Anda di halaman 1dari 30

PROLAPS UTERI

Laporan Kasus

Oleh:
Deiby O Lumempouw
16014101145

Supervisor Pembimbing:
dr. Rudy Lengkong Sp.OG(K)
BAB I
PENDAHULUAN
Prolaps Uteri
• Prolaps uteri merupakan salah satu jenis prolaps
organ panggul (genitalia) dan menjadi kasus nomor
dua tersering setelah cystouretrochele (bladder
and urethral prolapse)
Prolapsus organ panggul (POP) masih menjadi
masalah kesehatan pada wanita yang mengenai
hingga 40% wanita usia di atas 50 tahun.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SM
Umur : 62 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Rumoo
Suku/Bangsa : Minahasa /Indonesia
MRS : 1 Oktober 2018
Anamnesis
Benjolan dirasakan ibu sejak ± 1 bulan yang
Keluhan Utama lalu

Pasien datang ke RSUP Prof. DR. R. D Kandou atas


rujukan dari dokter spesialis dengan keluhan
Riwayat benjolan dirasakan ibu sejak ± 1 bulan yang lalu.
Penyakit Benjolan masih dapat dimasukkan dengan
Sekarang bantuan tangan. BAB biasa, benjolan pada perut
tidak ada, nyeri perut tidak ada, keputihan (-)
Anamnesis Pasien mempunyai riwayat penyakit
Hipertensi dan Diabetes Melitus. Pasien
Riwayat Penyakit tidak mempunyai riwayat penyakit
Dahulu jantung, hati, paru, kolesterol dan asam
urat
P1 : 1979 / P / Normal /3200 gr/ sehat
Riwayat Obstetri P2 : 1982 / L / Normal / 3000 gr / sehat
P3 : 1989 / P /Normal /3000 gr/ meninggal
15tahun
Menarche pada usia 13 tahun,
menstruasi teratur setiap satu bulan
Riwayat Ginekologi sekali, dengan lama setiap kali haid 5-6
hari, ganti pembalut 2-3 kali sehari.
Menopause sejak umur 47 tahun

Riwayat KB
Pasien menggunkan KB spiral
Anamnesis
Pasien menikah 1 kali. Umur pertama
Riwayat menikah 21 tahun. Lamanya usia
Perkawinan perkawinan 40 tahun.

Riwayat Penyakit Keluarga pasien tidak ada yang memiliki


Keluarga penyakit seperti pasien.

Riwayat Sosial Pasien merupakan Ibu Rumah Tangga


Ekonomi dan tinggal bersama keluarga. Biaya
kesehatan ditanggung oleh BPJS.
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Status PraesensGinekologi Thoraks
Pemeriksaan
• KU : Cukup • Mata : Conj. An (-) • Cor : BJ I-II reguler, bising (-)
Skl. Ikt (-) • Pulmo : SP Vesikuler
• Kes : CM
• Inspeksi : Fluksus (-), Fluor
• Hidung: Sekret (-) tampak massa uterus
Rh (-/-), Wh (-/-)keluar
• TD : 170/80 mmHg • Telinga: Sekret (-)
sebagian dari introitus vagina, bentuk bulat, warna merah muda,
• Nadi : 84 kali/menit • Mulut : Beslag (-), Abdomen
discharge (-), erosif (+)
• Resp : 20 kali/menit Karies (-) • Ins : Datar
• Palpasi : teraba• massa ukuran
Tenggorokan: 2 cmx2cmx3cm,
Tonsil konsistensi
• Ausk : BU (+), normal.
• Suhu : 36,5ᵒC
kenyal, nyeri tekan (-).T1-T1, Hiperemis (-) • Palp : Lemas, teraba massa 2
• BB : 75 kg
•• TB
Inspekulo • Leher
: Fluksus (-), fluor:(-),
Pembesaran
tampak vaginajari dikeluar,
atas simfisis.
portioPermukaan
licin,
: 163cm KGB (-)
OUE tertutup 2 licin, konsistensi keras dengan
• IMT : 25,6 kg/m batas tegas, mobile, nyeri
• VT : massa dapat dimasukkan, kesan tekanuteri
(+) atrofi, nyeri
goyang (-), massa adneksa (-), nyeri (-) • Perk : WD (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

•Leukosit : 9900 (4.0-10.0)


•Eritrosit : 4.75 (4.70-6.10)
•Hemoglobin : 15,0 (11.5-16.5)
•Hematokrit : 43,1 (37.0-47.0)
•Trombosit : 233.000 (150-450)
•MCH/MCHC/MCV : 31.5 / 34.7 / 90.6 (27.0-35.0 / 30.0-40.0 / 80.0 – 100.0)
•SGOT/SGPT : 43 / 43 (<33 / <43)
•Ureum/Creatinin : 27 / 0.7 (10-40 / 0.5-1.5)
•GDS : 163 (70-140)
•Na/K/Cl : 142 / 3,67 / 102,5 (135-153 / 3.50-5.30 / 98.0-109.0)
•PT/APPT : 11.0 / 30.1 (12.0-16.0 / 27.0-39.0)
P3AO 62 tahun dengan Prolaps
Uteri grade III + sistokel grade I +
Diagnosis
resistokel grade II

• Masuk Rumah Sakit


• Rencana operasi TVH(Total Vaginal
Rencana Terapi Histerektomi) + KA ( Kolporafi
Anterior) pada tanggal 3 Oktober
2018
Resume
P3AO 62 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 1 Oktober
2018 dengan rencana operasi TVH(Total Vaginal Histerektomi) +
KA ( Kolporafi Anterior) pada tanggal 3 Oktober 2018. Pasien
memiliki keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 3 bulan
SMRS. Mual (-), muntah (-), BAB dan BAK tidak ada kelainan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital DBN,
konjungtiva anemis (-), pembesaran KGB (-), cor/pulmo DBN,
abdomen terlihat datar dan teraba massa setinggi 2 jari di atas
symphisis, mobile, nyeri tekan (+).
Pemeriksaan EKG dan laboratorium DBN.
FOLLOW UP
Tanggal SOAP (Subject Object Assesment Planning)
31/8/2018 S: Keluar benjolan dari jalan lahir
O: KU: cukup Kes: CM
2018
TD: 160/80 mmHg N: 88 x/m RR: 20x/m Sb: 36.2°C
A: P3A0 62 tahun dengan prolaps uteri grade III + Sistokel grade III +
Rektoktel grade II + Hipertensi
P: Rencana TVH + KA tanggal 3/10/2018
BAB III
PEMBAHASAN
Definisi
Anamnesis
TEORI
KASUS • Prolapsus organ panggul (POP) masih
menjadi masalah kesehatan pada wanita
yang mengenai hingga 40% wanita usia di
• Benjolan atas 50 tahun, prolaps uteri memiliki
dirasakan ibu beberapa gejala :
sejak ± 1 bulan • Pengeluaran serviks uteri dari vulva
yang lalu • Leukorea karena kongesti pembuluh
darah di daerah serviks dan karena
infeksi serta luka pada portio uteri
• Perasaan adanya suatu benda yang
mengganjal di vagina atau menonjol
di genitalia eksterna
Anamnesis
KASUS TEORI
Prolapsus organ panggul (POP) masih
menjadi masalah kesehatan pada
Benjolan wanita yang mengenai hingga 40%
dirasakan ibu wanita usia di atas 50 tahun, prolaps
sejak ± 1 bulan uteri memiliki beberapa gejala :
yang lalu •Gangguan berkemih
•Keputihan atau cairan abnormal yang
keluar melalui vagina
•Perdarahan vagina
•Prolapsus uteri derajat III dapat
menyebabkan gangguan bila berjalan
dan bekerja
Persalinan
pervaginam
susah
Faktor Resiko Prolaps Uteri

• Multiparitas
• Usia
• Penyakit jaringan ikat
• Ras
• Peningkatan Tekanan Intra abdomen
• Prolapsus Uteri Gr I : dimana serviks uteri turun sampai
introitus vagina, serviks masih berada di dalam vagina dan
serviks mendekati prosessus spinosus.
• Prolapsus Uteri Gr II : dimana serviks menonjol keluar dari
introitus vagina, uterus keluar dari introitus kurang dari ½
bagian dan serviks terdapat antara prosessus spinosus dan
introitus vaginae
• Prolapsus Uteri GR III : seluruh uterus keluar dari vagina,
prolapsus ini juga dinamakan prosidensia uteri dan uterus
keluar dari introitus vaginae lebih dari ½ bagian serta serviks
keluar dari introitus vaginae
Pemeriksaan Fisik
1. Pasien dalam posisi telentang pada meja ginekologi dengan
posisi litotomi.
2. Pemeriksaan ginekologi umum untuk menilai kondisi
patologis lain
3. Inspeksi vulva dan vagina, untuk menilai :
• Erosi atau ulserasi pada epitel vagina
• Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi segera, ulkus
yang bukan kanker diobservasi dan dibiopsi bila tidak ada reaksi
pada terapi
• Perlu diperiksa ada tidaknya prolapsus uteri dan penting untuk
mengetahui derajat prolapsus uteri dengan inspeksi terlebih
dahulu sebelum dimasukkan inspekulum
Pemeriksaan Fisik
4. Manuver Valsava :
• Derajat maksimum penurunan organ panggul dapat dilihat dengan
melakukan pemeriksaan fisik sambil meminta pasien melakukan
ekspirasi
• Setiap kompartemen termasuk uretra proksimal, dinding anterior
vagina, serviks, apeks, cul-de-sac, dinding posterior vagina, dan
perineum perlu dievaluasi secara sistematis dan terpisah.
• Apabila tidak terlihat, pasien dapat diminta untuk mengejan
• Tes valsava dan cough stress testing (uji stres) dapat dilakukan untuk
menentukan risiko inkontinensia tipe stres pasca operasi prolaps

5. Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi


dan kekuatan otot levator ani
6. Pemeriksaan rektovaginal : Untuk memastikan adanya rektokel
yang menyertai prolapsus uteri
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium masih dalam
batas normal
Penatalaksanaan
KASUS TEORI
• Pada kasus ini dilakukan • Histerektomi total umumnya dilakukan
HTSO (Histerektomi Totalis dengan alasan mencegah akan
Salphingo-Oovorektomi) timbulnya karsinoma servisis uteri.
mengingat ukuran uterus • Indikasinya adalah untuk mencegah
4,18 x 8,57 x 4,37 cm, serta
gejala perdarahan yang terjadinya keganasan ketika penderita
terjadi sejak 3 bulan lalu sudah menopause dan tidak
SMRS. menggunakan hormone replacement
therapy (HRT).
• Tindakan ini diambil
mengingat usia pasien yang • Histerektomi dilakukan jika fungsi
sudah 41 tahun memiliki reproduksi tidak diperlukan lagi,
faktor risiko tinggi pertumbuhan tumor sangat cepat,
terjadi perdarahan terus menerus dan
• Dengan penatalaksaan ini
diharapkan angka banyak serta tidak membaik dengan
kekambuhan menjadi pengobatan.17
sangat kecil
Pasien P3A0 50 tahun didiagnosa dengan mioma uteri

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


penunjang, pasien ditatalaksanan dengan tindakan
HTSO (Histerektomi Totalis Salphingo-Oovorektomi

Berdasarkan tindakan yang diambil yaitu berupa HTSO,


dimungkinkan prognosis untuk kasus ini dubia ad
bonam karena tindakan ini memiliki angka kekambuhan
yang lebih rendah jika dibandingkan miomektomi saja.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai