PBL 2
Pemicu
Panji yang naas
Panji, laki-laki, seorang karyawan berusia 21 tahun, mengalami kecelakaan lalu
lintas saat akan menuju ke tempat kerjanya. Sepeda motor yang dikendarainya
ditabrak sebuah truk dari arah belakang. Ia terlempar ke arah depan dan
tersungkur sehingga lutut kanannya membentur aspal. Ia sangat kesakitan dan
tidak dapat menggerakkan tungkainya. Polisi membawa Panji ke rumah sakit
disertai surat permintaan visum untuk kepentingan penyidikan. Pada pemeriksaan
fisik, ditemukan tungkai kanan tidak dapat digerakkan, tampak perbedaan bentuk
tungkai, bengkak dan krepitasi. Pada daerah siku kanan ditemukan luka lecet
berukuran 5 cm x 6 cm. Panji segera diberi pertolongan, dipasang bidai pada
tungkai kanannya, dan dipersiapkan untuk pemeriksaan radiologi. Pada
pemeriksaan radiologi ditemukan adanya fraktur (gambar terlampir). Dokter
menyarankan Panji untuk menjalani operasi di daerah lututnya.
Keluarga Panji menanyakan kepada dokter apakah tungkai kanannya dapat
berfungsi seperti sebelumnya.
Kata sulit
1. Krepitasi bunyi yang timbul akibat gerakan ujung – ujung tulang
yang patah.
2. Visum keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter untuk
kepentingan penyidikan.
Kata kunci
1. Tungkai kanan tidak dapat digerakkan dan terasa nyeri, terdapat
perbedaan bentuk tungkai, bengkak, serta krepitasi.
2. Pemasangan bidai pada tungkai kanannya.
3. Hasil gambar pemeriksaan radiologinya terdapat fraktur.
4. Siku kanan terdapat lecet berukuran 5cm x 6cm.
5. Lutut kanan terbentur aspal.
Identifikasi masalah
Apakah yang menyebabkan tungkai kanan Panji tidak dapat digerakkan,
terdapat perbedaan bentuk tungkai, bengkak, & krepitasi.
Hipotesis
Tanda – tanda inflamasi & krepitasi pada tungkai kanan Panji
disebabkan oleh fraktur.
OUTLINE
1. Definisi fraktur & striktur anatomi tungkai.
2. Klasifikasi fraktur.
3. Etiologi fraktur.
4. Manifestasi klinis fraktur pada tungkai (inflamasi & krepitasi).
5. Penegakkan diagnosis fraktur pada tungkai.
6. Mekanisme penyembuhan fraktur & luka.
7. Tata laksana fraktur pada tungkai.
8. Komplikasi yang mungkin terjadi akibat fraktur pada tungkai.
9. Prognosis dari fraktur pada tungkai.
10. Peran rehabilitasi pada tata laksana fraktur.
11. Cara membuat visum untuk kasus kecelakaan.
Anatomi tungkai
• Femur
• Patella
• Tibia
• Fibula
• Tarsal
Booth KA, Wyman TD. Anatomy, physiology and pathophysiology for allied health [ebook]. Edisi ke-1. New York: McGraw-Hill; 2008. p 32-40.
Struktur tulang femur (tungkai
atas)
Collum femoris
Fovea capitis
Trochanter major femoris
Caput femoris
Trochanter minor
Tuberositas glutea
• Terdiri dari 3
bagian: Linea aspera
Proksimal
Corpus femoris
Distal
Paulsen F, Wascheke J. Jilid 1 sobotta atlas anatomi manusia umum dan sistem muskuloskeletal [ebook]. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013. p 256.
Dilihat dari medial
Paulsen F, Wascheke J. Jilid 1 sobotta atlas anatomi manusia umum dan sistem muskuloskeletal [ebook]. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013. p 256.
Otot-otot pada femur
Terdiri dari 3 kompartemen:
Kompartemen Kompartemen
anterior medial
• Fleksi pada art.coxae
• Adduksi pada art.coxae
• Ekstensi pada art.genu
Kompartemen
posterior
• Ekstensi pada art.coxae
• Fleksi pada art.genu
Thompson JC. Thompson: Netter's concise atlas of orthopaedic anatomy [ebook]. Edisi ke-1. USA: Elsevier; 2002. p. 229-57.
Kompartemen
anterior
M. Rectus femoris
M. Vastus lateralis
M. Vastus medialis
M. Vastus intermedius
Paulsen F, Wascheke J. Jilid 1 sobotta atlas anatomi manusia umum dan sistem muskuloskeletal [ebook]. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013. p 299.
Kompartemen
medial
M. Pectineus
M. Adductor longus
M. Gracilis
M. Obturator
eksternus
Paulsen F, Wascheke J. Jilid 1 sobotta atlas anatomi manusia umum dan sistem muskuloskeletal [ebook]. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013. p 299-
308.
Kompartemen
posterior
M. Semitendinosus
M. Biceps femoris
Paulsen F, Wascheke J. Jilid 1 sobotta atlas anatomi manusia umum dan sistem muskuloskeletal [ebook]. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013. p 300.
Persarafan pada tungkai
Arteri iliaka eksterna
Vaskularisasi pada
daerah femur
Arteri femoralis
Arteri profunda
femoris
Arteri poplitea
Netter FH. Atlas of human anatomy [ebook]. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier; 2014. p. 499.
Vaskularisasi pada caput
femur
Melalui:
A. circumflexa femoris
A. obturatoria
A. nutricia femoris.
Netter FH. Atlas of human anatomy [ebook]. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier; 2014. p. 491.
Fraktur pada tungkai atas
Definisi fraktur
• Fraktur atau patah tulang merupakan terputusnya kontinuitas
jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh tekanan
eksternal.
• Fraktur terbagi menjadi 2, yaitu fraktur terbuka dan tertutup.
American college of surgeon committee of trauma (ACSCOT). Advanced trauma life support. [ebook]. Edisi ke-9. Chicago: ATLS Student course
manual; 2008. p. 218-9.
Fraktur pada femur
Fraktur femur
distal
Apley AG, Solomon L. Apley and solomon’s system of orthopaedics and trauma [ebook]. Edisi ke-10. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors.
UK: CRC Press Taylor & Francis Group; 2018. p. 882-908.
Fraktur femur proksimal
1. Fraktur intracapsular
Fraktur caput femoris
Fraktur collum femoris
Klasifikasi fraktur caput femoris menurut pipkin.
Apley AG, Solomon L. Apley and solomon’s system of orthopaedics and trauma [ebook]. Edisi ke-10. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors.
UK: CRC Press Taylor & Francis Group; 2018. p. 882-908.
Fraktur collum femoris
Davenport M. Hip fracture in emergency medicine [internet]. New York: Medscape; 2016 Feb 28 [cited 2019 Jan 5].
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/825363-overview#a1
2. Fraktur ekstracapsular Fraktur intertrochanteric
Fraktur intertrochanteric garis fraktur berada pada
trochanter mayor hingga ke
Fraktur subtrochanteric trochanter minor
Apley AG, Solomon L. Apley and solomon’s system of orthopaedics and trauma [ebook]. Edisi ke-10. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors.
UK: CRC Press Taylor & Francis Group; 2018. p. 882-908.
Fraktur subtrochanteric.
Apley AG, Solomon L. Apley and solomon’s system of orthopaedics and trauma [ebook]. Edisi ke-10. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors.
UK: CRC Press Taylor & Francis Group; 2018. p. 882-908.
Fraktur corpus femoris
Holmes EJ, Misra RR. A-Z of emergency radiology [ebook]. New York: Greenwich medical media; 2004 Aug 9. p. 140-3.
Fraktur femur distal
Apley AG, Solomon L. Apley and solomon’s system of orthopaedics and trauma [ebook]. Edisi ke-10. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors.
UK: CRC Press Taylor & Francis Group; 2018. p. 882-908.
Ketika terjadi fraktur femur distal otot
paha anterior dan posterior cenderung
berkontraksi dan memendek sehingga
fragmen tulang akan berubah posisi.
Fischer SJ, Crist B. Distal femur (thighbone) fractures of the knee [internet]. American: American academy of orthopaedic surgeons (AAOS); 2011 Jun [cited 2019 Jan 5].
Available from: https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/distal-femur-thighbone-fractures-of-the-knee/
Klasifikasi Fraktur
Berdasarkan mekanisme cedera
• Memutar fraktur spiral.
• Kompresi fraktur miring pendek / short oblique.
• Bending fraktur dengan fragmen 'kupu-kupu' segitiga.
