Anda di halaman 1dari 22

PENGELOLAAN

MANGROVE

Oleh:

Ardyan Pramudya
Kurniawan, M.Si
MANGROVE
Tumbuhan mangrove:
Sekelompok tumbuhan berkayu atau semak-semak yang
tumbuh di daerah intertidal dan bisa beradaptasi dengan
lingkungan yang dipengaruhi oleh air tawar dan air laut.

Jenis Mangrove:
Tumbuhan mangrove sejati (true mangrove/
exclusive mangrove):
Tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di daerah
mangrove
Bukan tumbuhan mangrove sejati (non-
exclusive mangrove):
Biasanya tumbuh di pinggiran mangrove atau
di habitat lain 83
Komunitas mangrove

Interaksi antar organisme


Spesies kepiting:
Pohon • Sesarma sp
mangrove • Metopograpsus sp

Daun mangrove yang


gugur

Feses kepiting dimakan oleh organisme


kecil dan organisme kecil dimakan oleh
organisme yang lebih besar

Daun gugur
dimakan kepiting
dan dikeluarkan
lagi berupa feses Liang-liang/ lubang kepiting penting
untuk aerasi tanah dan “pencucian
garam-garam yang ada di tanah
Distribusi geografik mangrove:
 Hanya di daerah tropik karena penyebaran mangrove
dipengaruhi oleh temperatur laut dan daratan
 Tumbuhan mangrove dapat hidup pada suhu 5oC,
tetapi biji (perkecambahan) sangat peka terhadap
dingin dan tumbuhan tidak tahan terhadap kebekuan.

Tumbuhan mangrove dan lingkungannya:


 Daerah mangrove selalu digenangi air (gelombang)
secara periodik.
 Tanah di daerah mangrove menyimpan bamyak air
 Salinitas air berfluktuasi

Tumbuhan mangrove beradaptasi dengan cara:


o Mempunyai akar nafas
o Mampu mengeluarkan kelebihan garam dari dalam tubuh tumbuhan
o Biji mangrove berkecambah pada saat masih tergantung di pohon
induk (membentuk propagule)
Pengelolaan mangrove di
Indonesia
 Landasan Hukum: UU no 5 tahun 1990, tentang konservasi
sumberdaya hayati dan ekosistemnya yang menyangkut
konsep-konsep integritas ekosistem dan pemanfaatan
lestari

 Untuk pengelolaan kawasan tertentu diatur dengan dasar


yang berbeda.
Contoh:
 Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 24
tanggal 18 Juni 1939, tentang penetapan Muara Angke
sebagai cagar alam
 Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 667/Kpts-
II/1995 dan SK Menteri Pertanian No.
161/Um/6/1977: tentang penetapan Cagar Alam Muara
Angke Kapuk
Strategi pengelolaan kawasan hutan
mangrove

fragile
Perlu strategi
mangrove khusus untuk
Sangat peka mengelolanya
terhadap perubahan
lingkungan
Strategi pengelolaan kawasan hutan
mangrove

Rancangan teknis pengelolaan:


1.Penataan zona: untuk meminimalkan kerusakan dan
melestarikan fungsi ekologis dan ekonomis kawasan.
2.Reboisasi: penanaman kembali area mangrove
dengan tumbuhan yang sesuai
3.Pengembangan mina hutan: pemanfaatan hutan
mangrove untuk usaha perikanan dengan
mempertimbangkan kelestarian area tersebut.
4.Pembentukan kelembagaan: perlu dibentuk suatu
lembaga yang jelas untuk menangani kawasan
mangrove secara menyeluruh.
1. Penataan zona: Kawasan hutan mangrove dibagi
menjadi zona pemanfaatan dan zona
perlindungan (konservasi)

2. Reboisasi:
Mengembalikan mangrove ke kondisi semula (ex. Daerah
mangrove yg terdiri dari 80% tambak dan 20% hutan
dirubah menjadi 20% tambak dan 80% hutan)
Kendala program reboisasi:
1. Kedalaman air yang lebih dari 1 m akan menyulitkan
penanaman bibit mangrove. Solusi: bibit mangrove ditanam
dalam bambu berisi lumpur yang ditancapkan ke substrat.
2. Abrasi (tidak adanya lumpur untuk menanam bibit
mangrove). Solusi: dipasang “groin” dari batu atau cerucuk
bambu untuk menahan lumpur agar tidak hanyut ke laut.
3. Pengembangan mina hutan (Sylvofishery):
Hanya 20% dari kawasan hutan mangrove yang boleh
digunakan untuk tambak.

Model tambak:

1.empang parit (hutan 2. empang inti (kolam di


mangrove di tengah dan tengah dan hutan mangrove
kolam mengelilingi hutan) mengelilingi kolam).
Pemungutan hasil hutan (Silvikultur)

Supaya penebangan hutan mangrove dapat dilakukan dengan


baik, dapat diterapkan beberapa cara:

1. Tahap penebangan terakhir dilakukan 5 tahun setelah


dimulainya penebangan
2. Pada area penebangan harus disisakan pohon induk
sebanyak 64 – 100 pohon/ hektar (jumlah pohon
tergantung dari tingkat kesuburan lahan).
3. Tebang habis dalam 2 tahap. Tebangan pertama
mencakup 40% dari total tegakan dan sisanya ditebang
dalam waktu 2 – 5 tahun, tergantung sukses atau
tidaknya proses pemudaan hutan.
4. Sistem 2 tajuk: penebangan pertama 50% dari total
tegakan dan sisanya ditebang 15 – 20 tahun kemudian
setelah anakan mangrove besar.
Untuk menunjang suksesnya pemanfaatan hasil hutan yang
berkesinambungan, maka perlu diterapkan beberapa
aturan tambahan seperti:

1. Ada batas area yang tidak boleh ditebang, yaitu di


daerah garis pantai dan pinggir sungai. Fungsinya untuk
perlindungan pantai dari abrasi
2. Ada pengaturan waktu dan tahap pelaksanaan
pekerjaan sebelum dan sesudah penebangan/
eksploitasi
3. Tempat-tempat yang kosong harus disulam/ disisip
4. Ada batas ukuran pohon yang boleh ditebang atau
dijadikan pohon induk.
Contoh “sustainable management” dalam pemanfaatan
mangrove di Matang, Malaysia

Penerapan “sistem rotasi 30 tahun”

1. Ada area yang dibiarkan saja/ tidak ditebang


2. Area dibagi menjadi blok-blok kecil (bbrp hektar), ttp blok-
blok ini dikelilingi oleh hutan yang utuh. Pohon mangrove di
blok-blok tsb dan ditebang habis oleh perusahaan arang di
bawah pengawasan Dept. Kehutanan. Kayu yg ditebang
disisakan sekitar 3 m untuk mencegah erosi pantai
3. Krn dikelilingi oleh hutan yg utuh, area mangrove yg sdh
ditebang segera dipenuhi oleh tumbuhan mangrove baru
(muda). Bila dlm waktu 1 tahun area yg ditumbuhi mangrove
< 90%, maka dilakukan penanaman bibit mangrove
4. Bila pada tahun ke 2 area yg ditumbuhi mangrove < 75%,
dilakukan penanaman kembali
5. 30 tahun kemudian hutan mangrove sudah pulih dan dapat
ditebang kembali.
sistem rotasi 30 tahun
Contoh “sustainable management”
Tambak udang dengan Gei Wei sistem di China Selatan

Sistem tambak gei wei:


1. Gei wei adalah kolam dangkal yang dibuat dg cara memagari suatu area di
hutan mangrove dengan lumpur. Pohon mangrove di dalam dan di sekitar
kolam dibiarkan utuh.
2. Saluran pembuangan yang dalam (13 m) dibangun di sekeliling kolam.
3. Antara kolam dan laut dihubungkan dengan suatu saluran
4. Bibit udang terbawa ke dalam kolam pada saat air pasang.
5. Pertumbuhan udang disokong dg adanya makanan yg berasal dari pohon
mangrove yang ada di dalam/ di luar kolam dan terbawa oleh air laut
6. Panen dilakukan dg cara membuka saluran pembuangan pada saat pasang
terendah shg udang masuk ke dalam saluran pembuangan.
7. Udang yg besar diambil dan udang yang kecil dibiarkan sampai datang
pasang dan udang kecil terbawa masuk ke kolam kembali.
8. Udang yg diproduksi di tambak ini rendah (500 kg/ha), tetapi sistem ini
“sustainable.”
Rehabilitasi mangrove
 Cara rehabilitasi mangrove: penanaman kembali
(replanting program)

 Tujuan: Untuk mengkonservasi atau


mengembalikan ekosistem mangrove seperti
semula

 Alasan: Karena tingginya kesadaran akan


pentingnya mangrove untuk perikanan, menjaga
pantai dari erosi dll.

Apakah mungkin….????
Bagaimana cara mengembalikan
ekosistem mangrove seperti
semula???
Limbah yang
menumpuk area
mangrove

limbah Air yang


tercemar oleh
limbah
Problem yang ditimbulkan oleh
kegiatan budidaya ikan/ udang
secara umum:
Makanan ikan

Ikan
terganggu/
mati
• Eutrofikasi
Kualitas air
• Pendangkalan
turun
• Punahnya
ikan endemik
• dll membusuk

Tumpukan materi organik


(feces dan sisa makanan)
Kelompok 1:
Diskusikan dengan teman saudara:
Apa yang terjadi dengan hutan mangrove (termasuk
tumbuhan, hewan dan lingkungan) bila mangrove
tersebut tercemar limbah industri. Apa yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
bagaimana cara mengembalikan hutan mangrove
seperti kondisi semula?
Kelompok 2:
Diskusikan dengan teman saudara:
Apa yang terjadi dengan hutan mangrove
(termasuk tumbuhan, hewan dan lingkungan)
bila mangrove tersebut tercemar limbah
rumah tangga (kotoran manusia, plastik dan
sampah dapur). Apa yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut dan
bagaimana cara mengembalikan hutan
mangrove seperti kondisi semula?
Kelompok 3:
Diskusikan dengan teman saudara:
Apa yang terjadi dengan hutan mangrove (termasuk
tumbuhan, hewan dan lingkungan) bila mangrove tersebut
tercemar limbah dari budidaya udang (kotoran udang
dan sisa-sisa makanan) . Apa yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut dan bagaimana cara
mengembalikan hutan mangrove seperti kondisi semula?

Kelompok 4:
Diskusikan dengan teman saudara:
Apa yang terjadi dengan hutan mangrove (termasuk
tumbuhan, hewan dan lingkungan) bila mangrove tersebut
tercemar limbah dari tumpahan minyak. Apa yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
bagaimana cara mengembalikan hutan mangrove seperti
kondisi semula?
Kelompok 5:
Diskusikan dengan teman saudara:
Apa yang terjadi dengan hutan mangrove (termasuk tumbuhan,
hewan dan lingkungan) bila mangrove tersebut tercemar
limbah industri (tailing) . Apa yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut dan bagaimana cara
mengembalikan hutan mangrove seperti kondisi semula?
Kelompok 6:
Diskusikan dengan teman saudara:
Apa yang terjadi dengan hutan mangrove (termasuk tumbuhan,
hewan dan lingkungan) bila mangrove tersebut terkena angin
ribut dan ombak tinggi (tsunami) . Apa yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki kerusakan tersebut?

Anda mungkin juga menyukai