Anda di halaman 1dari 37

Laporan Rotasi Obsgyn

Abses bartolini berulang


Oleh : Dwi Tirta Perwitasari
Identitas Pasien

 Nama : Ny. Yuanita


 Umur : 31 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Jalan Dr. Sutomo
 Pekerjaan : Perawat
 Masuk RS : 08 Februari 2018
 No RM : 016895
Keluhan Utma

 Benjolan di kemaluan
Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien datang membawa surat pengantar dr.Vidia Sari Sp.OG dengan


Abses Bartholini Berulang Pro Enukleasi kelenjar bartholini.
 Pasien merasa ada benjolan kecil di kemaluan sejak tahun 2013, keluhan
sudah ada sebelum menikah dan membengkak setiap setelah
berhubungan suami istri. Benjolan dirasakan semakin bengkak sudah 1 hari,
nyeri (+), pengeluaran cairan atau darah dari benjolan (-).
 Benjolan tersebut terasa mengganggu aktivitas terutama saat berjalan,
demam (-), mual dan muntah disangkal.
RIWAYAT HAID
Haid pertama usia 15 tahun, siklus 28
hari dan lamanya 3-5 hari

RIWAYAT PERKAWINAN

Menikah 1 kali, selama 5 tahun


RIWAYAT OBSTETRIK

1. SpOG/4 tahun/ preterm/SC/bbl 1800gr/Laki-laki


2. SpOG/2 tahun/aterm/SC/bbl 3400gr/Perempuan
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Keluhan yang sama dirasakan awalnya sejak


tahun 2013, dibawa ke RS Antonius dan pecah
sendiri, keluhan kedua dirasakan tahun 2015 saat
hamil namun kempes sendiri, keluhan ketiga tahun
2016 dan dilakukan Marsupilasi oleh dr. Neny
Sp.OG.
Alergi (+) Pethidin
Maag (+)
Disangkal :
x DM
x Asma
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Adik kandung dengan keluhan yang sama

Disangkal:
x DM
x Asma
PEMERIKSAAN FISIK

 Berat badan : 60 kg
 Tinggi badan : 160 cm
 Keadan umum : baik
 Kesadaran : kompos mentis
 Tanda vital :
 Tekanan darah : 120/90 mmHg
 Nadi : 86 x/m
 Pernapasan : 20 x/m
 Suhu : 36,7 0C
STATUS GENERALIS

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak


ikterik, pupil isokor (3mm/3mm), refleks
cahaya +/+
THT : tidak ditemukan kelainan
Leher : tidak ditemukan kelainan
Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : Distensi (-), timpani, nyeri tekan (-), Bising usus : 9x/menit
Ekstremitas : edema (-) CRT <2”
STATUS GINEKOLOGIS

Inspeksi : Tampak benjolan di labia kiri sebesar telur ayam,


berwarna kemerahan, dan terasa panas.
Palpasi : Nyeri Tekan (+)
STATUS GINEKOLOGIS

Abses Bartholini Berulang Pro Enukleasi Kelenjar


Bartholini
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Leukosit : 14,3 x 103 /uL  HBSAg : Non Reaktif


Eritrosit : 3.75 x 106/uL  HIV : Non Reaktif
HB : 9.5 g/dL
HCT : 29.5 %
Trombosit : 366x103 /uL
MCV : 78,7 fL
MCH : 25,3pg
MCHC : 32.2 g/dL
Tatalaksana

- Pro Operasai Enukleasi


- IVFD asering 20 tpm
- Inj. Ketorolac 30mg iv/8 jam
- Inj. Ranitidine 50mg iv/12 jam
09/02/2018

Keluhan: Nyeri pada benjolan

Tanda vital (07.00) :


Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/m
Pernapasan : 20 x/m
Suhu : 36,2 0C

ASESSMENT

Abses Bartholini Berulang Pro Enukleasi Kelenjar Bartholini


TINDAKAN/TERAPI

- IVFD asering 20 tpm


- Inj. Ketorolac 30mg iv/8 jam
- Inj. Ranitidine 50mg iv/12 jam

Jam 10.00 Rencana dilakukan tindakan enukleasi


10/02/2018

Keluhan: Nyeri pada bekas hecting

Tanda vital (07.00) :


Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 82 x/m
Pernapasan : 20 x/m
Suhu : 36,2 0C

ASESSMENT
Post insisi abses dilanjutkan enukleasi kelenjar bartholini a/i abses
bartholini kiri h-1
TINDAKAN/TERAPI

 IVFD RL drip ketorolac + tramadol 20tpm


 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Kalltrofen Supp 3x1
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
11/02/2018

Keluhan: Nyeri pda bekas hecting

Tanda vital (07.00) :


Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/m
Pernapasan : 20 x/m
Suhu : 36,2 0C

ASESSMENT

Abses Bartholini Berulang


TINDAKAN/TERAPI

 Kompres Rivanol
 IVFD RL drip antrain 1 amp 20 tpm
 Kalltrofen Supp
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Jam 13.00 Pasien Pulang


Terapi Pulang
Klindamisin 2 x 300 MG (7 hari)
Metronidazole 3 x 500 mg (7 Hari)
Kompres Rivanol 2 x1 (Pagi dan sore)
Rumusan Masalah ?

1 Apa Penyebab dari Abses Bartolini ?


2. Bagaimana Tatalaksana dari Abses Batrolini ?
3. Bagaimana pemilihan antibiotic untuk Abses Bartolini ?
Anatomi

• Kelenjar Bartholin terletak bilateral


pada dasar labium minora, masing-
masing berukuran sekitar 0,5 cm
dan mensekresikan mukus ke
dalam duktus yang memiliki
panjang 2-2,5 cm.
• Kelenjar biasanya tidak akan
teraba kecuali penyakit infeksi atau
pada wanita yang sangat kurus.
Definisi

 Abses Bartolini didefinisikan sebagai penghasilan pus


yang bengkak pada satu dari kelenjar Bartolini yang
terletak di samping labia pada alat kelamin wanita.
Abses Bartolini biasa terjadi sendiri karena infeksi pada
kelenjar Bartolini ataupun dari infeksi sekunder yang
berlaku pada kista Bartolini.

Vorvick LJ, Storck S, Zieve D: Bartholin’s abscess, Medline plus: [Online]. 2010. Available from:
URL:www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001489.htm
Epidemiologi

 Kejadian abses kelenjar Bartholin selama kehamilan


adalah 0,13%.
 20% abses terjadi pada tahap pertama,
 15% pada kelompok kedua,
 47,5% pada trimester ketiga dan
 7,5% pada pascapersalinan.
Etiologi

Kista Bartolini Abses Bartolini

Infeksi Klamidia
Peradangan Neisseria Gonorrhea
iritasi Escherichia coli

Schorge JO, Schaffer JI, Malvorson LM, et al. Cystic Vulvar Tumors In: Williams Gynecology. China: Mc-Graw Hills
Companies. 2008. p. 1723-1727.
Manifestasi Klinis
1. Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik, atau berhubungan seksual.
2. Umumnya tidak disertai demam, kecuali jika terinfeksi dengan
mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan seksual atau
ditandai dengan adanya perabaan kelenjar limfe pada inguinal.
3. Pembengkakan area vulva selama 2-4 hari.
4. Biasanya ada sekret di vagina, kira-kira 4 sampai 5 hari
pasca pembengkakan, terutama jika infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5. Dapat terjadi ruptur spontan.
6. Teraba massa unilateral pada labia mayor sebesar telur ayam, lembut,
dan berfluktuasi, atau terkadang tegang dan keras.
7. Asimptomatis
Burns T, Breathnach S, Cox N, et al. The Genital, Perianal, and Umbilical Regions In: Rook’s Textbook of Dermatology.
Oxford, UK: Blackwell Publishing Ltd. 2010. 8th ed. Vol 1. p.71.68.
Manifestasi Klinis (1)

Vorvick LJ, Storck S, Zieve D: Bartholin’s abscess, Medline plus: [Online]. 2010. Available from:
URL:www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001489.htm
Diagnosis
 Panas, gatal,
 Sudah berapa lama gejala berlangsung,
 Kapan mulai muncul,
 Faktor yang memperberat gejala,
 Apakah pernah berganti pasangan seks,
 Keluhan saat berhubungan,
 Riwayat penyakit menular seks sebelumnya,
 Riwayat penyakit kulit dalam keluarga,
 Riwayat keluarga mengidap penyakit kanker kelamin,
 Riwayat penyakit yang lainnya misalnya diabetes dan
hipertensi.
Farage MA, Maibach HI. Benign Vulvar Nodules and Tumors In: The Vulva natomy, physiology, and pathology. New
York: Informa Healthcare USA, Inc. 2006. p. 123-125.
Pemeriksaan Fisik

 Pada pemeriksaan fisis dengan posisi litotomi, kista terdapat di bagian


unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi pembengkakan yang eritem
pada posisi jam 4 atau 8 pada labium minus posterior.
 Pada perabaan teraba massa yang tender, fluktuasi dengan daerah
sekitar yang eritema dan edema.
 Dalam beberapa kasus, didapatkan daerah selulitis di sekitar abses.
 Demam, meskipun tidak khas pada pasien sehat, dapat terjadi
 Jika abses telah pecah secara spontan, dapat terdapat discharge
yang purulen

Farage MA, Maibach HI. Benign Vulvar Nodules and Tumors In: The Vulva natomy, physiology, and pathology. New
York: Informa Healthcare USA, Inc. 2006. p. 123-125.
Tatalaksana

 Kompres dengan air hangat 4 kali sehari selama


beberapa hari bisa mengurangi ketidaknyamanan. Ini
juga bisa membantu agar abses terbuka dan drain
sendiri. Namun, pembukaan seringkali sangat kecil dan
menutup dengan cepat. Oleh karena itu, abses sering
kembali.
Tatalaksana

Insisi dan drainage abses : Tindakan ini dilakukan


bila terjadi simptomatik Bartholin's
gland abscesses
Meskipun insisi dan drainase merupakan
prosedur yang cepat dan mudah dilakukan
serta memberikan pengobatan langsung pada
pasien, namun prosedur ini harus diperhatikan
karena ada kecenderungan kekambuhan kista
atau abses
WORD CATETER
 Setelah persiapan steril
dan pemberian anestesi
lokal, dinding kista atau
abses dijepit dengan
forceps kecil digunakan
untuk membuat incisi
sepanjang 5mm pada
permukaan kista atau
abses kemudian Word
catheter dimasukkan,
dan ujung balon
dikembangkan dengan 2
ml hingga 3 ml larutan
saline.
Marsupialisasi

 Suatu incisi vertikal


disebut pada bagian
tengah kista, lalu
pisahkan mukosa sekiar
(kanan) Dinding kista
dieversi dan ditempelkan
pada tepi mukosa
vestibular dengan jahitan
interrupted.
Tatalaksana

 Insisi kulit berbentuk linear


yang memanjang sesuai
ukuran kista pada
vestibulum dekat ujung
medial labia minora dan
sekitar 1 cm lateral dan
parallel dari hymenal
ring.
 Diseksi harus dimulai dari
bagian bawah kista dan
mengarah ke superior.
Penggunaan Antibiotik
 Infeksi Neisseria gonorrhoe:
- Ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal atau Ofloxacin 400 mg dosis
tunggal atau Cefixime 400 mg oral ( aman untuk anak dan bumil)
atau Cefritriaxon 200 mg i.m ( aman untuk anak dan bumil)
 Infeksi Chlamidia trachomatis:
- Tetrasiklin 4 X500 mg/ hari selama 7 hari, po atau Doxycyclin 2 X100
mg/ hari selama 7 hari, po
 Infeksi Escherichia coli:
- Ciprofoxacin 500 mg oral dosis tunggal, atau Ofloxacin 400 mg oral
dosis tunggal atau Cefixime 400 mg dosis tunggal.
 Infeksi Staphylococcus dan Streptococcus :
- Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2 x hari, Ampisilin 250-500
mg/ dosis 4x/hari, atau Amoksisillin 250-500 mg/dosis 3x/hari po

Patil S, Sultah AH, Thakar R, et al: Bartholin’s Cyst and Abscess, Patient.co.uk: [Online]. 2010.
Prognosis

 Jika abses dengan didrainase dengan baik dan


kekambuhan dicegah, prognosisnya baik. Tingkat
kekambuhan umumnya dilaporkan kurang dari 20%.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai