Anda di halaman 1dari 9

1.

Dewi Riyana
2. Ilman Kaffah F
3. Novia Leli A
4. Ratih Latipah

Kelas 6 Paket 1
Pada umumnya model pembelajaran diartikan sebagai
representasi suatu fenomena, baik nyata mapun abstrak,
dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena
tersebut. Menurut Aubrey Fisher, Mulyana (dalam Rahmat,
2009, hlm. 59) menyatakan model adalah analogi yang
mengabstraksi dan memilih bagian dari keseluruhan unsur
sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang
dijadikan model.
Selanjutnya menurut Saripudin, (2003, hlm. 8.20)
model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau
menerapkan teori. Dengan kata lain, model adalah teori yang
lebih disederhanakan. Model dapat diartikan sebagai kerangka
yang dikembangkan dan digunakan sebagai pedoman yang
sistematis dalam melaksanakan Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) sesuai dengan tujuan dan kepentingannya.
Contextual Teaching and Learning dikemukakan oleh
Secretary of Labor’s Commission on Achieving Necesarry Skill
(SCANS). Jhonson (2011, hlm. 46) mengemukakan “Salah satu
pesan yang dikemukakan oleh (SCAN) yaitu menggabungkan
pengetahuan dan keterampilan, mempelajai konsep-konsep
abstrak dengan melakukan kegiatan praktis, menghubungkan
tugas sekolah dengan dunia nyata
Senada dengan itu, Nurhadi (dalam Rahmat, 2009,
hlm. 68), Kontekstual (CTL) merupakan konsep pembelajaran
yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
 Konstruktivisme (Constructivism)
 Menemukan (Inquiry)
 Bertanya (Questioning)
 Masyarakat belajar (Learning
Community)
 Pemodelan (Modeling)
 Refleksi (Reflection)
 Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic
Assesment)
 Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik
(learning in real life setting).
 Pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna
(meaning full learning).
 Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).
 Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok,
berdiskusi, saling mengoreksi antar temen (learning to
know each other deeply).
 Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif,
produktif, dan mementingkan kerjasama (learning to aks,
inquiry to work together).
Kelebihan
 Menempatkan siswa sebagai subjek belajar
 Dalam pembelajaran kontekstual siswa belajar dalam
kelompok, kerjasama, diskusi, saling menerima dan
memberi.
 Berkaitan secara riil dengan dunia nyata.
 Kemampuan berdasarkan pengalaman.
 Dalam pembelajaran kontekstual perilaku dibangun atas
kesadaran sendiri.
 Pengetahuan siswa selalu berkembang sesuai dengan
pengalaman yang dialaminya.
 Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja sesuai
dengan kebutuhan.
 Pembelajaran kontekstual dapat diukur melalui
beberapa cara, misalnya evaluasi proses, hasil karya
siswa, penampilan, observasi, rekaman, wawancara,
dll.
Kelemahan model pembelajaran kontekstual menurut
Komalasari (2010: 15), yaitu:
 Jika guru tidak pandai mengaitkan materi pembelajaran
dengan kehidupan nyata siswa, maka pembelajaran
akan menjadi monoton.
 Jika guru tidak membimbing dan memberikan
perhatian yang ekstra, siswa sulit untuk melakukan
kegiatan inkuiri, dan membangun pengetahuannya
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai