Anda di halaman 1dari 85

Trauma and Stressor-

Related Disorder
Oleh: Rilla Fiftina
Pembimbing: dr. Alifiati Fitrikasari, SpKJ (K)
Sub Bab Judul
Posttraumatic Stress
Disorder and Acute Stress
11.1
Disorder

11.2 Adjustment Disorder


Posttraumatic Stress Disorder and Acute Stress

• PTSD dan Gangguan stress akut (GSA), keduanya


ditandai dengan adanya stress dan kecemasan setelah
terpapar peristiwa yang traumatik ataupun kejadian
stressfull
• Misalnya: menjadi saksi, atau terlibat didalam
kecelakaan, kejahatan, perang militer, diculik, korban
bencana alam, didiagnosis penyakit yang mengancam
jiwa, korban fisik dan sexual abuse
Posttraumatic Stress Disorder and Acute Stress

• Reaksi terhadap pengalaman yang tidak menyenangkan


berupa
1. Ketakutan dan “helplessness”,
2. Secara terus menerus mengingat kejadian tersebut,
3. Menolak untuk mengingat lagi.
4. Kejadian bisa jadi terus menerus muncul dalam mimpi dan
flashbacks
Posttraumatic Stress Disorder and Acute Stress

• Stressor yang mengakibatkan PTSD dan GSA, juga dapat


menyebabkan hal yang sama pada semua orang
• Misalnya:
1. Pengalaman dalam peperangan,
2. Penyiksaan
3. Katastrophi
4. Penyerangan
5. Perkosaan,
6. Kecelakaan serius (ct: mobil, kebakaran gedung)
Posttraumatic Stress Disorder and Acute Stress

• Penderita akan mengalami:


1. Re-experiencing terhadap pengalamannya kedalam mimpi
dan pikirannya
2. Avoidance : Menolak segala sesuatu yang mengingatkan
kejadian tersebut
3. Hyperarousal dan penurunan respon
4. Ditambah dengan simtom depresi, anxietas, dan kognitif dan
konsentrasi yang menurun
Posttraumatic Stress Disorder and Acute Stress

• PTSD dikaitkan dengan gejala gangguan jiwa akut sudah lebih


dari 200 th
• Berdasarkan observasi padaPD I dan II, dimana PTSD terjadi
setelah:
1. Kelelahan dalam pertempuran
2. Shell Shock
3. Soldier’s Heart
• Juga dikaitkan dengan penyerangan, dan bencana alam
Epidemiologi

• Insidens : 9-15%
• Prevalensi: 8 % dari populasi umum, walaupun ada pendapat
yang mengatakan bahwa prevalensi 5-15%
• Rata rata prevalensi : wanita 10 % dan pria 4%
• National Vietnam Veterans Readjustment Study (NVVRS): 30%
pada pria yang menderita PTSD setelah mengalami
peperangan dan 22.5% yang mengalami partial PTSD, dan
dengan periode singkat. Serta 13% tentara dari Irak
danAfghanistan
Epidemiologi

• Insidens : 9-15%
• Prevalensi: 8 % dari populasi umum, walaupun ada pendapat
yang mengatakan bahwa prevalensi 5-15%
• Rata rata prevalensi : wanita 10 % dan pria 4%
• National Vietnam Veterans Readjustment Study (NVVRS): 30%
pria yang menderita PTSD setelah mengalami peperangan dan
22.5% yang mengalami partial PTSD, dan PTSD periode
singkat. Serta 13% pada tentara dari Irak dan Afghanistan
Epidemiologi

• Batasan umur:
1. Bisa terjadi pada semua umur
2. Banyak terjadi pada dewasa muda, karena lebih cenderung
terpapar situasi yang memicu PTSD
3. Anak anak juga bisa mengalami PTSD
Epidemiologi

• Pria dan wanita berbeda jenis trauma yang dapat mencetuskan


PTSD
• Pada pria biasanya karena pengalaman peperangan sedangkan
pada wanita biasanya karena penyerangan atau pemerkosaan.
• Gangguan ini sebagian besar terjadi pada mereka yang single,
bercerai, janda, yang mengalami penolakan sosial, atau social
ekonomi rendah
• Namun semua orang bisa mengalaminya, tidak ada yang kebal
Epidemiologi

• Faktor resiko utama yang dapat meningkatkan PTSD setelah


terpapar kejadian traumatik:
1. Beratnya
2. Durasi
3. Seberapa dekat terpapar dari trauma tersebut.
4. Pola keluarga yang mendukung
5. Memiliki kerabat dekat (1 tingkat) yang mempunyai riwayat
depresi
Komorbiditas

• PTSD memiliki komorbiditas yang tinggi, sekitar dua pertiga


memiliki setidaknya dua gangguan lainnya
• Komorbiditas tersebut pada umumnya adalah:
1. Depresi
2. Penggunaan zat
3. Gangguan kecemasan
4. Gangguan Bipolar
Etiologi

 Stressor
• Merupakan penyebab utama
• Tidak semua orang mengalami gangguan setelah terpapar
kejadian traumatic
• Stressor saja tidak cukup menjadikan seseorang PTSD
• Respon terhadap peristiwa traumatis harus melibatkan rasa
takut atau ngeri.
Etiologi

 Stressor
• Klinisi juga harus mempertimbangkan faktor biologi dan
psikososial serta kejadian yang terjadi sebelum dan sesudah
trauma
• Sebagai contoh: kelompok yang hidup pada suatu bencana,
kadang dapat melalui dengan baik karena orang lain telah
berbagi pengalaman yang sama
Etiologi

 Stressor
• Subyektifitas terhadap suatu stressor bagi seseorang juga
penting
• Misalnya, orang yang selamat dari bencana mungkin
mengalami perasaan bersalah (survivor guilt) yang bisa
menjadi faktor predisposisi,atau memperburuk PTSD.
Etiologi

Contoh kasus:
• 3 mg setelah kejadian KA tergelincir, seorang pria berusia
42th, profesi analis keuangan datang ke klinik Jiwa.
• Dia malu datang ke klinik tersebut dan mengatakan bahwa
karena dulunya ia adalah seorang petugas pemadam
kebakaran namun ia perlu meyakinkan bahwa apa yang ia
alami adalah normal
Etiologi

Contoh kasus:
• Dia mengatakan bahwa sejak kecelakaan tersebut ia
mengalami perasaan gugup dan gelisah. Ia mengalami
kesulitan untuk fokus pada pekerjaannya
• Memiliki ingatan yang selalu mengganggu berupa tanah yang
selalu bergoyang ;bunyi 'bang' yang luar biasa dan teriakan
teriakan saat kereta terguling
Etiologi

• Pria itu mengatakan bahwa saat itu ia sedang berbicara


dengan 5 kolega bisnisnya dan 3 diantaranya memiliki gejala
yang sama dengannya, namun telah membaik
• Dia mengeluhkan frekuensi episode menangis yang kadang-
kadang timbul karena mendengar nama seorang teman yang
terluka parah, namun di lain terjadi tanpa alasan khusus
Etiologi
• Selain itu, dia mencatat bahwa saat mengevakuasi kereta api,
pekerja penyelamat memberinya arahan secara eksplisit
tentang dimana harus melapor, meski dia menaatinya,
sekarang dia merasa bersalah karena tidak kembali ke kereta
untuk membantu menyelamatkan orang lain
• Mengeluhkan nafsu makan yang berkurang dan tidak lagi
jogging setelah makan siang
• Kesulitan memulai tidur, dan mengkonsumsi 1 sampai 2 gelas
wine sebelum tidur untuk membantu
Etiologi
• Merasa tidak segar saat bangun tidur
• Tidak ada ide bunuh diri atau simtom psikotik
• Saudarinya mendapat terapi antidepressant beberapa tahun
yang lalu
• Dia tidak menginginkan terapi medikasi, karena takut pada
efek sampingnya yang akan mengurangi fungsi kerja nya dan
menaikkan berat badannya
Faktor Resiko
• Meskipun terpapar trauma, kebanyakan orang tidak
memperlihatkan gejala PTSD
• The National Comorbidity Study menunjukkan bahwa 60%
pria dan 50 % wanita mengalami trauma yang signifikan,
dimana yang mengalami PTSD hanya sekitar 8%.
• Begitu pula kejadian yang mungkin tampak biasa
atau kurang katastropi bagi kebanyakan orang dapat
menghasilkan PTSD. Bukti menunjukkan hubungan dose-
respons antara tingkat trauma dan gejala yang mungkin
timbul

Psikodinamik
• Model psikoanalitik dari PTSD berhipotesis bahwa
trauma telah mengaktifkan kembali yang sebelumnya diam
namun belum terselesaikan dari konflik psikologis
• Kebangkitan trauma masa kanak-kanak menghasilkan regresi
dan penggunaan mekanisme pertahanan jiwa berupa
represi,denial, reaksi formasi , dan undoing.
• Menurut Freud, splitting pada consciousness terjadi pada
pasien yang melaporkan riwayat trauma seksual masa kecil
Psikodinamik
• Konflik yang sudah ada sebelumnya bangkit kembali oleh
peristiwa traumatis yang baru
• Ego muncul untuk mengendalikan dan mengurangi
kecemasan
• Orang yang mengeluhkan alexitymia, tidak mampu
mengidentifikasi atau mengungkapkan perasaan, dan tidak
mampu menenangkan diri saat mengalami stres.
Faktor Cognitive-Behaviour
• Model kognitif PTSD berpendapat bahwa orang-orang yang
terpapar tidak dapat memproses atau merasionalisasi trauma
yang memicu gangguan tersebut
• Mereka terus mengalami stres dan berusaha menghindarinya
dengan teknik avoidance
• Konsisten dengan kemampuan parsial mereka untuk
mengkoping secara kognitif kejadian tersebut, dimana
menunjukkan periode yang bergantian antara pengakuan dan
mengingkari kejadian
Faktor Cognitive-Behaviour
• Model Perilaku dari PTSD menekankan 4 fase:
1. Trauma (the unconditioned stimulus), yang menghasilkan
respons ketakutan, melalui pengkondisian klasik, dengan
conditioned stimulus (fisik atau mental pengingat trauma,
seperti pemandangan, bau, atau suara)
2. Pembelajaran instrumental (conditioned stimulus)
menimbulkan respons takut terhadap stimulus asli dari
unconditioned stimulus, dan orang-orang membentuk pola
untuk menghindari conditioned stimulus dan unconditioned
stimulus
Faktor Cognitive-Behaviour
• Beberapa orang juga menerima keuntungan sekunder
(secondary gain) dari dunia luar, biasanya:
1. Kompensasi finansial
2. Meningkatkan perhatian atau simpati
3. Kepuasan terhadap kebutuhan ketergantungan.
Keuntungan ini memperkuat kelainan dan persistensinya.
Faktor Biologi
• Teori biologi dari PTSD dikembangkan dari studi preklinik
pada hewan yang stress dan pengukuran dari variable biologi
pada populasi klinis dengan gangguan
• Banyak neurotransmitter yang terlibat seperti:
1. Norepineprin
2. Dopamin
3. Opioid endogen
4. Benzodiazepine
5. HPA Axis
Faktor Biologi
• Teori biologi dari PTSD dikembangkan dari studi preklinik
pada hewan yang stress dan pengukuran dari variable biologi
pada populasi klinis dengan gangguan
• Banyak neurotransmitter yang terlibat seperti:
1. Norepineprin
2. Dopamin
3. Opioid endogen
4. Benzodiazepine
5. HPA Axis
Faktor Biologi
• Data mendukung hipotesa bahwa noradrenergik dan system opiate
endogen, sama berpengaruhnya dengan HPA axis, yang mengakibatkan
hiperaktif pada beberapa pasien PTSD
• Faktor biologi yang lain menunjukkan
1. Peningkatan aktivitas
2. Respon system saraf otonom yang ditandai dengan peningkatan HR
dan Tensi
3. Gambaran tidur yang abnormal (fragmentasi tidur dan peningkatan
latensi tidur)
• Beberapa penelitian menunjukkan kesamaan PTSD dengan 2 gangguan
psikiatri lain : Depresi mayor dan gangguan panik
Sistem Noradrenergik
• Prajurit dengan PTSD- like Symptoms menunjukkan :
1. Kegugupan
2. Peningkatan tekanan darah
3. HR
4. Palpitasi
5. Berkeringat dingin
6. Muka memerah
7. Tremors-symptoms
yang serupa dengan obat obatan adrenergik.
Sistem Noradrenergik
• Penelitian menunjukkan peningkatan konsentrasi epinephrine
pada urine 24 jam dari veteran dengan PTSD
• Peningkatan konsentrasi catecholamine urin pada anak
perempuan yang mengalami sexual abuse
• Platelet α2 dan lymphocyte β adrenergic reseptor,
kemungkinan respon terhadap peningkatan konsentrasi
catecholamine secara kronik
Sistem Opioid
• Abnormalitas pada system opioid di tunukkan pada
rendahnya konsentrasi plasma βendorphin pada PTSD.
• Veteran yang pernah bertempur dengan PTSD menunjukkan
naloxone (Narcan), sebuah respon analgesic yang reversible
pada stimulus combat-related
• Meningkatkan hiperregulasi system opioid yang sama pada
HPA axis.

Sistem Opioid
• Abnormalitas pada system opioid di tunukkan pada
rendahnya konsentrasi plasma βendorphin pada PTSD.
• Veteran yang pernah bertempur dengan PTSD menunjukkan
naloxone (Narcan), sebuah respon analgesic yang reversible
pada stimulus combat-related
• Meningkatkan hiperregulasi system opioid yang sama pada
HPA axis.

Corticotropin-Releasing Factor dan HPA Axis
• Penelitian menunjukkan plasma yang rendah dan konsentrasi
bebas kortisol pada urin pada PTSD.
• Reseptor glukokorticoid ditemukan pada lymphocytes, dan
eksogenous kortikotropin releasing factor (CRF) dan respon
corticotropin (ACTH) yang gagal
• Supresi pada kortisol dengan low-dose dexamethasone
(Decadron) is meningkat pada PTSD
• Mengindikasikan hiperregulasi dari HPA axis
Corticotropin-Releasing Factor dan HPA Axis
• Hyperregulasi dari HPA axis berbeda dengan aktivitas
neuroendokrin yang selalu ditunjukkan saat stress dan
depresi
• Penelitian pada hewab menunjukkan hubungan perubahan
struktur hipokampus dan penelitian kombat veteran dengan
PTSD memiliki volume yang rendah pada hipokampal dari
otak
• Juga terdapat perubahan pada struktur amygdala pada otak
yang di kaitkan dengan ketakutan
Diagnosis
• DSM 5th untuk kriteria PTSD menunjukkan gejala :
1. Menunjukkan simtom dari gangguan berupa Avoidance
2. Mood yang berubah ubah
3. Kognisi
4. Hiperarousal
5. lebih dari 1 bulan
• Diagnosis DSM-5 pada PTSD memungkinkan dokter untuk
menentukan apakah gejala pada anak usia prasekolah atau dengan
gejala disosiatif (depersonalisasi derealization)
• Jika kurang dari 1 bulan maka diagnosis mungkin gangguan stress
akut
Contoh Kasus
• Ny. M mengeluhkan gejala setelah 6 bulan yang lalu
mengalami penyerangan
• Saat itu ia pulang kerja agak malam, ia diserang di parkiran RS
tempat ia bekerja
• Ia diperkosa dan dipukuli namun bisa melarikan diri
• Pikiran yang sering menggaggu tentang serangan tersebut,
hingga mimpi buruk tentang kejadian tersebut dan
penglihatan berulang yang mengganggu dari penyerangnya.
Contoh Kasus
• Ny M kemudian pergi kerja naik bis untuk menghindari
bayangan tentang penyerangan tersebut
• Ia juga mengganti jam kerja nya, sehingga tidak harus pulang
malam
• Ia mengeluhkan sekarang sulit berinteraksi dengan laki laki,
terutama yang mirip dengan penyerangnya sehingga
menghindari interaksi jika memungkinkan
• Ny M menggambarkan iritabilitas, kesulitan mempertahankan
tidur, konsentrasi yang buruk dan meningkatkan focus pada
lingkungan terutama saat sudah mulai gelap
Gambaran Klinis
• Individu dengan PTSD menunjukkan tiga gejala domain:
1. Gejala yang mengganggu mengikuti trauma
2. Menghindari rangsangan yang terkait dengan trauma
3. Peningkatan arousal, seperti mudah terkejut
• Flashbacks, pada sebagian individu bertindak dan merasa
trauma berulang, ini merupakan gejala klasik
• Mimpi buruk dan reaksi fisiologis atau psikologis terhadap
paparan rangsangan yang terkait dengan trauma.
Gambaran Klinis
• Seseorang paling tidak mengalami 1 gejala yang mengganggu
untuk memenuhi kriteria PTSD :
1. Avoidance, termasuk mennghindari pikiran atau aktivitas
yang menghubungkan dengan trauma
2. Anhedonia
3. Mengurangi kapasitas untuk mengingat trauma
4. Afek Tumpul
5. Perasaan yang detachment atau derealisasi
6. hiperarousal (insomia, irritability, hypervigilance, terkejut
yang berlebihan
Contoh Kasus
• Seorang pria usia 40th menyaksikan September 1 1 , 2001,
dimana teroris menyerang WTC di TV
• Setelah itu, ia merasakan panic dan merasa akan mati.
Kemudian menghilang beberapa jam kemudian
• Beberapa malam berikutnya ia mengalami mimpi buruk
dengan pikiran yang obsesif tentang kematian.
• Ia juga mengatakan bahwa istrinya meninggal karena
kecelakaan pesawat 20 tahun yang lalu, dan dapat menerima
itu dengan baik
Contoh Kasus
• Pasien kawatir gejala yang dirasakan saat ini berhubungan
kejadian traumatis
• Pada psikoterapi singkat, dia menyadari bahwa reaksinya terhadap
kematian istrinya diredam dan bahwa hubungannya dengan dia
ambivalen.
• Pada saat kematiannya, ia memikirkan untuk bercerai dan
berulang kali berharap istrinya meninggal
• Ia tidak pernah sepenuhnya dapat melewati masa berkabung
istrinya dan mengaitkan perasaan tertekan itu dengan kejadian
teroris, merasa bersalah dan merasa akan mati
Sindrom Gulf War
• Pada perang Gulf war Persia melawan Irak, para veteran
mengeluhkan :
1. Iritabel
2. Kelelahan kronis
3. Napas pendek pendek
4. Nyeri otot dan sendi
5. Gangguan pencernaan
6. Rash rambut rontok
7. Lupa ingatan
8. Kesulitan konsentrasi
• Disebut Gulf War Syndrom
Sindrom Gulf War
• Pada perang tersebut menggunakan senjata kimia, mengandung Toksin
yang tidak dapat diidentifikasi
• Terjadi : kehilangan memori karena perubahan struktur pada lobus
parietal kanan dan kerusakan ganglia basalis yang berhubungan
dengan disfungsi neurotransmitter
• Penelitian menunjukkan hasil yang signifikan terjadi Mutasi gen pada
veteran post perang tersebut
• Dugaan Gulf war pada veteran disebabkan oleh PTSD dan diferensiasi
dari 2 gangguan sulit dibuktikan, karena PTSD disebabkan oleh stress
psikologis dan GW karena stress biologi
11/09/01
• Korban meninggal 3.500 dan banyak korban hidup yang
memerlukan intervensi terapi
• Setelah1 bulan kejadian ditemukan PTSD : 11,4% (±2500
orang), Depresi: 9,7%
Irak dan Afganistan
• PTSD: 17% pada tentara yang kembali dan lebih banyak pada
tentara wanita, wanita lebih banyak mencari pertolongan
• TBI: 19%, Traumatic brain injury pada veteran menunjukkan
tanda dan gejala PTSD
Bencana Alam
Tsunami
• Di Indonesia 24/12/04, korban meninggal 300.000 org dan 1juta
orang kehilangan rumah
• Temuan: adanya ketakutan dan PTSD, nelayan takut melaut, anak
anak takut bermain dilaut, dan gangguan tidur karena takut
Hurricane
• Agustus 2005, korban meninggal 1.300 dan ribuan orang
terdampar
• PTSD: 50.000 orang
Bencana Alam
Gempa Bumi
• 12 Januari 2010, di Haiti: 316.000 orang meninggal, 300.000 orang
terluka, 1 juta orang kehilangan rumah
• PTSD: 50-75% dari survivor
Penganiayaan
• Penyiksaan fisik dan psikis secara intens dari seseorang pada
orang lain dapat mengakibatkan guncangan emosi
• Termasuk kekerasan interpersonal dari abuse genosida
• Sekitar 5-35% 14 juta orang di dunia melaporkan pernah
mengalami tindakan penganiayaan
Differential Diagnosis
• Pasien sering menampilkan kompleksitas reaksi terhadap
trauma
• Klinisi harus hati hati menyingkirkan sindrom lain ketika
mengevaluasi trauma
1. Sangat penting mengetahui riwayat terapi pasien terutama
riwayat trauma kepala
• Penyakit organic yang dapat dipertimbangkan adalah epilepsy,
penggunaan alcohol dan gangguan penggunaan zat lainnya
2. Intoksikasi akut dan witdrawl pada penggunaan zat tertentu
sulit dibedakan dengan simtom PTSD
Differential Diagnosis

3. Simtom PTSD sulit dibedakan dengan gangguan panic dan


gangguan cemas menyeluruh karena ketiganya berhubungan
kecemasan yang menonjol dan arousal otonom
• Kunci dari diagnosis PTSD adalah review yang hati hati
mengenai simtom dari trauma
• PTSD juga ditandai adanya re-experiencing dan avoidance
dari trauma tersebut, dimana ini tidak didapat pada gangguan
panic dan gangguan cemas menyeluruh
Differential Diagnosis
4.Depresi Mayor
• Sering timbul bersama PTSD. Walaupun tidak sulit dibedakan namun
penting untuk diketahui komorbid dengan depresi karena ini
mempengaruhi pengobatan
5.Gangguan kepribadian
• PTSD harus dibedakan dengan GK ambang, gangguan disosiatif, dan
factitious disorders.
• GK ambang dapat sulit dibedakan dengan PTSD. Keduanya biasanya
muncul bersama atau bahkan saling berhubungan sebab akibat. Pasien
dengan gangguan disosiatif tidak selalu memiliki perilaku menghindar,
arousal otonom, atau riwayat trauma seperti pada PTSD
Prognosis
• PTSD selalu timbul setelah adanya trauma
• Terjadi minimal 1 minggu dan paling lama 30 tahun
• Simtom berfluktuasi setiap waktu dan bisa semakin intens
seiring dengan periode stress.
• Tanpa terapi, 30% pasien recovery sempurna, jika berlanjut 40%
dengan simtom ringan, 20% simtom sedang, 10%
• Untreated, about 30 percent of patients recover completely, 40
percent continue to have mild symptoms, 20 percent
continue to have moderate symptoms, and 10 percent tidak ada
perubahan atau semakin memburuk.
• Setelah 1 tahun, 50% pasien akan recovery.
• Prognosis baik jika onset cepat, pendeknya durasi kurang dari 6 bulan
• Pramorbid yang baik, support social yang kuat, dan tidak adanya
gangguan psikiatri lainnya, riwayat pengobatan atau penyalahgunaan zat
atau factor risiko lainnya.
• sangat muda atau lansia kesulitan dengan kejadian traumatis dibanding
dengan dewasa
• Contoh: 80% anak dengan luka bakar menunjukkan simtom PTSD 1-2 th
setelah kejadian, sedangkan pada dewasa hanya 30%
• Pada anak belum memiliki mekanisme koping yang adekuat untuk
menghadapi trauma
• PTSD dengan komorbid, prognosis lebih buruk
Treatment
• Yang perlu dilakukan:
1. Memberikan support
2. Memberi kesempatan mendiskusikan kejadian
3. Mengedukasi macam macam mekanisme koping contoh relaksasi
• Beberapa pasien tidak mau membicarakan mengenai kejadian tersebut
sampai benar benar terlewati dan kita harus menghargai
• Memaksa berbicara meningkatkan factor risiko
• Menggunakan hipnotik dan sedative sangat membantu
• Jika pasien berpengalaman trauma di masa lalu, penekanan pada edukasi
untuk gangguan dan treatment baik farmakologi maupun psikoterapi
• Suport juga bisa di dapat dari keluarga dan Negara
Farmakoterapi
• SSRI: sertraline dan paroxetine merupakan pilihan utama PTSD
karena efikasi, tolerability, dan keamanannya
• SSRI mengurangi gejala PTSD dan efektif memperbaiki gejala unik
PTSD tidak hanya gejala yang mirip dengan depresi dan gangguan
cemas
• Buspirone juga bisa digunakan
• Efikasi imipramine (Tofranil) and amitriptyline(Elavil), pada terapi
PTSD menunjukkan uji klinis yang baik. Walaupun pada beberapa
penelitian menunjukkan adanya temuan negatif, dimana durasi yang
terlalu singkat
Farmakoterapi
• Dosis imipramine and amitriptyline yang digunakan sama dengan
terapi depresi dan adekuat pada minggu ke 8
• Pasien yang berespon dapat diteruskan hingga 1 tahun
• Obat lain adalah monoaine oxidase inhibitors (MAOis) (phenelzine
[Nardil]), trazodone (Desyrel), dan antikonvulsan (carbamazepine
[Tegretol], valproate [Depakene]).
• clonidine (Catapres) and propranolol (Inderal), agen antiadrenergik,
dapat digunakan
• Tidak ada data pada penggunaan AP. Haloperidol (Haldol) digunakan
pada kondisi aggresi dan agitasi
Psikoterapi
• Psikoterapi psikodinamik bermanfaat pada banyak pasien PTSD
• Pada beberapa kasus, terapi dari rekonstruksi kejadian trauma
sehubungan dengan abreaksi dan katarsis
• Namun psikoterapi harus individual karena re experiencing dari
trauma menghantui beberapa pasien
• Termasuk terapi perilaku, kognitif perilaku dan hipnosis.
• Terapis harus dapat mengatasi denial dari pasien terhadap kejadian
trauma dengan memberikan kesempatan untuk relaks,
menempatkan sumber stress serta support dari teman dan keluarga
dapat dianjurkan
Psikoterapi
• Terapi awal pada pasien re-experiencing menggunakan teknik
paparan in vivo. Paparan dapat intens dan bertahap seperti pada
desensitisasi sistemik
• Pendekatan kedua adalah dengan mengajarkan manajemen stress
termasuk teknik relaksasi dan pendekatan kognitif untuk koping
dengan stres
• Teknik psikoterapi lainnya dan kontroersial adalah eye movement
desensitization and reprocessing (EMDR), dimana pasien focus pada
gerakan lateral dari jari klinisi sambil mempertahankan gambaran
dari trauma. Terapi ini efektif dan disukai oleh klinisi dan pasien
• Terapi individu, grup terapi dan terapi keluarga juga efektif
TRAUMA- OR STRESSOR-RELATED DISORDER
NOT ELSEWHERE CLASSIFIED
• DSM-5, kategori trauma- or stessor-related disorder
not elsewhere classified digunakan pada pasien yang simtom
memiliki emosional dan perilaku sebagai respon untuk
mengidentifikasi stressor namun tidak memenuhi kriteria dari
tauma- or stessor-related disorder (gangguan stress akut,
PTSD, atau gangguan penyesuaian).
Gangguan Penyesuaian
• Dikarakteristikan sebagai respon emosi terhadap kejadian yang
stressfull
• Ini adalah salah satu dari sedikit entitas diagnostik di mana peristiwa
stres eksternal terkait dengan perkembangan gejala. Biasanya,
penyebab stres melibatkan masalah keuangan, penyakit medis, atau
masalah hubungan
• Kompleksitas gejala yang berkembang mungkin melibatkan cemas
atau depresi, atau dengan gangguan perilaku.
• Simtom harus dimulai 3 bulan sejak stressor terpapar
Gangguan Penyesuaian
• DSM 5 termasuk gangguan penyesuaian dengan mood depresi,
campuran cemas dan depresi,gangguan tingkah laku, campuran
gangguan emosi dan tingkah laku, gangguan stress akut dan PTSD,
duka cita dan tipe unspecified
Epidemiologi
• Prevalensi: 2-8% dari populasi umum
• Wanita 2x disbanding pria. Wanita lajang lebih berrisiko.
• Sering didiagnosis pada dewasa
• Pada remaja sering dicetuskan dari masalah sekolah, penolakan
orang tua dan perceraian dan penyalahgunaan zat.
Gangguan Penyesuaian
• Pada dewasa sering dipicu karena masalah pernikahan, perceraian,
pindah tempat baru dan masalah keuangan
• Lebih dari 50% pasien dengan masalah kesehatan yang spesifik
terdiagnosis gangguan penyesuaian
• Pasien di bangsal bedah sebagian besar juga menderita diagnosis ini
Etiologi
• GP dipicu oleh 1 atau lebih stressor
• Beratnya stressor atau stressor itu sendiri tidak dapat memprediksi
beratnya gangguan. Berat nya gangguan tergantung dari derajat
kompleksitas, kuantitas, durasi,, reversibilitas, lingkungan dan konteks
pribadi
Gangguan Penyesuaian
• Contoh: kehilangan orang tua pada anak usia 10 tahun disbanding
orang usia 40 tahun. Kepribadian dan kultur mengkontribusi
disproporsi respon dari stressor
• Stresor dapat tunggal, sperti perceraian atau kehilangan pekerjaan.
Atau multiple seperti kematian orang yang penting, ditambah
dengan sakit isik dan kehilangan pekerjaan
• Stresor juga bisa berulang seperti masalah bisnis atau berkelanjutan
dan sakit kronis
• Bisa juga sebagai korban kejahatan, persekusi agama, mulai sekolah,
menikah, bencana alam, anak terakhir meninggalkan rumah, pensiun
Faktor Psikodinamik
• 3 Faktor GP:
1. Sifat Stresor
2. Sadar dan tidak sadar akan stressor
3. Kerentanan yang sudah ada sebelumnya
• Gangguan kepribadian dan penyakit organic membuat pasien menjadi
rentan
• Kerentanan juga dikaitka dengan kehilangan orang tua pada saat balita
atau keluarga yang bermasalah
• Klinisi harus mempertimbangkan hubungan antara stressor dan siklus
hidup perkembangan manusia
Faktor keluarga dan genetik
• 2,000 kembar mengindikasikan kejadian hidup da stressor
berkorelasi dan monozigot lebih tinggi dibanding dizigot
• Genetik juga berkontribusi pada gejala PTSD
• Lingkungan keluarga dan genetic sebanyak 20% pada GP
Diagnosis dan Gambaran Klinis
• Walaupun GP dipicu oleh stressor, namun simtom tidak harus segera
muncul
• Onset lebih dari 3 bulan (jarak antara stressor dan gangguan)
• Gejala tidak selalu mereda begitu stresor berhenti, jika stressor
berlanjut, kelainan ini mungkin kronis.
• Gangguan ini dapat terjadi pada semua umur
• Pertimbangkan adanya depresi, kecemasan, dan gambaran campuran
dari kedua nya sering muncul pada dewasa.
• Gejala fisik sering terjadi pada anak dan yang lebih tua
• Manifestasi perilaku kekerasan, mengemudi yang ceroboh, minum
yang berlebihan, gagal terhadap tanggung jawab hokum, withdrawl,
tanda vegetative, insomnia, dan perilaku suicide
Gangguan Penyesuaian dan mood depresi
• Manifestasi predominan:
1. Mood depresi
2. Sedih berkepanjangan
3. Putus asa

• Tipe ini harus berbeda dengan gangguan depresi mayor dan


uncomplicated bereavement.
• Remaja dengan GP meningkatkan factor risiko gangguan depresi saat
dewasa
Gangguan Penyesuaian dengan anxietas
• Simtom ansietas berupa palpitasi, jitteriness, dan agitasi,
menggambarkan GP dengan Ansietas
• Harus dibedakan dengan gangguan anxietas

Gangguan Penyesuaian dengan campuran mood ansietas dan


depresi
• Menunjukkan gambaran dari keduanya namun tidak memenui
kriteria dari ansietas dan depresi
• seorang wanita 48th menikah dan dalam keadaan sehat, tanpa
riwayat psikiatri sebelumnya, masuk ke IGD dengan overdosis
antihistamin di tangannya sesaat sebelum dia datang. Ia
menceritakan permasalahannya dimulai 2 bulan lalu suaminya
tanpa terduga meminta cerai. Ia merasa dikhianati setelah menikah
lebih dari 20 tahun dan menjadi istri, ibu dan IRT. Ia sedih dan
menangis terus menerus, dan ia menjadi sulit tidur.
• Tidak didapatkan vegetative symptoms dan menikmati waktu
bersama keluarga dan teman. Dai merasa putus asa dan ingin bunuh
diri setelah menyadari bahwa suaminya tidak lagi mencintainya dai
menikmati waktu bersama teman dan keluarga

• Setelah melewati masa kritisnya, ia kemudian diberikan psikoterapi
individu lebih dari 3 bulan. Dia kemudian diberikan benzodiazepines
untuk ansietas selama pengobatan.
• Setelah itu dia dapat kembali ke fungsi awalnya dan dapat
menyesuaikan diri setelah bercerai
GP dengan Gangguan Tingkah laku
• Manifestasi predominan: melanggar norma seperti vadalisme,
mengemudi ugal ugalan, dan GK antisosial
• Harus dibedakan dengan GK antisosial dan Gangguan Tingkah laku
GP dengan gangguan campuran emosi dan TL
• Gangguan ini jarang terjadi
• Klinisi mencari kejelasan diangnosis lain

GP tidak spesifik
• Adalah residu dari reaksi maladaptive dari stress.
• Contohnya respon yang tidak serasi dari sakit fisik, seperti denial
yang massive, ketidak patuhan pengobatan yang berat,dan social
withdrawl, tanpa depresi dan ansietas yang signifikan.
DD
• Uncomplete Bereavement
• Depresi mayor
• Gangguan Psikotik berat
• Gg cemas menyeluruh
• Gangguan somatic
• Gangguan Penggunaan zat
• Gangguan TL
• PTSD
• Daignosis harus disesuaikan dengan kriteria masing masing
meskipun pemicunya juga stressor
• Pasien GP terjadi hendaya fungsi social dan pekerjaan dan simtom
yang ditunjukkan normal dan reaksi sesuai dengan stresor.
DD
• Tidak ada kriteria absolut yang dapat membedakan dengan
gangguan lainnya sehingga diperlukan pertimbangan klinis
• Beberapa pasien memenuhi kriteria GP dan GK
• GP diikuti oleh penyakit fisik, klinisi harus memastikan simtom
bukan kelanjutan atau manifestasi lain dari treatmen penyakitnya
DD
• Akut dan PTSD
• Strsor harus ada pada GP, PTSD, dan gangguan stress akut
• PTSD dan gg stress akut memiliki stressor alami, afektif dan gejala
otonom
• GP memiliki stressor yang lebih berat dan gejala yang lebih luas.
• Ketika respon terhadap stressor yang ekstrim tidak didapatkan pada
stress akut dan PTSD, GP dapat dipertimbangkan
Prognosis
Pada umumnya baik
Dapat kembali ke fungsi semula dalam 3 bulan
Remaja lebih lama sembuh disbanding dewasa
Farmakoterapi
• Tidak ada penelitian yang menunjukkan efikasi pada GP, namun
dapat diberikan medikasi pada masa berkabung
• Bijaksana jika memberikan medikasi pada pasien GP, namun hanya
diberikan pada periode berkabung
• Tergantung pada tipe GP, bisa berespon dengan anti ansietas atau
anti depresan
• Pasien dengan ansietas berat pada panic dapat diberikan anxiolitik
seprti diazepam (Valium).
• AP dapat diberikan jika ditemukan gejala psikotik
Terima kasih
Mohon bimbingan

Anda mungkin juga menyukai