk menempati subkulit-subkulit yang berenergi rendah, kemudian baru ke tingkat energi yang lebih tinggi. Dengan demikian, atom berada pada tingkat energi minimum. Inilah yang disebut prinsip Aufbau. Urutan-urutan tingkat energi ditunjukkan pada gambar disebelah. Jadi, pengisian orbital dimulai dari orbital 1s, 2s, 2p, dan seterusnya. Pada gambar dapat dilihat bahwa subkulit 3d mempunyai energi lebih tinggi daripada subkulit 4s. Oleh karena itu, setelah 3p terisi penuh maka elektron berikutnya akan mengisi subkulit 4s, baru kemudian akan mengisi subkulit 3d. 2. Kaidah Hund Dalam kaidah Hund, dikemukakan oleh Friedrich Hund (1894 – 1968) pada tahun 1930, disebutkan bahwa elektron-elektron dalam orbital-orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak berpasangan. Elektron-elektron baru berpasangan apabila pada subkulit itu sudah tidak ada lagi orbital kosong. 3. Larangan Pauli Pada tahun 1928, Wolfgang Pauli (1900 – 1958) mengemukakan bahwa tidak ada dua elektron dalam satu atom yang boleh mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama. Dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum utama, azimuth, dan magnetik yang sama dalam satu orbital, harus mempunyai spin yang berbeda. Kedua elektron tersebut berpasangan.
• Subkulit s (1 orbital) maksimum 2 elektron
• Subkulit p (3 orbital) maksimum 6 elektron • Subkulit d (5 orbital) maksimum 10 elektron • Subkulit f (7 orbital) maksimum 14 elektron Nomor Periode = Jumlah Kulit 1. Hidrogen, dengan konfigurasi elektron 1s1, tidak termasuk golongan IA (alkali), meskipun sering ditempatkan sekolom dengan golongan alkali. Akan tetapi, hydrogen tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan manapun, dan sebaiknya ditempatkan di tengah-tengah pada bagian atas sistem periodik. 2. Helium, dengan konfigurasi elektron 1s2, adalah salah satu gas mulia. Jadi, meskipun hanya memiliki dua elektron, helium termasuk golongan VIIIA. Sesuai dengan sifat fisika dan kimianya, unsur dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori besar yaitu logam, metaloif dan non-logam. Logam umumnya berkilau, padatan dengan konduktivitas tinggi, dan membentuk senyawa ion serupa garam dengan nonlogam (selain gas mulia). Sebagian besar nonlogam berupa gas berwarna atau tak berwarna; nonlogam yang membentuk senyawa dengan nonlogam lainnya berikatan secara kovalen. Di antara logam dan nonlogam ada metaloid, yang mempunyai sifat di antara logam dan nonlogam atau campuran keduanya. • Logam dan nonlogam dapat diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam subkategori yang menunjukkan gradasi sifat dari logam ke nonlogam (untuk unsur-unsur dalam periode yang sama): • Logam terbagi ke dalam logam alkali yang reaktif, logam alkali tanah yang kurang reaktif, lantanida dan aktinida, logam transisi, dan terakhir logam pasca-transisi dengan sifat fisika dan kimia paling lemah. • Nonlogam dibagi menjadi nonlogam poliatomik, yang lebih mirip dengan metaloid; nonlogam diatomik, yang merupakan nonlogam esensial; dan gas mulia monoatomik, yang merupakan nonlogam dan hampir inert sempurna. Levinson (1974) mendefinisikan mobilitas unsur sebagai suatu kondisi di mana suatu unsur tertentu dapat bergerak pada lingkungan tertentu pula. Dengan demikian mobilitas suatu unsur sangat bergantung pada kondisi lingkungan maupun jenis atau sifat kimia dari unsur tersebut. Tingkat mobilitas unsur yang tinggi akan menyebabkan tingkat ketersebaran atau dispersi yang tinggi juga untuk unsur tersebut sehingga dapat menyebar luas dan jauh. Sebaliknya jika tingkat mobilitas suatu unsur rendah maka tingkat dispersinya pun rendah sehingga memiliki daerah penyebaran tidak luas. Mobilitas unsur sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.3, Emas (Au) mempunyai mobilitas rendah, sehingga cenderung tetap tertinggal pada gosan. Mineral galena cenderung untuk lambat pelapukannya, sehingga juga masih tertinggal pada gosan. Sulfida Cu, Ag dan Zn cepat lapuk atau terurai serta mobilitas tinggi, sehingga mengalami migrasi ke arah bagian bawah dari gosan membentuk zona yang semakin kaya akan Cu, Ag dan Zn atau dikenal dengan zona pengkayaan bijih oksida atau bijih supergen. • Diagram Profil Deposit Bijih Emas Unsur penciri atau yang sering disebut sebagai pathfinder dijelaskan oleh Warren dan Delavault (1953;1956) dalam Levinson (1980) sebagai unsur-unsur yang relatif bergerak dan berasosiasi atau selalu bersama sama dengan unsur- unsur yang menjadi target pencarian, akan tetapi lebih mudah untuk ditemukan karena unsur-unsur tersebut biasanya memiliki tingkatan mobilitas yang tinggi, sehingga akan membentuk daerah sebaran yang lebih luas dibandingkan dengan unsur-unsur yang dicari. Sebagai contoh unsur As dapat digunakan sebagai unsur penciri adanya emas dan unsur Ag dalam urat, serta dapat juga sebagai penciri adanya emas, perak, tembaga, kobalt dan seng dalam asosiasi bijih sulfida ASOSIASI BIJIH UNSUR TARGET PATHFINDER ELEMENTS
Tembang Porfiri Cu, Mo Zn, Au, Re, Ag, As, F
Hg, As, (sebagai SO4), SB, Se, CD, Ba, Komplek Bijih Sulfida Zn, Cu, Ag, Au F, Bi
Urat Logam Mulia Au, Ag As, Sb, Te, Mn, Hg, I, F, Bi, Co, Se, Ti
Endapan Skarn Mo, Zn, Cu B, Au, Ag, Fe, Be
Uranium (Batupasir) U Se, Mo, V, Rn, He, Cu, Pb Uranium (Urat) U Cu, Bi, As, Co, Mo, Ni, Pb, F
ASOSIASI BIJIH UNSUR TARGET PATHFINDER ELEMENTS
Tubuh Bijih Ultrabasa Pt, Cr, Ni Cu, Co, Pd
Urat Flourspar F Y, Zr, Rb, Hg, Ba
Contoh dari unsur-unsur penciri yang digunakan dalam
mendeteksi mineralisasi. (Learned dan Boissen, 1973 dalam Levinson, 1980) ASOSIASI BIJIH UNSUR TARGET PATHFINDER ELEMENTS
Tembang Porfiri Cu, Mo Zn, Au, Re, Ag, As, F
Hg, As, (sebagai SO4), SB, Se, CD, Ba, Komplek Bijih Sulfida Zn, Cu, Ag, Au F, Bi
Urat Logam Mulia Au, Ag As, Sb, Te, Mn, Hg, I, F, Bi, Co, Se, Ti
Endapan Skarn Mo, Zn, Cu B, Au, Ag, Fe, Be
Uranium (Batupasir) U Se, Mo, V, Rn, He, Cu, Pb Uranium (Urat) U Cu, Bi, As, Co, Mo, Ni, Pb, F
ASOSIASI BIJIH UNSUR TARGET PATHFINDER ELEMENTS
Tubuh Bijih Ultrabasa Pt, Cr, Ni Cu, Co, Pd
Urat Flourspar F Y, Zr, Rb, Hg, Ba
Contoh dari unsur-unsur penciri yang digunakan dalam
mendeteksi mineralisasi. (Learned dan Boissen, 1973 dalam Levinson, 1980)