Anda di halaman 1dari 72

PENGERTIAN FARMAKOLOGI

FARMAKOLOGI

Berasal dari kata (Yunani)


pharmakon : obat
Logia : studi/ilmu
“Ilmu tentang obat”

Pada mulanya farmakologi mencakup


berbagai pengetahuan tentang obat yang
meliputi: sejarah, sumber, sifat-sifat fisika
dan kimiawi, cara meracik, efek fisiologi
dan biokimiawi, mekanisme kerja,
absorpsi, distribusi, biotranformasi dan
ekskresi, serta penggunaan obat untuk
terapi dan tujuan lain.
Dewasa ini didefinisikan sebagai studi
terintegrasi tentang sifat-sifat kimia dan
organisme hidup serta segala aspek
interaksi mereka.
Atau
Ilmu yang mempelajari interaksi obat
dengan organisme hidup
FARMAKOKINETIKA

Studi tentang absorpsi, distribusi, dan


biotransformasi serta eksresi (eliminasi)
Atau
Pengaruh organisme hidup terhadap obat
Atau
Penanganan obat oleh organisme hidup
FARMAKODINAMIKA

Studi tentang tempat dan mekanisme


kerja serta efek fisiologik dan biokimiawi
obat pada organisme hidup
Atau
Pengaruh obat terhadap organisme
hidup
FARMAKOTERAPI

Merupakan cabang ilmu farmakologi yang


mempelajari penggunaan obat untuk
pencegahan dan menyembuhkan penyakit

FARMAKOGNOSI

Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari


sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang
merupakan sumber obat
KHEMOTERAPI
Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh mikroba
patogen termasuk pengobatan neoplasma

TOKSIKOLOGI
Ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia
termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah
tangga, industri, maupun lingkungan hidup lain.
Dalam cabang ini juga dipelajari cara pencegahan,
pengenalan dan penanggulangan kasus-kasus
keracunan
FARMASI

Suatu sistem yang memberikan


pelayanan kesehatan dengan
perhatian khusus pada pengetahuan
tentang obat dan efeknya pada
manusia dan hewan
OBAT
Definisi obat
 Obat adalah zat kimia yang mempengaruhi proses
kehidupan (Benet,1991)
 Obat adalah substansi yang digunakan untuk
merubah atau menyelidiki sistem fisiologi atau
patologi untuk keuntungan si penerimanya
(WHO,1966)

Obat dalam arti yang lebih spesifik setiap zat


kimia selain makanan yang mempunyai
pengaruh terhadap atau dapat menimbulkan
efek pada organisme hidup
 Obat Esensial adalah obat yang paling
dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat terbanyak

 Obat Generik adalah obat dengan nama resmi


yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia (FI)
untuk zat berkhasiat yang dikandungnya

 Obat Paten adalah obat dengan nama yang


merupakan milik produsen yang bersangkutan
 Obat Plasebo adalah oabt buatan yang
tidak mengandung zat berkhasiat atau obat
yang tidak berkhasiat

 Obat tradisional adalah obat yang berasal


dari bahan-bahan tumbuhan, hewan
maupun mineral dari alam secara murni,
yang dibuat dan diolah secara sederhana
berdasarkan turun temurun, dimana efek,
dosis dan bentuknya sangat bervariasi dalam
penggunaannya
PENGGOLOGAN OABAT
Golongan oabat adalah penggolongan yang dimaksud
untuk meningkatkan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusi nya,
terdiri dari:

Obat bebas
Obat bebas terbatas
Obat keras
Obat bebas
Obat dijual bebas, tersebar diapotik sampai
diwarung, mempunyai logo berwarna Hijau

Obat Bebas Terbatas


Obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi
berkhasiat dan harus ada tanda peringatan (P)
Dijual bebas mempunyai logo berwarna Biru
Obat Keras (Daftar G = Gevaarijk = berbahaya)
Obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus
dengan resep dokter, mempunyai logo berwarna Merah

K
Obat Narkotika ( Daftar O = Opiat)
yaitu obat yang termasuk golongan narkotik dengan
turunannya, psikotropik dan anastesi lokal maupun
umum, untuk memperolehnya harus denagan resep
dokter dan apotik wajib melaporkannya.
Asal obat

Obat diperoleh:
 Tumbuhan ……….………Kuinin
 Hewan ………………….. Insulin
 Mineral………………….. Koalin
 Mikroorganisme…………Penisilin
 Sintesa……………..........Sulfonamida
RUTE PENGGUNAAN OBAT
Obat dapat diberikan dengan berbagai macam cara :
Jika dikaitkan dengan saluran cerna, maka:
1. Enteral
cara pemberian obat melalui jalur saluran cerna
atau saluran oral-gastrointestinal, dimulai dari
mulut sampai poros usus (rektum)
 P.O
 Sublingual
 Rektal
2. Parenteral
Cara pemberian dengan menempatkan obat diluar
saluran cerna, meliputi:
 Topikal
 Injeksi (intrsdermsl, subkutan, intramuskular, i.v. dsb.
 Inhalasi
Jika dikaitkan dengan sistem vaskuler, pemberian obat
dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Intravaskuler
menempatkan obat langsung kedalam aliran darah
(mis: i.v.)
2. Ekstra-vaskuler
pemberian atau penempatan obat diluar atau tidak
langsung ke sistem aliran darah (mis: p.o.,i.m.,)
Sediaan obat melalui oral

 Bentuk obat padat


a. Tablet
- Tablet kempa,
- Tablet kunyah
- Tablet salut :
salut gula, salut film polimer, salut enteric, salut
yang tahan terhadap asam lambung, salut yang
hanya hancur di usus.
- Tablet efervesen : dilarutkan dalam air
b. Kapsul
- Kapsul gelatin keras : ada wadah dan tutup
- Kapsul gelatin lunak : Buatan pabrik
langsung

c. Serbuk
- serbuk terbagi : satu bungkus untuk satu
dosis
- serbuk tak terbagi : serbuk banyak seperti
bedak
- serbuk efervesen : dilarutkan dalam air
 Bentuk obat cair
a. Larutan : jika tidak disebut lain pelarut
adalah air
b. Sirup : larutan obat dalam larutan
gula
c. Emulsi : campuran dua zat yang
tidak saling campur ( tipe
o/w atau w/o)
d. Suspensi oral : campuran obat padat
terbagi halus yang terdisper-
si dalam medium cairan
Sediaan obat melalui parenteral
Wadah untuk larutan injeksi dapat berupa :
1. ampul, 1ml, 2ml, 5ml, 10ml.
2. Vial atau Flakon, tertutup karet atau alumunium
3. Botol infus, 500ml.
Macam bentuk sediaan parenteral
1. Berupa larutan dalam air
2. Larutan dalam minyak
3. Solutio petit (Mis: injeksi luminal)
4. Suspensi obat padat dalam aqua
5. Suspensi dalam minyak
6. Emulsi
7. Kristal steril yang dilarutkan dalam aqua steril
8. Cairan invus intravena
9. Cairan untuk diagnosa
Macam rute parenteral:
1. Injeksi intrakutan/intradermal:
disuntikan sedikit ke dalam kulit
2. Injeksi subkutan/hipodermik :
disuntikan dibawah kulit
3. Injeksi intramuskular :
disuntikan kedalam otot
4. Injeksi intravena :
disuntikan kedalam pembuluh vena
5. Injeksi intratekal/intraspinal/intradural :
disuntikan kedalam sumsum tulang belakang
6. Injeksi intraperitonial:
disuntikan kedalam perut, sudah jarang dilakukan
7. Injeksi peridural, ektradural, epidural:
disuntikan ke lapisan penutup otak
8. Injeksi intrasisternal:
disuntikan ke sumsum tulang belakang dasar otak
9. Injeksi intrakardial:
disuntikan langsung ke dalam jantung
Penggunaan obat melaui inhalasi
Obat bentuk gas atau uap diabsorpsi sangat cepat
melaui Hidung, Trachea, Paru-paru, dan selaput
lendir pada perjalanannya.

Cara lama: anestesi dituangkan pada kain kasa


sebagai tutup hidung, uap yang ada diisap.

Cara medern : menggunakan tutup hidung dan


dipasangkan ke mesin
Penggunaan obat melalui selaput lendir
1. Tablet bukal
2. Tablet sublingual
3. Permen larut dalam mulut
4. Tablet hipodermik
5. Tablet implantasi
6. Okulenta : salap mata
7. Larutan mata
8. Suspensi hidung
9. Tetes hidung
10. Tetes telinga
11. Supositoria : melalui dubur
12. Basila : melalui saluran kencing
13. Tablet oval vagina
Penggunaan obat topical pada kulit
1. Bentuk obat padat untuk penggunaan topikal
adalah serbuk yang tujuannya menyerap
lembab, mengurangi geseran antar dua lipatan
kulit dan sebagai bahan pembawa obatnya.
2. Bentuk obat cair untuk penggunan topical :
- sediaan basah seperti kompres, celupan dan
untuk mandi : larutan Rivanol, larutan P.K
(Permanganas Kalicus)
- Lotion, digunakan untuk efek menyejukan,
tidak digunakan pada luka berair
- Linimen, suatu larutan dalam alkohol atau
minyak
3. Bentuk obat semi/setengah padat pada
penggunaan topical
- salap, digunakan untuk kulit
- krim, mengandung banyak air
- pasta,
- Jeli
4. Bentuk obat aerosol untuk penggunaan topical
- Aerosol semprotan pembasah atau
permukaaan
- Aerosol aliran semprotan
- Aerosol busa
FARMAKOKINETIKA
Obat yang masuk kedalam tubuh melalui berbagai
macam cara pemberian umumnya mengalami
proses absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk
sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek,
kemudian dengan atau tanpa biotransformasi,
obat di ekskresi dari dalam tubuh, seluruh proses
ini disebut proses farmakokinetik dan berjalan
serentak.

“Dapat di gambarkan”
- Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak proses
- Kebanyakan sangat rumit
- Tetapi pada umumnya didasari oleh suatu rangkaian
reaksi yang dibagi dalam 3 fase:
1. Fase farmasetika
2. Fase farmakokinetika
3. Fase farmakodinamika
Fase farmasetika
 Meliputi hancurnya bentuk sediaan obat dan
melarutnya bahan obat (disolusi) untuk sediaan
obat padat
misal:
Tablet------disentegrasi------disolusi

 Efek obat tidak tergantung semata-mata pada


faktor-faktor farmakologi melainkan juga pada
bentuk sediaan dan terutama pada formulasinya
 Faktor-faktor formulasi yang dapat merubah efek
obat dalam tubuh antara lain:
1. bentuk fisik zat aktif
2. keadaan kimiawi
3. zat-zat pembantu
4. proses teknik yang digunakan untuk membuat
sediaan.
Fase farmakokinetika
Meliputi proses-proses yang berlangsung pada
pengambilan suatu bahan obat kedalam organisme
yaitu proses absorpsi dan distribusi, sedangkan
eliminasi merupakan proses-proses yang
menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam
organisme (biotransformasi dan ekskresi)
 Dari pandangan farmakokinetik, organisme diartikan
sebagai sistem terbuka atau sistem aliran karena
senantiasa berlangsung pertukaran bahan-bahan dan
pertukaran energi dengan sekitarnya untuk mencapai
kesetimbangan.
 Organisme akan berusaha untuk mengembalikan
keadaan kesetimbangan ini secepatnya apabila terjadi
perubahan
 Pemberian obat berarti gangguan terhadap
kesetimbangan aliran yang mempengaruhi organisme
untuk meniadakannya.
Fase farmakodinamik
 Merupakan interaksi obat-reseptor dan juga proses-
proses yang terlibat dimana akhir dari efek
farmakologi terjadi.
Absorpsi
 Pengambilan dari permukaan tubuh (termasuk
mukosa saluran cerna) atau dari tempat-tempat
tertentu dalam organ dalam kedalam aliran darah
atau kedalam sistem pembuluh darah limfe dan
selanjutnya didistribusikan kedalam organisme
keseluruhan
 Obat baru akan berkhasiat apabila berhasil
mencapai konsentrasi yang sesuai pada tempat
kerjanya maka suatu absorpsi yang cukup
merupakan suatu syarat untuk efek terapeutik
 Absorpsi kebanyakan obat terjadi secara dipusi pasif
 Kecepatan absorpsi dan kuosien (hubungan bagian
yang diabsorpsi terhadap jumlah yang diberikan)
bergantung pada banyak faktor, antara lain:
1. sifat fisika-kimia obat
2. derajat kehalusan partikel
3. sediaan obat
4. dosis
5. rute pemberian
6. tempat pemberian
7. waktu kontak dengan permukaan absorpsi
8. besarnya luas permukaan yang mengabsorpsi
9. nilai pH dalam darah
10. integritas membran
11. aliran darah
Bioavailabilitas
 menyatakan jumlah obat dalam porsen
terhadap dosis yang mencapai sirkulasi
sistemik dalam bentuk utuh atau aktif.
 Hal ini terjadi karena untuk obat-obat
tertentu tidak semua yang diabsorpsi akan
mencapai sirkulasi sistemik
 Sebagian akan dimetabolisme oleh enzim di
dinding usus (pada pemberian oral)dan atau
dihati pada lintas pertama melalui organ-
organ tersebut
 Metabolisme ini disebut metabolisme atau
eliminasi lintas pertama atau eliminasi
prasistemik
Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas
:
1. Faktor obat
- sifat-sifat fisikokimia obat
- formulasi obat
2. Faktor penderita
- pH saluran cerna
- kecepatan pengosongan lambung
- waktu transit dalam saluran cerna
- perfusi saluran cerna
- kapasitas absorpsi
- metabolisme dalam lumen sal. Cerna
- kapasitas metabolisme dalam dinding saluran
cerna dan hati
3. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna
- adanya makanan
- perubahan pH saluran cerna
- perubahan motilitas sal. Cerna
- gangguan pada fungsi normal mukosa usus
- interaksi langsung.
Distribusi
 Merupakan penyebaran obat dari lumen pembuluh
darah ke seluruh tubuh
 Dalam sirkulasi sistemik obat yang di absorpsi sebagia
akan berikatan dengan protein plasma sehingga
bersifat farmakologis inaktif
 Hanya obat yang bebas akan didistribusikan dan
mencapai site of action
 Distribusi organ khusus:
- otak
- plasenta
Biotransformasi
 Merupakan proses perubahan struktur kimia obat
yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim

 Tujuan biotransformasi yaitu agar obat menjadi


lebih polar (lebih larut dalam air) sehingga lebih
mudah di ekskresikan
 Terdiri dari dua tahap :
1. reaksi fase I (Non Sintetis)
obat asal dengan proses oksidasi, reduksi dan
hidrolisis diubah menjadi metabolic yang lebih
polar, yang dapat bersifat inaktif, kurang aktif
atau lebih aktif dari bentuk aslinya
2. reaksi fase II (sintetis)
Merupakan konjugasi metabolic hasil fase I
dengan substrat endogen.
hasil konjugasi ini bersifat lebih polar dan
lebih mudah terionisasi sehingga lebih mudah
diekskresikan
 Tempat terjadi : Hepar, paru-paru ginjal, dinding
usus dan darah
Ekskresi
 Obat dikeluarkan dari tubuh melalui organ
ekskresi
 Organ ekskresi terpenting adalah :
- ginjal
- air mata
- air susu
- rambut
 Ekskresi obat menurun pada gangguan ginjal
sehingga dosis harus diturunkan atau interval
diperpanjang
FARMAKODINAMIKA
Merupakan cabang ilmu yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme
kerjanya

Tujuannya adalah mempelajari mekanisme kerja


obat yaitu untuk meneliti efek utama obat,
mengetahui interaksi obat dengan sel dan
mengetahui urutan peristiwa serta sepektrum efek
dan respon yang terjadi
Kerja dan Efek

 kerja : perubahan kondisi yang mengakibatkan


timbulnya efek atau respon

 Efek : perubahan fungsi struktur atau proses sebagai


akibat kerja obat
Tempat Kerja

Obat dapat bekerja pada:


1. Pada tempat aplikasi. Mis: salap
2. Selama transport dalam tubuh
Mis: diuretik osmotik seperti manitol
3. Pada tempat (jaringan atau sel) tertentu
mis: eter dan atropin
Mekanisme Kerja Obat

Bagaimana obat bisa bekerja sehingga menimbulkan


efek.
Dapat dibagi dua golongan besar:
1.Yang diperantarai reseptor
2.Yang tidak diperantarai reseptor
Kerja yang tidak diperantarai reseptor ialah kerja yang
berdasarkan atas sifat-sifat fisikokimia secara sederhana
 Berdasarkan sifat fisika:

Rasa : senyawa-senyawa dengan rasa pahit secara


reflek akan meningkatkan aliran asam klorida
kedalam lambung, peristiwa ini akan menambah napsu
makan, contohnya Gentian
 Berdasarkan sifat kimia
Asam basa : asam klorida pada pengobatan
hipoklorida dan antasida pada pengobatan tukak
lambung
Khelasi: logam-logam berat seperti timbal dan
tembaga dapat dikeluarkan dari tubuh dengan
bantuan senyawa-senyawa yang dapat membentuk
kompleks khelat dengan logam itu, mis: EDTA dan
Dimerkaprol
Reseptor obat
Resept obat atau reseptor farmakologik (selanjutnya
disebut reseptor saja) ialah:
Komponen speifik sel yang dapat
berinteraksidengan obat dan hasil interaksi
ini menimbulkan peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang pada akhirnya menimbulkan
efek atau respon.

Obat yang dapat menghasilkan efek setelah


berinteraksi dengan reseptor dinamakan agonis
Sedangkan yang tidak menimbulkan efek disebut
antagonis.
Sifat dan Fungsi Reseptor

Dari data analisis fisiko-kimiawi menunjukan bahwa


reseptor merupakan makromolekul yang dapat
berupa lipoprotein, glikoprotein, lipid, protein atau
asam nukleat

Reseptor obat dalam tubuh hewan pada umumnya


merupakan reeptor fisiologik yaitu reseptor untuk
senyawa-senyawa endogen seperti
hormon,neurotransmiter dan autokoid.

Kebanyakan reseptor merupakan komponen


fungsional membran plasma dan hanya sebagian
kecil yang berlokasi di dalam sel
Reseptor yang terletak pada permukaan sel meliputi
reseptor untuk neurotransmiter, hormon peptida
(mis: insulin), sedangkan reseptor yang terdapat di
dalam sel(reseptor intraseluler) mis: reseptor untuk
steroid.
Reseptor berfungsi untuk menerima rangsangan
(stimulus) dengan mengikat senyawa endogen (obat)
yang sesuai kemudian menyampaikan informasi yang
diterimanya itu kedalam sel dengan langsung
menimbulkan efek seluler melalui perubahan
permiabilitas membran (mis: reseptor nikotinik)
Disamping sebagai alat komunikasi reseptor juga
dapat berfungsi sebagai enzim dan asam nukleat.
Interaksi Obat-Reseptor
Istilah reseptor dalam fisiologi hampir selalu
dikaitkan dengan proses komunikasi, baik
komunikasi antar sel maupun komunikasi antar
organisme dengan lingkungan luarnya
Komunikasi antar sel bagiorganisme multiseluler
mempunyai peranan penting yaitu untuk
mengatur perkembangan dan organisasi dalam
jaringan, mengontrol pertumbuhan dan
pembelahan sel serta mengkoordinasi berbagai
kegiatan kehidupan
Macam-macam Efek Obat
1. Efek sistemin
adalah obat beredar ke seluruh tubuh melalui
sirkulasi darah
2. Efek lokal
obat yang mempunyai efek hanya setempat dimana
obat digunakan.
Mis: oral kumur, injeksi anestesi lokal, dsb.
Efek Obat
Dalam pengobatan efek obat dapat di bagi
menjadi:
- efek normal :
efek yang timbul pada kebanyakan individu
- efek abnormal
efek yang dialami individu atau kelompok
tertentu
Kedua macam efek tersebut dapat terjadi pada
dosis terapi
Kebanyakan obat jika diberikan dalam dosis terapi dapat
menimbulkan lebih dari satu jenis efek:
Efek utama (primer):
efek yang menjadi tujuan utama pengobatan
Efek samping (efek tambahan):
Efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan, efek
ini dapat bermanfaat atau merugikan (mengganggu)
tergantung dari kondisi dan situasi pasien.
Sebagai contoh:
Penggunaan antihistamin yang dimaksudkan untuk
menghambat kerja histamin, ternyata bahwa
antihistamin dapat menimbulkan rasa ngantuk. Bagi
pasien yang memerlukan istirahat (tidur) jelas efek ini
menguntungkan, tetapi bagi pasien yang bekerja
memerlukan kewaspadaan yang tinggi efek ini
merugikan karena dapat membahayakan jiwanya.
Efek utama (primer) dapat menimbulkan efek
sekunder yaitu efek yang tidak diinginkan dan
merupakan reaksi organisme (tubuh) terhadap
efek primer suatu obat.
Mis:
Diare yang timbul akibat penggunaan tetrasiklin
(antibiotik spektrum luas) secara oral. Peristiwa
ini terjadi karena antibiotik itu membunuh flora
usus yang mempunyai fungsi normal bagi tubuh
sehingga hal ini akan merugikan kesehatan
pasien, efek sekunder karena tetrasiklin ini dapat
pula menyebabkan timbulnya infeksi oleh
mikroorganisme lain misalnya jamur atau kuman
yang resisten terhadap antibiotik yang
bersangkutan.
Efek abnormal
Meliputi:
 Idiosinkrasi
Efek suatu obat yang secara kwalitatif berlainan
sekali dengan efek terapi normalnya, dapat timbul
secara individu, familier atau rasial.
contoh:
Obat primaquin sebagai anti malaria dapat
menimbulkan hemolisis yang hebat.
 Toleransi
Kurang rektif (hiporeakti) Untuk menimbulkan
efek dengan intensitas tertentu dibutuhkan dosis
yang lebih tinggi dari pada dosis lazim.
Ada tiga toleransi:
1. Toleransi primer ialah toleransi bawaan yang
terdapat pada sebagian orang dan binatang
2. Toleransi sekunder ialah toleransi yang diperoleh
akibat penggunaan obat yang sering diulangi
3. Toleransi silang ialah toleransi yang terjadi akibat
penggunaan obat-obat yang mempunyai struktur
kimia yang serupa, dapat pula terjadi antara zat-zat
yang berlainan, mis: alkohol dan barbiturat.
 Intoleransi
Individu yang tergolong hipereaktif akan memberikan
respon terhadap obat walaupun oabt itu diberihan
dalam dosis yang sangat kecil (jauh dari dosis lazim)
 Alergi (Hipersensitif)
suatu reaksi alergi yang merupakan respon abnormal
terhadap obat atau zat dimana pasien sebelumnya telah
kontak dengan obat tersebut sehingga berkembang
timbulnya antibodi.
Efek lain yang timbul berkaitan dengan obat:

