Anda di halaman 1dari 99

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Neurologi

Dr. Pinto Desti Ramadhoni,SpS


Anamnesis

• Hasil Kesimpulan dari wawancara antara


dokter / pemeriksa dengan pasien atau
keluarga pasien atau orang yang mengetahui
persis keadaan pasien
• Terdiri dari 4 alenia
Isi Anamnesis Neurologi
• Alenia 1 : Keluhan utama “alasan yang
membuat pasien datang berobat ke rumah sakit
oleh karena adanya gangguan ADL”
• Ggn ADL : tidak bisa berjalan
• Isi alenia 1:
– Gangguan ADL
– Defisit neurologi
– Onset
– Ingin diobservasi lebih lanjut
CONTOH
• Penderita datang berobat ke rumah sakit karena
sukar berjalan dikarenakan kelemahan sesisi
tubuh sebelah kiri yang terjadi secara tiba-tiba
• Penderita datang berobat ke rumah sakit karena
mengalami penurunan kesadaran yang terjadi
secara tiba tiba
• Penderita datang berobat ke rumah sakit karena
sukar berkumur-kumur disebabkan mulut mengot
yang terjadi secara tiba-tiba
Alenia 2
• Insult atau kronologis yang mengarah kepada
diagnosis topik dan etiologi
• Insult : gejala-gejala yang menyertai keluhan
utama pada saat akut (dipakai jika onset tiba-
tiba)
• Akut?
• Kronologis: urutan gejala-gejala yang dialami
berdasarkan waktu (dipakai jika onset
perlahan-lahan)
Contoh insult
• + 1 jam SMRS, saat istirahat, tiba-tiba penderita mengalami
kelemahan sesisi tubuh sebelah kiri, tanpa disertai
penurunan kesadaran. Saat serangan, penderita tidak
mengalami sakit kepala dan mual muntah. Penderita
mengalami kejang umum tonik, frekuensi 1 kali, lama
kejang 1 menit, pre dan post ictal sadar. Penderita juga
mengalami rasa baal dan kesemutan sesisi tubuh kiri.
Sehari-hari penderita menggunakan tangan kanan untuk
beraktifitas, penderita masih dapat mengerti isi pikiran
orang lain baik yang diucapkan secara lisan, tulisan dan
isyarat, dan masih dapat mengungkapkan isi pikirannya baik
secara lisan, tulisan dan isyarat. Saat berbicara mulut
penderita mengot ke kanan, dan bicara pelo tidak ada.
Contoh kronologis
• + 1 tahun SMRS, penderita mengalami nyeri kepala disertai
kelemahan sesisi tubuh kiri tapi masih dapat beraktifitas seperti
biasa. Nyeri kepala hilang jika makan obat warung. + 6 bulan SMRS,
nyeri kepala semakin sering dirasakan dan kelemahan semakin
memberat hingga pasien sukar berjalan dan membutuhkan tongkat.
+ 1 bulan SMRS nyeri kepala semakin memberat hingga harus
makan obat sakit kepala 2 sampai 3 tablet utk mengurangi nyeri.
Kelemahan semakin memberat hingga tidak dapat berjalan lagi, tapi
masih dapat digerakkan. 2 hari SMRS, nyeri kepala semakin hebat,
hingga pasien mulai mengalami penurunan kesadaran seperti
gelisah/berkabut, nyeri kepala disertai muntah. Sesisi tubuh kiri
tidak ada gerakan sama sekali. Kejang tidak ada. Gangguan
penglihatan tidak ada. Gangguan berbahasa tidak ada. Rasa baal
atau kesemutan sesisi tubuh tidak ada, mulut mengot tidak ada,
bicara pelo ada.
Alenia 3
• Riwayat-riwayat penyakit yang berhubungan
dengan perkiraan diagnosis etiologi
• Stroke : hipertensi, DM, merokok
• Infeksi : infeksi telinga, batuk lama, perilaku
sex bebas/narkoba suntik, dsb
• Tumor : riwayat?
Alenia 4
• Residivitas : sudah berapa kali hal atau gejala
yang sama atau penyakit yang sama dialami
• Untuk menentukan prognosis
Pemeriksaan Neurologis
• Nn. Kranialis
• Fungsi motorik
• Fungsi sensorik
• Fungsi vegetatif (otonom)
• Fungsi luhur
• Gejala rangsang meningeal
• Gerakan abnormal
• Gait, koordinasi dan keseimbangan
Saraf Otak
Fungsi Saraf otak :

Nervus I,II,VIII : Sensorik


Nervus V,VII,IX,X : Sensorik & motorik
Nervus III,IV,VI,XI, dan XII : Motorik

Hubungan otak dengan semua sarafotak secara bilateral


terkecuali N.VII (otot muka bagian bawah ) dan N.XII
Serabut yang menghubungkan antara sarafotak dengan korteks
disebut traktus kortikobulbaris
LOKASI SARAF OTAK pada BASIS KRANII

Fossa Anterior :I ( Lamina kribrosa )


Fossa Media : II ( Foramen Optikum )
III,IV,VI, dan V1 ( Fissura Orbitalis Superior )
V2 ( Foramen Rotundum )
V3 ( Foramen Ovale )
VII / VIII ( Meatus Akustikus Internus )
Fossa Posterior : IX,X,XI ( Foramen Yugulare )
XII ( Foramen Hipoglosus )
N. Olfactorius (N.I)
Fungsi: untuk penciuman

Adalah serabut saraf yang menghubungkan


mukosa hidung dan bulbus olfaktorius.
Saraf ini merupakan juluran sentral dari sel
saraf bipolar di mukosa hidung---
menembus lamina kribrosa dan
bersinaps di bulbus olfaktorius---traktus
olfaktorius---korteks olfaktorius.
Cara pemeriksaan n.I
Syarat:
Bahan tidak mudah menguap
Bahan telah dikenal penderita (kopi,
teh, tembakau)
Tak ada kelainan lokal pada hidung
Mata penderita ditutup
Penderita sadar dan kooperatif
Cara:
• Satu lubang hidung ditutup, bahan diletakkan di lubang
hidung yang lain, lalu penderita disuruh menyebutkan
nama bahan itu.
• Pada percobaan kedua, letakkan bahan pada lubang
hidung yang sama tanpa memberitahukan penderita
(untuk menguji sugestivitas dan perhatian pasien)
• Dilakukan bergantian
terhadap beberapa
bahan dan pada
lubang hidung
kanan dan kiri.
Interpretasi:
 Anosmia/hiposmia
Hilang atau berkurangnya daya penghidu.
Terdapat pada:
1. Neuritis olfaktorii (influenza, rhinitis kronis)
2. Kontusio serebri
3. Meningitis/ensefalitis
4. Degeneratif (anemia perniciosa)
5. Tumor : a. metastase ca nasofaring
b. meningioma di fossa kranii anterior
Sindroma Foster Kennedy:
1. Anosmia di sisi tumor
2. Buta dan papil atropi primer di sisi
tumor
3. Papiledema di sisi kontralateral

Parosmia: penghiduan yang tidak sesuai


Kakosmia: selalu tercium bau busuk
Halusinasi olfaktorik: pada epilepsi lobus
temporalis/psikosis
Nervus II ( Optikus )

Adalah juluran juluran sentral sel bipolar di stratum optikum


retinae. Neuron tersebut menghantarkan impuls visual dari
retina kekopus genikulatum lateral dan kolikulus superior.
Batang--->tersebar
Reseptor rangsangan visual
Kerucut--->di makula
N.Optikus mulai dari retina sampai kiasma optikum, panjangnya
kira-kira 5 cm (3,5 cm dalam orbita dan 1,5 cm dlm for. Optikum.
N. Opticus (N.II)
Yang diperiksa pada nervus II:
1. Ketajaman/visus
2. Lapangan pandangan/campus visi
3. Funduskopi
I. Ketajaman/visus
Cara: - Snellen chart
Bed side :
- Counting fingers
- Lambaian tangan
- Cahaya: ada/tidak
cahaya, arah
cahaya
II. Kampus Visi
Alat: - Kampimeter
- Perimeter
- Test konfrontasi
Cara:
- Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa. (+ 1 m)
- Satu mata pemeriksa ditutup yang berlawanan dengan
mata si penderita.
- Gerakan benda (jari) dari lateral ke medial sampai
terlihat pertama kali dan dibandingkan dengan
mata pemeriksa.
- Lakukan pemeriksaan pada ke empat quadrant minimal,
sebaiknya 8 quadrant
- dilanjukan dengan hitung jari (1 atau 2 jari) di quadrant
Syarat:
- Mata pemeriksa harus normal
- Memeriksa mata yang normal dahulu
- Penderita harus sadar dan kooperatif

Bila penderita tidak bisa duduk maka:


- Penderita disuruh melihat lurus ke atas
- Mata pemeriksa terfiksir ke mata penderita
- Benda digerakkan dari lateral ke medial
Kampimetri dan Perimetri
Amsler grid test
• Untuk melihat adanya scotoma
III. Funduskopi
Alat: Ophtalmoscope
Diperhatikan papila nervi optikus & retinanya
Gambaran funduskopi normal:
 Retina berwarna merah oranye
 Pembuluh darah vena lebih tebal dari arteri dengan
perbandingan a:v = 2:3, dan berpangkal pada pusat
papil dan memancarkan cabang-cabangnya
keseluruh retina
 Papila nervi optici:
- Warna kuning kemerahan
- Bentuk bulat
- Batas tegas dengan sekelilingnya
- Mempunyai cekungan fisiologis (cupping)
Kelainan papil n. optici: a. papil edema
b. papil atropi

a. Papil Edema
- Warna: lebih merah
- Batas: kabur/tak tegas
- Cekungan fisiologis: datar, kadang-kadang
sampai menonjol
- Pembuluh darah bertambah, melebar,
berkelok-kelok, perbandingan a:v = 2:5
Papil edema dijumpai pada:
 Tekanan intrakranial meninggi oleh sebab apapun
 Space Occupying Lesion (SOL)
(tumor, hematoma, abses)
 Benign intracranial
hypertension
 Papilitis
b. Papil Atropi
- Warna: pucat (kuning muda putih)
- Batas: lebih tegas
- Pembuluh darah: mengecil dan jumlahnya
berkurang
- Cekungan fisiologis: bertambah cekung

Papil atropi primer: akibat tekanan langsung


pada n. optikus
Papil atropi sekunder: terjadi papiledema
terlebih dahulu atropi
Papil atropi dijumpai pada:
Neuritis optika
Tumor basal frontal
Tumor di daerah sella tursika (hipofisis,
meningioma)
Meningitis basalis tuberkulosa
Sesudah mengalami edema yang lama tanpa
pengobatan (sekunder)
Nn. Okulomotorius, Trokhlearis dan
Abduscen (Nn. III, IV danVI)
Dibicarakan bersama-sama karena ke 3 saraf otak ini
mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk GERAKAN
BOLA MATA.
N.III mempersarafi: m. rektus superior
m. rektus inferior
m. rektus medialis
m. oblikus inferior
N. IV mempersarafi: m. oblikus superior
N. VI mempersarafi: m. rektus lateralis
Pemeriksaan
Diperiksa sekaligus kanan dan kiri dan dibandingkan:
1. Celah mata pada keadaan istirahat dan membuka
selebar-lebarnya.
Bila tidak sama dan mata yang celahnya kecil tidak
bisa membuka PTOSIS (akibat parese n.III
terhadap M. Levator palpebrae) (bukan M. Tarsalis
superior milik simpatis/horner)
2. Sikap bola mata
dilihat kedua bola mata, melihat jauh, lihat dari
samping:
- exophthalmus: mata menonjol
- enophthalmus: mata masuk ke dalam
3. Axis bola mata
Normal: sejajar
Strabismus konvergen: kedua axis mata bertemu di
depan
Strabismus divergen: kedua axis mata bertemu di
belakang
Deviation conjugae: kedua bola mata melihat
kesatu sisi tanpa dapat digerakkan ke sisi lain baik
secara sadar atau tidak sadar.
4. Gerakan bola mata
a. Gerakan konjugat
Kedua bola mata bergerak dalam jurusan/arah yang
sama
b. Gerakan diskonjugat
Kedua bola mata bergerak dalam jurusan/arah yang
berlawanan
Perbedaan Deviation Conjugae Corticalis dan
pontinal:

Corticalis Pontinal

1. D. C. Ke arah lesi 1. D.C. menjauhi lesi

2. Bersifat sementara 2. Menetap

3. Hemiparese 3. Hemiparese alternans


kontralateral
Testing CN III, IV, and VI: To test the extraocular muscles, have the patient follow a
target through the six principal positions of gaze ("H" pattern).
6 8 3

5 1 2

7 9 4
Gangguan n. IV:
Lesi nukleare  Strabismus konvergen (kontra
lateral)
Pada waktu melihat ke bawah terjadi strabismus
konvergen dan diplopia

Lesi infranuklear  gejalanya sama tetapi mata


yang homolateral
5. Pupil
 Bentuk: bulat
 Ukuran: kira-kira 3 mm
Apabila pupil besar tanpa disertai gejala-gejala lain disebut
Madonna eye
 Isokor: kalau tak sama besar anisokor (disebutkan mana
yang melebar atau mengecil)
 Refleks: refleks cahaya
1. Langsung
- dengan memberi cahaya dari samping,
tidak boleh langsung dari depan
- (+) jika terjadi konstriksi pupil
2. Tak langsung (konsensuil)
- dengan memberi batas pada kedua mata
- diberi cahaya dari samping dan dilihat mata yang
tak diberi cahaya, pupil akan mengecil atau tidak
3. Refleks akomodasi
- cara: penderita disuruh memfiksir kedua
matanya pada suatu benda yang dipegang
pemeriksa di depan hidung penderita; benda
tersebut digerakkan pelan-pelan mendekati hidung
penderita
- dilihat apakah terjadi miosis dan kedua bola mata
bergerak ke tengah (konvergensi)
 Dari ketiga macam refleks tadi dapat
diketahui ada/tidaknya pupil Argyll
Robertson, yaitu:
- refleks cahaya langsung/tak langsung (-)
- refleks akomodasi (+)
- miosis
Bentuk pupil

Bentuk Normal
Lingkaran (2-6 mm)
Bentuk tekanan
Oval intrakranial

Seperti
Lubang kunci Iridektomi
Bentuk rigi-rigi Argyll-Robert
Ireguler trauma orbita
Ukuran pupil
Pinpoint (< 1 mm), over dosis opiat,
perdarahan pons
Kecil (2 mm) normal
Atau tetes mata miotika, obat opiat

Midposition + non reactive, perdarahan


pons, koma metabolik
Besar (< 6 mm)
Kerusakan pada mesensefalon
Dilatasi (> 6 mm)
Bilateral, terfiksir stadium akhir dari
anoksia berat mengarah kematian
RAPD ?
• Afferent pupillary defect = Marcus Gun pupil
• Senter mata kiri, lihat kedua pupil konstriksi
dan sedikit dilatasi (+ 2 detik), lalu senter
diayun ke mata kanan.
• Normal : mata kiri dan kanan konstriksi lalu
sedikit dilatasi
• Mata kanan (N II) tdk normal : kedua mata
tidak konstriksi / akan dilatasi ke ukuran
normal
N. TRIGEMINUS (N V)

Saraf Otak
• Fungsinya: Motorik
Saraf Otak Sensorik

M. Maseter
M. Temporalis
M. Pterigoideus
-medialis
Motorik -lateralis
M. Tensor Timpani
M. Omohioideus
Bagian anterior M. Digastrikus
Fungsi Motorik
I. Untuk mengunyah
-M. Masseter
-M. Temporalis
-M. Pterygoideus Medialis & Lateralis
II. Untuk Penutupan Rahang
-M. Masseter
-M. Temporalis
-M. Pterygoideus Medialis
III. Gerakan Rahang ke lateral
-M. Pterygoideus Lateralis kanan/kiri
-Bila rahang ke kiri maka M. Pterygoideus Lateralis kanan
yang berkontraksi
IV. Gerakan Membuka Mulut
- M. Pterygoideus Lateralis yang berfungsi
Sensorik
Mempunyai 3 cabang utama:
1. N. Maxilaris
2. N. Mandibularis
3. N. Oftalmikus

N. Oftalmikus mempersarafi: dahi, mata,


hidung, selaput otak, sinus paranasal,
sebagian selaput lendir hidung.
memasuki rongga tengkorak Fissura
Orbitalis Superior
N. Maxilaris mempersarafi: rahang atas serta
gigi geligi rahang atas, bibir atas, pipi, palatum
durum, sinus maxilaris, sebagian selaput
lendir hidung.
memasuki ronga tengkorak For. Rotundum

N. Mandibularis mempersarafi: rahang bawah,


gigi rahang abawah, mukosa pipi, lidah,
sebagian meatus akustikus eksternus, selaput
otak, Akustikus Internus  For. Ovale
Aferen N. V
• Reflex Kornea

Eferen N. VII
Dalam Klinik Gangguan N. Trigeminus Berupa
1. Lesi Supranuklear
-Tidak ada ggn. Mengunyah
-Hanya reflex zigomatikus (+)
2. Lesi Nuklear
-gejalanya tergantung pada nukleus mana yang terkena
3. Lesi Sekitar Ggl Gasseri
 Neuralgia Trigeminus
4. Lesi Infranuklear  Neuralgia

Neuralgia: nyeri yang dirasakan pada kawasan salah


satu cabang N. Trigeminus
Testing the sensory distribution of the
trigeminal nerve. Ask the patient to compare
the sensation of light touch on both sides of

the forehead, cheek, and chin.

The corneal reflex: Immediate


closure of both eyelids should occur
as examiner touches temporal aspect
of cornea with cotton wisp.
Nervus Fasialis (N VII)
Fungsi: Visero
 Motorik
Somato

 Sensorik: 2/3 anterior lidah


Kelompok dorsal (Bilateral)
 Nc. Motorik
Kelompok ventral (unilateral)
• Nc. Kelompok Dorsal
- M. Frontalis
- M. Zigomatikus
- M. Orbikularis Oculi bag. atas

• Nc. Kelompok Ventral


- M. Orbicularis oculi bagian bawah
- otot-otot bagian bawah
- otot Platisma

• Viscero Motorik:
-Gld. Lakrimalis
-Gld. Submandibularis
-Gld. Sublingualis
• Gangguan N. VII
I. Kelumpuhan
- Infra Nuklear
- Nuklear
- Enfra Nuklear
II. Gerakan Abnormal
- Tiks Fasialis

Paralise Infra Nuklear


- Bersifat perifer Dahi
- Gejala: otot-otot mimik lumpuh Pipi
Dagu
Paralise Nuklear
-Biasanya karena kelainan di Pons (tumor, CVD)
-Gejala: Hemiplegi alternans

Paralise Supranuklear
Gejala: hemiplegi tipika
Gerakan Abnormal
Tiks Fasialis: kejang otot mimik
Gejala: •Tidak nyeri

•Konstriksi pendek berulang dari otot muka


•Lamanya bbrp menit/jam
•Frekuensi serangan 20-30 kali
•Terjadinya spontan

Otot mimik yang sering terkena


-M Orbikulari Okuli
-Otot bibir
-Platisma
-Ala nasi
-80% psikis
-20% organik (lesi iritatif)
Tipe Sentral
• Parese N VII
Tipe Perifer

• Gejala Parese N VII tipe sentral


- otot mimik pipi/dagu lumpuh
- otot dahi dan orbikularis bagian atas tidak lumpuh
• Gejala parese N. VII tipe perifer
- oto-otot dahi lumpuh
- otot orbikularis okuli lumpuh
- otot-otot mimik pipi / dagu lumpuh
Testing the facial nerve
Parese N VII
Parese N. VII tipe perifer
Topik
• Bells Palsy : idiopatik
NERVUS AKUSTIKUS (N. VIII)
• N. Kokhlearis
• N. Vestibularis

Gangguan Pendengaran
-Kurang pendengaran
-tuli
-tinnitus
-halusinasi akustik (aura pada epilepsi)

Aphasia sensorik: dapa mendengar suara tetapi tidak


dapat menterjemahkan suara tersebut. (lesi di koteks
assosiasi auditif area22 dan 42)
• Test pendengaran:
- Rinne  (+) atau (-)
(+) normal
- Weber  lateralisasi ke kiri / ke kanan
Normal tidak ada lateralisasi.

Gangguan N. Vestibuler
- Vertigo
- Nistagmus
- Ataxia
Weber Test

• Rinne Test

Rinne Test
N. GLOSOFARINGEUS (N. IX)
Sensorik
• N. Glosofaringeus
Motorik

• Serabut motorik N. IX berasal dari Nuk.


Salivatorius Inferior dan sebagian dari Nuk.
Ambigus.

• Bersama-sama dengan N X dan N XI keluar


dari tengkorak melalui For. Jugulare
• Mempersarafi:M. Stilofaringeus
Selaput lendir faring
Tonsil
Selaput lendir belakan palatum Mole
1/3 bagian posterior lidah
Gangguan N IX  ggn. Menelan, ggn.
Pengecapan, ggn. Protopatik sekitar orofaring
Segala macam ggn. Menelan baik mengenai
sukar menelan karena kelumpuhan otot-otot
menelan maupun karena adanya nyeri atau
perasaan tidak enak waktu menelan 
DISFAGIA
Normal Oropharynx
N. VAGUS (N. X)
• N. Vagus: saraf otak yang paling panjang, mengandung
serabut:
Somatosensorik Somatomotorik
Aferen Eferen
viserosensorik Sekretomotorik

• Serabut eferen N X mengurusi kontraksi seluruh Tr.


Digestivus mulai dari faring sampai kolon desensdens.
• Juga mengurusi sekresi kelenjar Tr. Digestivus dan
Pankreas (tergolong serabut viseromotorik yang
berfungsi sebagai. Motorik (kontraksi otot polos) dan
sekretorik).
• Yang berfungsi somatomotorrik  mempersarafi otot
laring.
• Serabut aferen berasal dari sel-sel yang
menyusun Ganglion Jugulare dan Gangglion
Nodusum

• Impuls eksteroseptif dari liang telinga,


sebagian membrana timpani, sebagian daun
telinga  ggl. Jugulare  Nukl. Ramus
Desendens N V

• Impuls viserosensorik dari kawasan abdomen,


larings dan farings  ggl. Nodosum  Nukl.
Traktus Solitarius
• Pemeriksaan N IX dan N X
penderita diajak bicara, apakah ada:
-Suara sengau lesi N. IX
-Suara parau/hilang (afoni)  lesi N. X
-Apakah kesulitan menelan (disfagia) lesi N. X
-Apakah ada minuman keluar dari hidung (regurgitasi
nasalis)  ggn, N IX
-Disuruh buka mulut: lihat arkus faring & uvula
-Suruh penderita menyebut A  tertarik kearah/sisi
sehat
-Refleks muntah
-Refleks okulokardia
-Refleks sinus karotikus
NERVUS ASCESORIUS (N. XI)
• N. XI : saraf somatomotorik
• Berinti :- medulla spinalis
- medulla oblongata
• Mempersarafi: - M. Sternokleidomastoideus
- M. Trapezius

Parese N. XI
-Kepala tidak bisa berputas ke arah kontralateral L.
-Bahu sisi lumpuh lebih rendah
-Bila kepala dianggukkan, dagu menyamping ke arah
yang lumpuh
-Parese bilateral  tidak dapat menegakkan leher 
kepala menunduk
Pemeriksaan N XI
NERVUS HIPOGLOSUS (N. XII)
• Mendapat innervasi unilateral (kontralateral)
• Pemeriksaan
- apakah ada disarthria (bicara pelo)
- disuruh menjulurkan lidah
*apakah ada deviasi
*lihat papil: atropi/fasikulasi
• Lesi sentral hanya ada deviasi lidah (CVD)
• Lesi perifer:
- ada deviasi
- atropi papil (lidah licin)
- ada fasikulasi
Parese N.XII
Fungsi Luhur
• NEUROBEHAVIOUR :
– Fungsi non kognitif (gejala perubahan perilaku)
– Fungsi Kognitif (5 domain: bahasa, memori, atensi,
visuospasial, eksekutif)
• Langkah – langkah :
– Pemeriksaan tingkat kesadaran
– Pemeriksaan gangguan perilaku (mood, emosi)
– Atensi (paling awal dr behaviour)
– Bahasa
– Memori
– visuospasial
Atensi
• Kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan satu
stimulus tertentu (spesifik) dengan mampu
mengabaikan stimulus lain baik internal maupun
eksternal yang tidak perlu atau tidak dibutuhkan.
• Atensi merupakan hasil hubungan antara batang otak,
aktivitas limbik dan aktivitas korteks
• Konsentrasi merupakan kemampuan untuk
mempertahankan atensi untuk periode yang lebih lama.
• Setelah menentukan kesadaran, pemeriksaan atensi
harus dilakukan saat awal pemeriksaan neurobehavior
karena pemeriksaan modalitas kognitif lainnya sangat
dipengaruhi oleh atensi yang cukup terjaga.
Atensi
• Observasi : distraktibilitas atau kesulitan
memperhatikan
• Digit span : (<5 : ggn atensi)
• Vigilance: mengetuk (menilai eror)
• Inatensi unilateral
Bahasa
• Fluency (kelancaran) :kemampuan menghasilkan bicara spontan tanpa word-
finding pauses atau gagal dalam pencarian kata. (kecepatan, upaya,
tekanan,prosodi, isi, panjang, parafasia)
• Dua jenis parafasia yaitu parafasia literal (mengganti silabel, misalnya ”kursi”
disebutkan ”kudri” atau ”pensil” disebutkan ”pentil”), dan parafasia verbal
(mengganti arti sebuah kata dengan kata yang mempunyai konotasi sama,
misalnya ”bangku” disebutkan ”meja” atau garpu” disebutkan ”sendok”.
• Gangguan ringan dapat dideteksi dengan pemeriksaan Verbal Fluency Test
• Cara:
• Pasien diminta untuk menyebutkan nama binatang sebanyak-banyaknya dalam 1
menit. Catat jumlah binatang dalam 1 menit, jawaban benar dan jawaban
parafasik.
• Skor:
• N: 18 sampai 22 binatang dalam 1 menit dengan standar deviasi 5-7. Usia ≤ 69
dapat menyebutkan 20 ± 4.5, usia 70-79 dapat menyebutkan 17 ± 2.8, dan usia ≥
80 dapat menyebutkan 15.5 ± 4.8.
Pemahaman (komprehensi)
• Dasar dari pemeriksaan pemahan bahasa ini
adalah menilai apakah pasien mengerti arti
kata, kalimat atau paragraf yang disebutkan
atau dituturkan oleh pemeriksa
• Test kepping
BAHASA
• Pengulangan : Mengulangi kata dari ringan
sampai kalimat kompleks
• Membaca: simbol, kata, ejaan, kalimat,
paragraf
• Menulis : menulis huruf, kata

• Kemampuan Modalitas Bahasa Pada Sindroma Afasia

• Jenis afasia Bicara Pengertian Penamaan Pengulangan
• spontan
• Broca nonfluen relatif normal abnormal abnormal

• Wernicke fluen abnormal abnormal abnormal

• Global nonfluen abnormal abnormal abnormal

• Konduksi fluen normal abnormal abnormal


• parafasia

• Transkortikal nonfluen relatif normal abnormal relatif normal


• Motorik

• Transkortikal fluen abnormal abnormal relatif normal
• Sensorik parafasia,
• ekolali

MEMORI
• Immediate : beberapa detik
• Recent : kejadian sehari-hari
• Remote: bertahun-tahun
VisuoSpasial
• Kemampuan Konstruksional : menggambar,
meniru bentuk, menyusun balok-balok
(dominan fungsi lobus parietal)
• Meniru balok berpotongan, CDT
EKSEKUTIF
• Cara berpikir dan kemampuan pemecahan
masalah (dominan lobus frontal)
• Pertanyaan umum, kalkulasi, Set Shifting
GERAKAN ABNORMAL
• Khorea
• Atetosis
• Distonia
• Tic – Tourette
• Hemifacial spasme
• Tremor (resting, non resting)
• Dyskinesia (tardive)
Gait dan Keseimbangan
• Kemampuan mempertahankan postur tubuh, baik
duduk, berdiri maupun saat berjalan
• Trunk ataksia :tdk mampu duduk, kekuatan >4
• Limb Ataksia : Romberg (+) buka mata
• Gait Ataksia (hemiplegic gait)
• Serebellar ataksia, dsb
• Termasuk pemeriksaan koordinasi : Pas Pointing
test, finger to nose, dysdiadokinesia test

Anda mungkin juga menyukai