• Ketegangan mematahkan tulang secara melintang.
Berdasarkan hubungannya dengan dunia luar
(Tscherne)
Tertutup Terbuka
Tertutup
patologis
Alkohol
steroid
Diabetes
Tungkai berotasi
Sakit di daerah
dan terlihat
pangkal paha
lebih pendek
Gambaran
klinis
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Fraktur intertrochanteric
Orang tua >80
tahun
Penderita
osteoporosis
Kaki cenderung Tidak dapat berdiri
mengalami rotasi dan mengangkat
eksternal kaki
Gambaran
klinis
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Fraktur subtrochanteric
Gerakan sedikit saja
akan menimbukan
sakit yang luar biasa
Kaki terlihat pendek
dan mengalami
Paha bengkak rotanormalsi
eksternal atau
normal
Gambaran
klinis
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Fraktur batang femur
Kelainan
bentuk
tungkai
Bengkak pendarahan
Gambaran
klinis
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Fraktur supracondylar femur
• Gambaran klinis terjadi hemarthrosis pada lutut dan bengkak, harus
terus memeriksa denyut tibialis untuk memastikan bahwa arteri
poplitea tidak mengalami cedera karena fraktur.
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Fraktur pemisahan epifisis distal femur
• Gambaran klinis dapat dilihat bahwa lutut bengkak dan
memungkinkan terjadi kecacatan, denyut nadi daerah kaki harus
diraba karena, dengan adanya perpindahan epifisis ke arah depan,
arteri poplitea dapat terhambat oleh tulang paha bagian bawah.
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Manifestasi klinis fraktur
Sindrom
Tanda peradangan: kompartemen:
1. Dolor 1. Pain
2. Kalor 2. Pallor
Deformitas Krepitasi
3. Rubor 3. Pulselessness
4. Tumor 4. Paralysis
5. Fungsio laesa 5. Paresthesia
6. poikilothermia
Pechar J, Lyons MM. Acute compartment syndrome of the lower leg: a review. J Nurse Pract
[Internet]. 2016 Apr [cited 2019 Jan 6];12(4):265-70. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4970751/
DIAGNOSIS FRAKTUR
TUNGKAI BAWAH
Diagnosis
Penegakan diagnosis dilakukan melalui:
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
Anamnesis
• Proses tanya jawab untuk mendapatkan informasi mengenai
mekanisme terjadi fraktur pada pasien. Yang di tanyakan antara lain;
• Kronologis kejadianya
• Terlempar atau terjatuhnya berapa jauh
• Possi jatuhnya
• Terbentur apa.
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh pada seluruh tubuh untuk
melihat;
• Perubahan warna kulit
• Terdapat luka
• Fraktur terbuka/tertutup.
• Terdapat nyeri tekan
• Ada kelainan bentuk
• Status vaskularisasi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi
• X-Ray.
Cara paling umum digunakan untuk mengevalusai fraktur atau patah
tulang gambar tulang yang jelas.
• biasanya relatif murah, mudah didapatkan
• Pemeriksaan yang direkomendasikan adalah AP dan lateral melihat
fraktur dengan jelas.
• Sinar x banyak digunakan pada pencitraan struktural tulang, gigi,
mikrokalsinasi, paru-paru serta perangkat orthopedi.
GAMBAR X RAY
Pemeriksaan penunjang
• Computed tomography scan (CT scan)
Merupakan teknik pencitraan tiga dimensi sehingga kelihatan
penampang tubuh.
• Dapat melihat bagian tubuh lain yang fraktur
• Memperlihatkan tingkat keparahan tulang
• Hasilnya lebih detail dibandingkan pemeriksaan X ray.
• Bianyanya lebih mahal d serta tidak tersedia luas pada semua rumah
sakit
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan menggunakan gelombang magnet.
MRI menghasilkan gambar organ secara detai dan rinci.
• Berfungsi mengukur atau melihat dan memeriksa anatomi
fungsional otak, aliran darah.
• MRI dapat mendeteksi strok atau penyakit lain pada otak serta
memandu untuk perawatan otak.
Mekanisme Penyembuhan
Luka
dan Fraktur
Mekanisme Penyembuhan Luka
Klasifikasi Luka
Berdasarkan kerangka waktu penyembuhan:
a. Akut
jenis luka yang dapat sembuh sendiri secara normal
dengan hasil akhir terjadi perbaikan fungsi fisiologis dan
anatomis seperti sebelumnya.
Waktu rata-rata 5-10 hari, bahkan 30 hari.
Contoh: luka gores, luka bekas sayatan operasi.
Klasifikasi Luka
Berdasarkan kerangka waktu penyembuhan:
b. Kronik
jenis luka yang tidak mampu mengalami proses penyembuhan secara
normal
dipengaruhi oleh berbagai faktor: infeksi, hipoksia jaringan, nekrosis,
eksudat, dan jumlah sitokin proinflamasi yang berlebihan.
mempepanjang waktu yang dibutuhkan untuk satu atau lebih tahap
penyembuhan luka
hasil akhirnya yaitu fungsi anatomis dan fisiologis area luka menjadi buruk.
Contoh: luka bakar, ulkus, dan vaskulitis.
Mekanisme Penyembuhan Luka
• Proses penyembuhan luka dapat terjadi di semua
jaringan dan organ tubuh dengan proses yang sama
secara umum
• Melibatkan kerjasama antara sistem imun dan biologis.
• Proses penyembuhan luka akut dan kronik sama,
namun dengan waktu dan interaksi antar komponen
yang terlibat yang sedikit berbeda.
Koagulasi
Remo-
dan Inflamasi Proliferasi
deling
hemostasis
Fase 1: koagulasi dan hemostasis
• Terjadi sesaat setelah kulit terluka
• Tujuan mencegah kehilangan darah yang cukup banyak
hingga menyebabkan kematian.
• Tujuan jangka panjang menciptakan matriks bagi sel-
sel yang dibutuhkan pada fase lanjut penyembuhan luka.
• Dipengaruhi oleh keseimbangan antara sel endotel,
trombosit, proses koagulasi, dan fibrinolisis yang
mengatur hemostasis dan menentukan jumlah fibrin yang
terdeposit di area luka.
• Hasil akhir: agregasi platelet dan pembentukan clot untuk
membatasi pendarahan.
Fase 1: koagulasi dan hemostasis
Interaksi komponen
darah (trombosit) +
Pendarahan
kolagen dan matriks
ekstrasel lain
Memicu pelepasan
faktor pembekuan
darah, GF, sitokin,
serotonin oleh
trombosit
Pembentukan clot
Matriks sementara oleh fibronektin,
fibrin, trombospondin
Fase 2: Inflamasi
• Terjadi pada akhir fase koagulasi terjadi aktivasi kaskade
komplemen dan berbagai molekul infiltrasi dari neutrofil yang
lebih banyak ke area luka
• Fase awal: terjadi dalam waktu 24-36 jam setelah kulit terluka
• Fase intermediet: dalam waktu 48-72 jam setelah kulit terluka
• Fase akhir/lanjut: pada 72 jam setelah kulit terluka
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4973620/bin/nihms-680206-f0002.jpg
https://openi.nlm.nih.gov/imgs/512/227/5297838/PMC5297838_ijms
-18-00208-g003.png?keywords=wounds,proliferation
Fase 3: Proliferasi
• Terjadi pada hari ke-3 setelah kulit terluka dan selama 2 minggu
setelahnya.
• Ditandai dengan migrasi fibroblas dan deposisi dari matriks ekstrasel
yang baru disintesis oleh fibrin dan fibronektin.
• Terjadi pembentukan jaringan granulasi: sintesis kolagen,
angiogenesis, migrasi sel epitel
https://openi.nlm.nih.gov/imgs/512/227/5297838/PMC5297838_ijms
-18-00208-g003.png?keywords=wounds,proliferation
Fase 4: Remodeling
• Fase akhir dari penyembuhan luka, bertanggung jawab dalam
perkembangan epitel baru dan pembentukan jaringan parut.
• Terjadi selama 1-2 tahun-lebih.
• Remodeling pada jenis luka akut diatur oleh berbagai
mekanisme yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan
antara sintesis dan degradasi agar terjadi penyembuhan
secara normal.
• Sintesis dan penguraian kolagen terjadi secara terus menerus
dan seimbang selama 3 minggu setelah terjadi luka.
• Hasil akhir jaringan parut yang matur dengan jumlah sel dan
pembuluh darah yang sedikit namun memiliki kekuatan
tarikan yang kuat.
https://openi.nlm.nih.gov/imgs/512/227/5297838/PMC5297838_ijms
-18-00208-g003.png?keywords=wounds,proliferation
Luka Kronik
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4973620/bin/nihms-680206-f0003.jpg
Mekanisme Penyembuhan
Fraktur
Mekanisme Penyembuhan Fraktur
Pembentukan
hematoma dan Perbaikan/Repair Remodeling
Inflamasi
• Tatalaksana fraktur
- Nonoperatif
- Operatif
• Tatalaksana penunjang
Pendahuluan
• Faktor yang paling penting dalam penatalaksanaan fraktur adalah
memperhatian suplai darah, kesehatan jaringan lunak dan bagaimana
manajemen awal terdiri dari cara manipulasi Serta memberikan
pereda nyeri sebagai pengobatan penunjang, dan menghilangkan
sumber kontaminasi
Nonoperatif
Tatalaksana nonoperatif traksi (1)
• tarikan yang diaplikasikan pada bagian distal ekstremitas yang terjadi
fraktur yang bertujuan untuk reposisi, imobilisasi dan
mempertahankan gerak sendi
Traksi kulit
• Holand strapping dilekatkan
pada kulit yang terjadi fraktur
kemudian diperkuat dengan
balutan dan diberi beban
sebesar 10% dari berat tubuh1
Traksi skeletal
• paling sering digunakan pada
fraktur tulang paha, dengan cara
pin ditempatkan di tulang paha
bagian distal atau tibia proksimal
1-2 cm posterior dari tuberositas
tibialis. Setelah pin ditempatkan,
kemudian menggunakan belat
Thomas untuk mencapai
suspensi yang seimbang
Cast
• Gips ( cast) splint yang terbuat dari fiberglas dan plester1
Indikasi untuk intervensi bedah
• JIka manajemen reduksi tertutup gagal
• Fraktur tidak stabil yang tidak dapat dipertahankan secara memadai
dalam posisi reduksi
• Pasien dengan fraktur yang diketahui akan sembuh dengan buruk
setelah penatalaksanaan nonoperatif
• Fraktur avulsi besar yang mengganggu fungsi otot-tendon atau
ligamen sendi yang terkena
• Cedera traumatis multipel dengan fraktur yang melibatkan panggul,
tulang paha, atau tulang belakang
• Persiapan untuk intervensi operasi yaitu mendeteksi dan mengatasi
secara memadai semua cedera lain, termasuk catatan medis pasien
sebelumnya, dan pemberian antibiotik profilaksis (cefazolin, 1-2 g)
yang harus diberikan sebelum melakukan sayatan. Jika pasien alergi
terhadap penisilin, dapat diberikan klindamisin
Operatif
Wires
• dilengkapi dengan casting dan
Wires yang dapat ditempatkan
secara perkutan atau melalui
mekanisme miniopen memadai
untuk fragmen kecil di daerah
metafisis dan epifisis,
palate & screw
• Pelat memberikan kekuatan dan
stabilitas untuk menetralisir
kekuatan pada anggota gerak
yang terluka untuk perawatan
pasca operasi
Intramedullary nails
• Intramedullary nails
memungkinkan kekuatan tekan
di lokasi fraktur, yang
merangsang penyembuhan
tulang. Intramedullary nails
umumnya digunakan untuk
fraktur diafisis femoralis dan
tibialis dan, fraktur diafisis
humerus.
Indikasi Fiksasi eksternal
• Fraktur terbuka yang
memiliki gangguan
jaringan lunak yang
signifikan
• Cidera jaringan lunak
(misalnya luka bakar)
• Patah tulang panggul
• Fraktur parah kominutatif
dan tidak stabil
• Fraktur yang berhubungan
dengan defisit tulang
• Prosedur pemanjangan
tungkai
• Fraktur yang berhubungan
dengan infeksi
Tatalaksana penunjang
Obat-obatan jenis Nonsteroidl anti-
inflammatory agents (NSAIDs)
Ketoprofen
Ibuprofen (Ibuprin,
(Oruvail, Orudis,
Advil, Motrin)
Actron)
Naproxen
(Anaprox, Flurbiprofen
Naprelan, (Ansaid)
Naprosyn)
Analgesik
Asetaminofen
(Tylenol, Panadol, Asetaminofen dan
Anacin bebas kodein (Tylenol # 3)
aspirin)
Hydrocodone
Oxycodone dan
bitartrate dan
acetaminophen
acetaminophen
(Percocet)
(Vicodin ES)
Komplikasi Pada Fraktur
Femur
Komplikasi Awal (Early)
Emboli lemak
dan ARDS (Acute
Syok Respiratory
Distress Infeksi
Cedera satu Tromboemboli
syndrome)
atau dua liter
darah hilang Terjadi pada Traksi atau Kemunkinan
dengan fraktur fraktur tulang reduksi fraktur paling besar
tertutup, dan panjang sel-sel berkepanjangan pada fraktur
lemak yang ada di menyebabkan terbuka.
jika cederanya
dalam sumsum trombosis
bilateral atau tulang akan masuk Untuk
lebih dari satu sehingga
ke dalam
terhambatnya
mencegah
maka bisa pembuluh darah
aliran darah. diberikan
menyebabkan hingga masuk ke
syok yang lebih dalam paru-paru
antibiotik.
parah. tingkat oksigen
dalam darah
rendah
Komplikasi Akhir (Late)
HHP. Leg fracture [Internet]. Cambridge: Havard Health Publications; 2018 Feb 1 [cited 2019 Jan 7]. Available from: https://www.drugs.com/health-guide/leg-fracture.html
Femur fracture clinical presentation [Internet]. Mills TJ, editor. Keany JE: Medscape; 2015 Sep 28 [cited 2019 Jan 7]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/824856-clinical
peran rehabilitasi pada fraktur
Pengertian rehabilitasi
• Rehabilitasi merupakan suatu proses yang terbatas dan memiliki
tujuan membuat orang yang mengalami gangguan fungsi mental,
fisik, dan sosial menjadi optimal kembali.
• Mencegah komplikasi akibat tirah baring atau penyakit yang mungkin
membawa dampak kecacatan.
• Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktivitas dan
partisipasi
• Mempertahankan kualitas hidup atau mengupayakan kehidupan yang
berkualitas.
Menteri kesehatan republik Indonesia. Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia tentang pedoman
pelayanan rehabilitasi medik di rumah sakit. Jakarta; Menteri kesehatan RI: 2008. Hal. 1-4
Rehabilitasi fraktur
• Pelayanan fisioterapi
1. Imobillisasi
2. mobillisasi
Imobilisasi
• Tujuan
1. mengurangi cidera
2. Menjaga fungsi otot dan kontraksi otot
3. Membantu pemeliharaan sirkulasi darah
4. Menjaga keadaan fraktur yang sudah di fiksasi
5. Mengajari pasien mengunakan tongkat
1. Mengembalikan kekuatan otot
2. Mengembalikan rentang gerak sendi
3. Mengembalikan fungsi keseluruhan
El-kader SMA, physical therapy for fracture and orthopedic dosorders; 2013. 79-111 p.
Tahapan latihan rehabilitasi
• Hari ke 0-3 dilakukan pemulihan fungsional tujuannya mengurangi
nyeri
• Hari ke 4-15 mobilisasi sendi lutut dalam posisi duduk dan berdiri.
• Minggu ke 3-6 pelatihan berjalan
• Minggu ke 7-8 training berjalan (ingin melihat mobilisasi terhadap
patela)
• Bulan 2-4 mulai melakukan latihan untuk melakukan aktivitas
• Bulan 5-6 mengulangi latihan setiap hari
DEFENISI
• Visum Et Repertum adalah keterangan (laporan) tertulis yang dibuat
oleh seorang dokter atas permintaan penyidik tentang apa yang
dilihat dan ditemukan terhadap manusia, baik hidup atau mati
ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia berdasarkan
keilmuannya untuk kepentingan peradilan.
PEMBAGIAN VISUM
• Visum dibagi atas 2 bagian yaitu
1. Pro justisia
2. Pendahuluan
3. Pemberitaan
1. Pemeriksaan luar
2. Pemeriksaan dalam
3. Ringkasan hasil pemeriksaan luar dan dalam
4. Kesimpulan
5. Penutup
Contoh visum
et repertum
VISUM Et Repertum kasus perlukaan
• Pada korban yang diduga korban tindak pidana , pencatatan harus
lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk pembuatan visum
et repertum.
2. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang.