Anda di halaman 1dari 35

MENSTRUAL-RELATED DISORDER

Dismenorea, PMS, Menopause


DISMENOREA
• Adalah nyeri menstruasi,
• Prevalensi dismenorea mencapai 90% pada
remaja
• Prevalensi dan keparahan menurun seiring usia
karena penggunaan kontrasepsi oral dan
kehamilan
• Penyebab absen sekolah dan kerja pada remaja
wanita dan wanita muda
• Faktor yang dapat meningkatkan keparahan
dismenorea: rokok, obesitas, konsumsi ikan yang
rendah, alkohol, stres, kecemasan, depresi
Pembagian Dismenorea
• Berdasar etiologi
– Dismenorea primer: idiopatik, terdapat
nyeri/kram pada bagian abdomen saat menstruasi
– Dismenorea skunder: berhubungan dengan
patologi pelvis
Dismenorea Primer
• Biasanya terjadi 6-12 bulan setelah haid
pertama
• Hanya terjadi pada siklus ovulasi
• Prevalensinya naik pada masa awal remaja
dan dewasa muda
• Prevalensi menurun setelah usia 25 tahun
Dismenorea
Patofisiologi Dismenorea Primer
• Belum diketahui dengan jelas
• Ada keterlibatan prostaglandin, vasopresin dan,
leukotriens
– Prostaglandin, leukotrien: mediator inflamasi
– Vasopresin: antidiuretic hormone (ADH)
– Pada akhir fase lutheal: terjadi penurunan progesteron,
prostaglandin dan leukotrien meningkat
– Prostaglandin dan leukotrien: 2-4 kali lebih tinggi pada
wanita dengan dismenorea, nilai puncak: hari ke-2
menstruasi ketika dismenorea sering terjadi
– Vasopresin: 4 kali lebih tinggi pada wanita dengan
dismenorea
Patofisiologi Dismenorea Primer
• Leukotriens: vasokonstriksi dan kontraksi
uterus
• Prostaglandin: Kontraksi uterus
• Vasopressin: Kontraksi uterus yang disritmik
• Hasil: kontraksi uterus yang kuat dan
vasokonstriksi yang signifikan uterine
iskhemia dan NYERI
Gejala Klinik Dismenorea Primer
• Nyeri abdomen bagian bawah disertai dengan
kram perut
• Gejala lain: mual, muntah, rasa lelah, pusing
iritabilitas, diare, sakit kepala
– Dikarenakan kerja prostaglandin
• Onset nyeri: beberapa jam sebelum
menstruasi
• Durasi nyeri: 48-72 jam
• Dapat dilakukan profilaksis
Pengobatan Dismenorea Primer
• 66 % wanita dengan dismenorea tidak ke
dokter
• 92% merasa puas dengan swamedikasi
• 14% wanita dengan dismenorea ke dokter
• Banyak dari mereka yang undertreated
– menggunakan dosis lebih rendah yang
direkomendasikan
• Ini yang menyebabkan ketidakhadiran saat
sekolah atau terbatasnya aktivitas
Tujuan Pengobatan
1. Memberikan kesembuhan atau perbaikan
dari gejala yang terjadi
2. Meminimalkan ketergangguan aktivitas
Pendekatan Umum Pengobatan
Dismenorea Primer
• Bedakan antara pasien dengan dismenorea
primer dan skunder
– Swamedikasidismenorea primer
– Kunjungan ke dokterdismenorea skunder
• Pengobatan pasien dengan dismenorea primer
– Terapi nonfarmakologi
– Terapi farmakologi non resep
– Terapi farmakologi dengan resep
• 80%-90% wanita dengan dismenorea primer
dapat diobati dengan NSAID, kontrasepsi oral
atau keduanya
Terapi Nonfarmakologi
• Berguna bagi 15% pasien yang tidak toleran atau
tidak berespon terhadap terapi farmakologi
nonresep
• Tidur (84%)
• Mandi air panas atau penggunaan bantal panas
dan yang semisal (75% dan 50%)
• Olahraga-yang teratur (30%)
• Perubahan gaya hidup
– Berhenti merokok dan menghindari paparan rokok
– Meningkatkan konsumsi ikan yang kaya omega-3 (cth:
tuna, salmon, mackerel, sarden) atau minyak ikan
Terapi Farmakologi
1. Aspirin
– Mengobati gejala ringan dismenorea
– Hindari aspirin pada remaja wanita < 18 tahun  Reye’s Syndrom
2. Acetaminophen
– Mengobati gejala ringan dismenorea
– Keefektifan dosis 4 gr/hari lebih kecil dari ibu profen
3. NSAID Nonsalisilat
– Ibuprofen dan Naproxen Sodium
– Mulai diminum saat onset mens atau bisa juga 1-2 hari sebelum prediksi
haid
– Aksi analgesik dapat diperoleh secara optimal dengan konsumsi rutin sampai
hari ke-2/3 mens
– Efek terapi dapat dirasakan 30-60 menit setelah minum obat
– Diminum bersamaan dengan makanan untuk menghindari iritasi lambung
– Pada wanita dengan tukak lambung, bisa ditambahkan agen gastroprotective
atau opsi terapi lain seperti kontrasepsi oral
Terapi Farmakologi Nonresep
Petunjuk Seleksi Obat
• Populasi khusus
– Wanita < 18 th hindari aspirinReye’s syndrom
– Wanita hamil dan menopouse tdk mengalami dismenorea
– Hindari NSAID dan aspirin pada wanita menyusui
• NSAIDrisiko kardiovaskuler pada bayi
• Aspirindiekskresi lewat ASIrash, perdarahan, abnormal platelet
– Acetaminophen dapat dikonsumsi wanita menyusui
• Faktor pasien
– NSAID diberikan dalam jangka pendek untuk menghindari risiko pada GI
– Pasien sensitif tukak GI acetaminophen atau kontrasepsi oral
– Hindari penggunaan NSAID pada wanita dengan konsumsi bersamaan antikoagulan
– Wanita yang mengkonsumsi 3 atau lebih minuman beralkohol tiap hari  konsultasi dengan
dokter  risiko toksisitas liver dan GI
• Pilihan pasien
– Sesuai kebiasaan
– Dapat diganti bila ada efek samping
– Pilihan dapat berdasar pada bentuk sediaan; tablet/kapsul
– Harga produk
Terapi komplementar

• Konsumsi vitamin atau mineral (Mg, B1, B12,


vitamin E atau zinc) dapat menurunkan gejala
dismenorea pada studi skala kecil
• Termasuk konsumsi sweet fennel (Foeniculum
vulgare dulce) exstract
• Terapi di atas perlu studi lebih lanjut
• Kiranti?
• Feminax?
PMS
Premenstrual Syndrome (PMS)
• Kejadian siklik yang merupakan kombinasi dari
gejala fisik dan emosi (mood) yang terjadi
selama fase luteal siklus menstruasi
• Gejala membaik bahkan hilang pada hari-hari
pertama mens, dan tidak ditemukan 1 minggu
setelah mens
• Gejala PMS yang lebih parah: premenstrual
dysphoric disorder (PMDD)
Patofisiologi
• Tidak diketahui
• Beberapa wanita secara biologis lebih rentan
karena sensitivitas neurotransmitter dan
perubahan fisiologis karena level hormonal
• PMS berbeda dengan depresi karena:
– PMS terjadi secara berkala/siklik
– Tidak secara spontan terjadi
– Gejala tidak bisa diatasi dengan obat antidepresan
– Gejala utama PMS adalah iritabilitas, kecemasan
bukan depresi
Common symptoms
Pengobatan
• Multy symptom: gejala fisik dan perilaku
• Pengobatan dengan agen tunggal tidak dapat
mengatasi semua gejala  seleksi
berdasarkan gejala yang paling sering muncul
dan mengganggu  chart PMS
• Gejala PMS bersifat kronis sampai
menopause
Terapi Nonfarmakologi
• Aerobik
• Modifikasi Diet
– Belum 100% terbukti, tetapi menghindari
makanan asin dan gula sederhana, kafein dan
alkohol cukup direkomendasikan
• Cognitive-behavioral therapy
– Teknik relaksasi dan yang semisal
Terapi Farmakologi
• Obat nonresep digunakan oleh 20-50% wanita
dengan PMS
• Terapi yang efektif: vitamin, mineral, NSAID

• Pyridoxine (vit B6)


– Meta-analysis: lebih efektif dibanding plasebo
untuk semua gejala PMS
– Maksimal 100 mg/hari untuk menghindari
neuropati
Terapi Farmakologi
• Vitamin E
– 400 IU/hari untuk mengatasi payudara bengkak
– Data tentang efektifitasnya masih meragukan
• Kalsium dan Vitamin D
– Kalsium, 600 mg 2 kali sehari: semua gejala
(emosional, perilaku dan fisik) berkurang sampai
48% setelah Ca digunakan selama 3 bulan
– Konsumsi tinggi kalsium (1200 mg/hari) and vit D
(400 IU): mencegah berkembangnya gejala PMS
Terapi Farmakologi
• Magnesium
– Hipotesis: defisiensi  menghasilkan gejala
semacam PMS
• contoh: iritabilitas karena level Mg yang rendah pada
sel darah merah ditemukan pada wanita dengan PMS
– Dosis: 360 mg per hari pada fase luteal
– Efek samping yang paling sering: diare
Terapi Farmakologi
• Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs
(NSAIDs)
– Konsumsi NSAID 1 minggu sebelum dan selama
beberapa hari mens menurunkan gejala fisik
(sakit kepala, rasa lelah) serta gejala mood
– Dimungkinkan karena kejadian bersamaan antara
dismenorea dan PMS
Terapi Farmakologi
• Diuretik
– Terdapat sensasi perut kembung, tetapi kebanyakan
wanita tidak benar2 mengalami penumpukan air atau
garam dan tidak terjadi kenaikan berat badan
– Penggunaan diuretik hanya pada wanita yang benar2
mengalami penumpukan air yang berakibat pada
kenaikan berat badan
– FDA menyetujui: ammonium chloride, kafein, and
pamabrom
– BPOM?
Perbandingan Farmakoterapi
• Nyeri tidak biasa terjadi pada PMS  NSAID
tidak digunakan pada awal terapi kecuali pada
wanita yang dismenorea
• Kalsium memberikan banyak manfaat pada
semua gejala PMSpilihan terapi awal PMS
• Hindari kombinasi produk yang mengandung
antihistamin
Populasi Khusus
• PMS tidak terjadi selama kehamilan atau setelah
menopouse
• Manajemen awal PMS:
– perubahan diet dan gaya hidup,
– terapi dengan risiko paling minimal  suplemen kalsium
• Wanita remaja < 18 th harus menghindari aspirin
• Wanita menyusui sebaiknya menghindari produk
herbal karena informasi yang minimal terhadap
kesehatan bayi
• Produk diuretik harus dihindari saat menyusui
• Kafein diekskresikan lewat ASI
GEJALA MENOPAUSE
Gejala Menopause
• Perimenopause and menopause
• Kadar estrogen and progesterone turun saat
wanita berumur 40-50 tahunan
• Gejala: hot flushes, berkeringat pada malam hari,
iritabilitas, sulit konsentrasi dan tidur
• Obat resep: hormone replacement therapy (HRT),
risiko: kanker payudara sedikit meningkat
• Alternatif: Black cohosh (Actaea racemosa and
Cimicifuga racemosa), kedelai, and red clover
– Phytoestrogens
TUGAS
• Buat tulisan tentang
– Swamedikasi pada Dismenorea
– Swamedikasi pada PMS (
– Ketentuan penulisan: panjang tulisan 1-2 halaman A4, Time
New Roman 12, Spasi 1, tulisan dengan narasi sendiri/tidak asal
copy paste, sertakan referensi (bukan dari blog), referensi dari
buku/jurnal lebih disukai
• Tulisan dikirim ke media cetak/media online/media sosial
• Dikumpul maksimal tanggal ??di ruang dosen komunitas lt
2
• Dikumpul berupa print out makalah asli dan screenshoot
media

Anda mungkin juga menyukai