 Resistensi
adalah keadaan tubuh yang tidak memberikan
respon pada obat karena perubahan fisiologi tubuh
 Habituasi
suatu ketergantungan psikologik terhadap obat-
obat tertentu, mis: obat penenang dengan ciri:
- selalu ingin menggunakan obat
- tanpa kecenderungan untuk menaikka dosis
- timbul beberapa ketergantungan psikhis
- Merugikan pada individu sendiri
 Adiksi
suatu ketergantungan dan ketagihan psikologik
dan fisik terhadap obat-obat tertentu, Mis: Morfin,
dengan ciri-ciri:
- ada dorongan untuk selalu menggunakan suatu
obat
- ada kecenderungan menaikan dosis
- ada ketergantungan psikhis dan ketergantungan
fisik
- Merugikan individu dan masyarakat
Efek Penggunaan Obat Campuran

1. Adisi
campuran obat yang sejalan dan menghasilkan efek
yang merupakan jumlah dari masing-masing obat
2. Sinergis
campuran obat yang saling sejalan dan saling
melengkapi
3. Potensiasi
campuran obat yang saling menguntungkan satu
sama lain
4. Antagonis
campuran obat yang saling berlawanan dan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan atau
tidak ada efek terapinya
5. Kompetisi
campuran obat yang saling bersaing untuk
menghasilkan efek terapi lebih dahulu

Spesifitas dan Selektivitas


 Suatu obat dikatakan spesifik bila kerjanya terbatas
satu jenis reseptor
 Dikatakan selektif bila menghasilkan satu efek
pada dosis rendah dan efek lain baru muncul pada
dosis yang lebih besar
Obat yang spesifik belum tentu selektif, tetapi obat
yang tidak spesifik dengan sendirinya selektif
Dosis Obat
Dosis obat yang harus diberikan pada pasien
untuk menghasilkan efek yang diharapkan
tergantung dari banyak faktor antara lain:
1.Usia
2.Bobot badan
3.Kelamin
4.Besarnya permukaan badan
5.Beratnya penyakit
6.Keadaan pasien

Anda mungkin juga menyukai