Anda di halaman 1dari 125

Kelompok 1

 Ade Rismianti Aliong 201670009


 Nining W. D. Sadha 201670007
 Claudia Julaine Pontoh 201670033
 Olyvia Ivana C. Lense 201670001
 Debrina Tendean 201670031
 Rahmat Dwi Cahyo 201670028
 Desianus Salmon Waa 201670032
 Rijal Ichsan Said 201670014
 Mila Arhasyanti Moi 201670021
 Samuel C. G. I. Kwando 201670016
 Natasya Christine May 201670026

PBL 2
Pemicu
Panji yang naas
Panji, laki-laki, seorang karyawan berusia 21 tahun, mengalami kecelakaan lalu
lintas saat akan menuju ke tempat kerjanya. Sepeda motor yang dikendarainya
ditabrak sebuah truk dari arah belakang. Ia terlempar ke arah depan dan
tersungkur sehingga lutut kanannya membentur aspal. Ia sangat kesakitan dan
tidak dapat menggerakkan tungkainya. Polisi membawa Panji ke rumah sakit
disertai surat permintaan visum untuk kepentingan penyidikan. Pada pemeriksaan
fisik, ditemukan tungkai kanan tidak dapat digerakkan, tampak perbedaan bentuk
tungkai, bengkak dan krepitasi. Pada daerah siku kanan ditemukan luka lecet
berukuran 5 cm x 6 cm. Panji segera diberi pertolongan, dipasang bidai pada
tungkai kanannya, dan dipersiapkan untuk pemeriksaan radiologi. Pada
pemeriksaan radiologi ditemukan adanya fraktur (gambar terlampir). Dokter
menyarankan Panji untuk menjalani operasi di daerah lututnya.
Keluarga Panji menanyakan kepada dokter apakah tungkai kanannya dapat
berfungsi seperti sebelumnya.
Kata sulit
1. Krepitasi  bunyi yang timbul akibat gerakan ujung – ujung tulang
yang patah.
2. Visum  keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter untuk
kepentingan penyidikan.
Kata kunci
1. Tungkai kanan tidak dapat digerakkan dan terasa nyeri, terdapat
perbedaan bentuk tungkai, bengkak, serta krepitasi.
2. Pemasangan bidai pada tungkai kanannya.
3. Hasil gambar pemeriksaan radiologinya terdapat fraktur.
4. Siku kanan terdapat lecet berukuran 5cm x 6cm.
5. Lutut kanan terbentur aspal.
Identifikasi masalah
Apakah yang menyebabkan tungkai kanan Panji tidak dapat digerakkan,
terdapat perbedaan bentuk tungkai, bengkak, & krepitasi.
Hipotesis
Tanda – tanda inflamasi & krepitasi pada tungkai kanan Panji
disebabkan oleh fraktur.
OUTLINE
1. Definisi fraktur & striktur anatomi tungkai.
2. Klasifikasi fraktur.
3. Etiologi fraktur.
4. Manifestasi klinis fraktur pada tungkai (inflamasi & krepitasi).
5. Penegakkan diagnosis fraktur pada tungkai.
6. Mekanisme penyembuhan fraktur & luka.
7. Tata laksana fraktur pada tungkai.
8. Komplikasi yang mungkin terjadi akibat fraktur pada tungkai.
9. Prognosis dari fraktur pada tungkai.
10. Peran rehabilitasi pada tata laksana fraktur.
11. Cara membuat visum untuk kasus kecelakaan.
Anatomi tungkai
• Femur
• Patella
• Tibia
• Fibula
• Tarsal

Booth KA, Wyman TD. Anatomy, physiology and pathophysiology for allied health [ebook]. Edisi ke-1. New York: McGraw-Hill; 2008. p 32-40.
Struktur tulang femur (tungkai
atas)
Collum femoris
Fovea capitis
Trochanter major femoris
Caput femoris

Trochanter minor
Tuberositas glutea

• Terdiri dari 3
bagian: Linea aspera
Proksimal
Corpus femoris
Distal

Dilihat dari Epicondylus Dilihat dari


ventral lateralis dorsal
Epicondylus Epicondylus medialis
lateralis Condylus medialis Condylus lateralis

Paulsen F, Wascheke J. Jilid 1 sobotta atlas anatomi manusia umum dan sistem muskuloskeletal [ebook]. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013. p 256.
Dilihat dari medial

Paulsen F, Wascheke J. Jilid 1 sobotta atlas anatomi manusia umum dan sistem muskuloskeletal [ebook]. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013. p 256.
Otot-otot pada femur
Terdiri dari 3 kompartemen:

Kompartemen Kompartemen
anterior medial
• Fleksi pada art.coxae
• Adduksi pada art.coxae
• Ekstensi pada art.genu

Kompartemen
posterior
• Ekstensi pada art.coxae
• Fleksi pada art.genu

Thompson JC. Thompson: Netter's concise atlas of orthopaedic anatomy [ebook]. Edisi ke-1. USA: Elsevier; 2002. p. 229-57.
Kompartemen
anterior

M. Rectus femoris

M. Vastus lateralis

M. Vastus medialis

M. Vastus intermedius

Paulsen F, Wascheke J. Jilid 1 sobotta atlas anatomi manusia umum dan sistem muskuloskeletal [ebook]. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013. p 299.
Kompartemen
medial

M. Pectineus
M. Adductor longus

M. Gracilis

M. Obturator
eksternus
Paulsen F, Wascheke J. Jilid 1 sobotta atlas anatomi manusia umum dan sistem muskuloskeletal [ebook]. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013. p 299-
308.
Kompartemen
posterior

M. Semitendinosus
M. Biceps femoris

M. Biceps femoris terdiri dari  caput


M. Semimembranosus
longum (panjang, medial) dan brevis
(pendek, lateral)

Paulsen F, Wascheke J. Jilid 1 sobotta atlas anatomi manusia umum dan sistem muskuloskeletal [ebook]. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013. p 300.
Persarafan pada tungkai
Arteri iliaka eksterna
Vaskularisasi pada
daerah femur
Arteri femoralis

arteri circumflexa femoris medialis

arteri circumflexa femoris lateralis

Arteri profunda
femoris

Arteri poplitea

Netter FH. Atlas of human anatomy [ebook]. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier; 2014. p. 499.
Vaskularisasi pada caput
femur

Melalui:
A. circumflexa femoris
A. obturatoria
A. nutricia femoris.

Netter FH. Atlas of human anatomy [ebook]. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier; 2014. p. 491.
Fraktur pada tungkai atas
Definisi fraktur
• Fraktur atau patah tulang merupakan terputusnya kontinuitas
jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh tekanan
eksternal.
• Fraktur terbagi menjadi 2, yaitu fraktur terbuka dan tertutup.

American college of surgeon committee of trauma (ACSCOT). Advanced trauma life support. [ebook]. Edisi ke-9. Chicago: ATLS Student course
manual; 2008. p. 218-9.
Fraktur pada femur

Fraktur femur Fraktur corpus


proksimal femoris

Fraktur femur
distal
Apley AG, Solomon L. Apley and solomon’s system of orthopaedics and trauma [ebook]. Edisi ke-10. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors.
UK: CRC Press Taylor & Francis Group; 2018. p. 882-908.
Fraktur femur proksimal
1. Fraktur intracapsular
 Fraktur caput femoris
Fraktur collum femoris
Klasifikasi fraktur caput femoris menurut pipkin.

Apley AG, Solomon L. Apley and solomon’s system of orthopaedics and trauma [ebook]. Edisi ke-10. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors.
UK: CRC Press Taylor & Francis Group; 2018. p. 882-908.
Fraktur collum femoris

Pada fraktur ini  pembuluh darah A, circumflexa


femoris lateralis yang memperdarahi caput femoris
seringkali sobek sehingga mengakibatkan nekrosis
avascular.

Davenport M. Hip fracture in emergency medicine [internet]. New York: Medscape; 2016 Feb 28 [cited 2019 Jan 5].
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/825363-overview#a1
2. Fraktur ekstracapsular Fraktur intertrochanteric 
 Fraktur intertrochanteric garis fraktur berada pada
trochanter mayor hingga ke
Fraktur subtrochanteric trochanter minor

Klasifikasi fraktur intertrochanteric menurut kyle.

Apley AG, Solomon L. Apley and solomon’s system of orthopaedics and trauma [ebook]. Edisi ke-10. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors.
UK: CRC Press Taylor & Francis Group; 2018. p. 882-908.
Fraktur subtrochanteric.

Merupakan fraktur dimana


garis patahnya berada sekitar
5 cm distal dari trokhanter
minor.

Apley AG, Solomon L. Apley and solomon’s system of orthopaedics and trauma [ebook]. Edisi ke-10. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors.
UK: CRC Press Taylor & Francis Group; 2018. p. 882-908.
Fraktur corpus femoris

Holmes EJ, Misra RR. A-Z of emergency radiology [ebook]. New York: Greenwich medical media; 2004 Aug 9. p. 140-3.
Fraktur femur distal

Merupakan fraktur yang


tepat terjadi diatas sendi
lutut.
Klasifikasi:
• Supracondyler
• Condyler
• Intercondyler

Apley AG, Solomon L. Apley and solomon’s system of orthopaedics and trauma [ebook]. Edisi ke-10. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors.
UK: CRC Press Taylor & Francis Group; 2018. p. 882-908.
Ketika terjadi fraktur femur distal  otot
paha anterior dan posterior cenderung
berkontraksi dan memendek sehingga
fragmen tulang akan berubah posisi.

Fischer SJ, Crist B. Distal femur (thighbone) fractures of the knee [internet]. American: American academy of orthopaedic surgeons (AAOS); 2011 Jun [cited 2019 Jan 5].
Available from: https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/distal-femur-thighbone-fractures-of-the-knee/
Klasifikasi Fraktur
Berdasarkan mekanisme cedera
• Memutar  fraktur spiral.
• Kompresi  fraktur miring pendek / short oblique.
• Bending  fraktur dengan fragmen 'kupu-kupu' segitiga.
• Ketegangan  mematahkan tulang secara melintang.
Berdasarkan hubungannya dengan dunia luar
(Tscherne)

Tertutup Terbuka
Tertutup

Tingkat Kekuatan Pola fraktur Kerusakan jaringan lunak


C0 Ringan Spiral Sangat sedikit – tidak ada
C1 Ringan – sedang Rotasi – dislokasi ankle Luka memar superfisial
Segmental transversus
C2 Berat Luka memar dalam
sempurna
Luasnya luka memar kulit dan
C3 Berat Kompleks
cedera pembuluh darah
Terbuka

Tingkat Cedera fraktur Kerusakan jaringan lunak


O1 Trauma tidak langsung Laserasi kulit
Laserasi kulit, memar
O2 Trauma langsung
melingkar, & kontaminasi
Luas, kerusakan vaskular dan
O3 Luka tembak
/ saraf utama
Luas, kerusakan vaskular dan
O4 Amputasi
/ saraf utama
Berdasarkan bentuk patahannya
• Complete  tulang terbagi menjadi dua/lebih fragmen. Cth: fraktur
transversal, segmental, & spiral.
• Incomplete  tulang terbagi tidak sempurna & masih ada
periosteum. Cth: fraktur greenstick & torus/buckle.
Klasifikasi Muller
(a)Tulang panjang memiliki tiga segmen  proksimal, diafisis, dan
distal.
(b, c, d) Fraktur diaphyseal  simple, wedge, & kompleks.
(e, f, g) Fraktur proksimal dan distal  ekstra artikular, artikular parsial
artikular kompleks.
Etiologi fraktur
Stress
trauma
berulang

patologis

Salomom L, Warwick D, Nayagam S.apleys system of orthopaedics and fractures . 9th


ed. London: Hachette UK Company ;2010.687-8
Faktor risiko etiologi fraktur
merokok

Alkohol

steroid

Diabetes

Fraktur yang sebelumnya

American bone health.Fracture risk factor[internet]. Oakland : american bone


health;date unknown[cited 2019 jan 6]. Available from:
https://americanbonehealth.org/what-you-should-know/fracture-risk-factors/
Manifestasi klinis fraktur
pada tungkai bawah
Fraktur didaerah collum femoris

Tungkai berotasi
Sakit di daerah
dan terlihat
pangkal paha
lebih pendek

Gambaran
klinis

Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Fraktur intertrochanteric
Orang tua >80
tahun
Penderita
osteoporosis
Kaki cenderung Tidak dapat berdiri
mengalami rotasi dan mengangkat
eksternal kaki

Gambaran
klinis

Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Fraktur subtrochanteric
Gerakan sedikit saja
akan menimbukan
sakit yang luar biasa
Kaki terlihat pendek
dan mengalami
Paha bengkak rotanormalsi
eksternal atau
normal

Gambaran
klinis

Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Fraktur batang femur
Kelainan
bentuk
tungkai

Bengkak pendarahan

Gambaran
klinis

Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Fraktur supracondylar femur
• Gambaran klinis terjadi hemarthrosis pada lutut dan bengkak, harus
terus memeriksa denyut tibialis untuk memastikan bahwa arteri
poplitea tidak mengalami cedera karena fraktur.

Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Fraktur pemisahan epifisis distal femur
• Gambaran klinis dapat dilihat bahwa lutut bengkak dan
memungkinkan terjadi kecacatan, denyut nadi daerah kaki harus
diraba karena, dengan adanya perpindahan epifisis ke arah depan,
arteri poplitea dapat terhambat oleh tulang paha bagian bawah.

Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold an Hachette UK Company; 2010. P 843-72.
Manifestasi klinis fraktur

Sindrom
Tanda peradangan: kompartemen:
1. Dolor 1. Pain
2. Kalor 2. Pallor
Deformitas Krepitasi
3. Rubor 3. Pulselessness
4. Tumor 4. Paralysis
5. Fungsio laesa 5. Paresthesia
6. poikilothermia

Pechar J, Lyons MM. Acute compartment syndrome of the lower leg: a review. J Nurse Pract
[Internet]. 2016 Apr [cited 2019 Jan 6];12(4):265-70. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4970751/
DIAGNOSIS FRAKTUR
TUNGKAI BAWAH
Diagnosis
Penegakan diagnosis dilakukan melalui:
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
Anamnesis
• Proses tanya jawab untuk mendapatkan informasi mengenai
mekanisme terjadi fraktur pada pasien. Yang di tanyakan antara lain;
• Kronologis kejadianya
• Terlempar atau terjatuhnya berapa jauh
• Possi jatuhnya
• Terbentur apa.
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh pada seluruh tubuh untuk
melihat;
• Perubahan warna kulit
• Terdapat luka
• Fraktur terbuka/tertutup.
• Terdapat nyeri tekan
• Ada kelainan bentuk
• Status vaskularisasi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi
• X-Ray.
Cara paling umum digunakan untuk mengevalusai fraktur atau patah
tulang gambar tulang yang jelas.
• biasanya relatif murah, mudah didapatkan
• Pemeriksaan yang direkomendasikan adalah AP dan lateral  melihat
fraktur dengan jelas.
• Sinar x banyak digunakan pada pencitraan struktural tulang, gigi,
mikrokalsinasi, paru-paru serta perangkat orthopedi.
GAMBAR X RAY
Pemeriksaan penunjang
• Computed tomography scan (CT scan)
Merupakan teknik pencitraan tiga dimensi sehingga kelihatan
penampang tubuh.
• Dapat melihat bagian tubuh lain yang fraktur
• Memperlihatkan tingkat keparahan tulang
• Hasilnya lebih detail dibandingkan pemeriksaan X ray.
• Bianyanya lebih mahal d serta tidak tersedia luas pada semua rumah
sakit
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan menggunakan gelombang magnet.
MRI menghasilkan gambar organ secara detai dan rinci.
• Berfungsi mengukur atau melihat dan memeriksa anatomi
fungsional otak, aliran darah.
• MRI dapat mendeteksi strok atau penyakit lain pada otak serta
memandu untuk perawatan otak.
Mekanisme Penyembuhan
Luka
dan Fraktur
Mekanisme Penyembuhan Luka
Klasifikasi Luka
Berdasarkan kerangka waktu penyembuhan:
a. Akut
jenis luka yang dapat sembuh sendiri secara normal
dengan hasil akhir terjadi perbaikan fungsi fisiologis dan
anatomis seperti sebelumnya.
Waktu rata-rata 5-10 hari, bahkan 30 hari.
Contoh: luka gores, luka bekas sayatan operasi.
Klasifikasi Luka
Berdasarkan kerangka waktu penyembuhan:
b. Kronik
jenis luka yang tidak mampu mengalami proses penyembuhan secara
normal
dipengaruhi oleh berbagai faktor: infeksi, hipoksia jaringan, nekrosis,
eksudat, dan jumlah sitokin proinflamasi yang berlebihan.
mempepanjang waktu yang dibutuhkan untuk satu atau lebih tahap
penyembuhan luka
hasil akhirnya yaitu fungsi anatomis dan fisiologis area luka menjadi buruk.
Contoh: luka bakar, ulkus, dan vaskulitis.
Mekanisme Penyembuhan Luka
• Proses penyembuhan luka dapat terjadi di semua
jaringan dan organ tubuh dengan proses yang sama
secara umum
• Melibatkan kerjasama antara sistem imun dan biologis.
• Proses penyembuhan luka akut dan kronik sama,
namun dengan waktu dan interaksi antar komponen
yang terlibat yang sedikit berbeda.

Koagulasi
Remo-
dan Inflamasi Proliferasi
deling
hemostasis
Fase 1: koagulasi dan hemostasis
• Terjadi sesaat setelah kulit terluka
• Tujuan  mencegah kehilangan darah yang cukup banyak
hingga menyebabkan kematian.
• Tujuan jangka panjang  menciptakan matriks bagi sel-
sel yang dibutuhkan pada fase lanjut penyembuhan luka.
• Dipengaruhi oleh keseimbangan antara sel endotel,
trombosit, proses koagulasi, dan fibrinolisis yang
mengatur hemostasis dan menentukan jumlah fibrin yang
terdeposit di area luka.
• Hasil akhir: agregasi platelet dan pembentukan clot untuk
membatasi pendarahan.
Fase 1: koagulasi dan hemostasis
Interaksi komponen
darah (trombosit) +
Pendarahan
kolagen dan matriks
ekstrasel lain

Memicu pelepasan
faktor pembekuan
darah, GF, sitokin,
serotonin oleh
trombosit

Pembentukan clot
Matriks sementara oleh fibronektin,
fibrin, trombospondin
Fase 2: Inflamasi
• Terjadi pada akhir fase koagulasi  terjadi aktivasi kaskade
komplemen dan berbagai molekul  infiltrasi dari neutrofil yang
lebih banyak ke area luka
• Fase awal: terjadi dalam waktu 24-36 jam setelah kulit terluka
• Fase intermediet: dalam waktu 48-72 jam setelah kulit terluka
• Fase akhir/lanjut: pada 72 jam setelah kulit terluka

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4973620/bin/nihms-680206-f0002.jpg
https://openi.nlm.nih.gov/imgs/512/227/5297838/PMC5297838_ijms
-18-00208-g003.png?keywords=wounds,proliferation
Fase 3: Proliferasi
• Terjadi pada hari ke-3 setelah kulit terluka dan selama 2 minggu
setelahnya.
• Ditandai dengan migrasi fibroblas dan deposisi dari matriks ekstrasel
yang baru disintesis oleh fibrin dan fibronektin.
• Terjadi pembentukan jaringan granulasi: sintesis kolagen,
angiogenesis, migrasi sel epitel
https://openi.nlm.nih.gov/imgs/512/227/5297838/PMC5297838_ijms
-18-00208-g003.png?keywords=wounds,proliferation
Fase 4: Remodeling
• Fase akhir dari penyembuhan luka, bertanggung jawab dalam
perkembangan epitel baru dan pembentukan jaringan parut.
• Terjadi selama 1-2 tahun-lebih.
• Remodeling pada jenis luka akut diatur oleh berbagai
mekanisme yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan
antara sintesis dan degradasi agar terjadi penyembuhan
secara normal.
• Sintesis dan penguraian kolagen terjadi secara terus menerus
dan seimbang selama 3 minggu setelah terjadi luka.
• Hasil akhir jaringan parut yang matur dengan jumlah sel dan
pembuluh darah yang sedikit namun memiliki kekuatan
tarikan yang kuat.
https://openi.nlm.nih.gov/imgs/512/227/5297838/PMC5297838_ijms
-18-00208-g003.png?keywords=wounds,proliferation
Luka Kronik

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4973620/bin/nihms-680206-f0003.jpg
Mekanisme Penyembuhan
Fraktur
Mekanisme Penyembuhan Fraktur

Pembentukan
hematoma dan Perbaikan/Repair Remodeling
Inflamasi
• Tatalaksana fraktur
- Nonoperatif
- Operatif
• Tatalaksana penunjang
Pendahuluan
• Faktor yang paling penting dalam penatalaksanaan fraktur adalah
memperhatian suplai darah, kesehatan jaringan lunak dan bagaimana
manajemen awal terdiri dari cara manipulasi Serta memberikan
pereda nyeri sebagai pengobatan penunjang, dan menghilangkan
sumber kontaminasi
Nonoperatif
Tatalaksana nonoperatif traksi (1)
• tarikan yang diaplikasikan pada bagian distal ekstremitas yang terjadi
fraktur yang bertujuan untuk reposisi, imobilisasi dan
mempertahankan gerak sendi
Traksi kulit
• Holand strapping dilekatkan
pada kulit yang terjadi fraktur
kemudian diperkuat dengan
balutan dan diberi beban
sebesar 10% dari berat tubuh1
Traksi skeletal
• paling sering digunakan pada
fraktur tulang paha, dengan cara
pin ditempatkan di tulang paha
bagian distal atau tibia proksimal
1-2 cm posterior dari tuberositas
tibialis. Setelah pin ditempatkan,
kemudian menggunakan belat
Thomas untuk mencapai
suspensi yang seimbang
Cast
• Gips ( cast) splint yang terbuat dari fiberglas dan plester1
Indikasi untuk intervensi bedah
• JIka manajemen reduksi tertutup gagal
• Fraktur tidak stabil yang tidak dapat dipertahankan secara memadai
dalam posisi reduksi
• Pasien dengan fraktur yang diketahui akan sembuh dengan buruk
setelah penatalaksanaan nonoperatif
• Fraktur avulsi besar yang mengganggu fungsi otot-tendon atau
ligamen sendi yang terkena
• Cedera traumatis multipel dengan fraktur yang melibatkan panggul,
tulang paha, atau tulang belakang
• Persiapan untuk intervensi operasi yaitu mendeteksi dan mengatasi
secara memadai semua cedera lain, termasuk catatan medis pasien
sebelumnya, dan pemberian antibiotik profilaksis (cefazolin, 1-2 g)
yang harus diberikan sebelum melakukan sayatan. Jika pasien alergi
terhadap penisilin, dapat diberikan klindamisin
Operatif
Wires
• dilengkapi dengan casting dan
Wires yang dapat ditempatkan
secara perkutan atau melalui
mekanisme miniopen memadai
untuk fragmen kecil di daerah
metafisis dan epifisis,
palate & screw
• Pelat memberikan kekuatan dan
stabilitas untuk menetralisir
kekuatan pada anggota gerak
yang terluka untuk perawatan
pasca operasi
Intramedullary nails
• Intramedullary nails
memungkinkan kekuatan tekan
di lokasi fraktur, yang
merangsang penyembuhan
tulang. Intramedullary nails
umumnya digunakan untuk
fraktur diafisis femoralis dan
tibialis dan, fraktur diafisis
humerus.
Indikasi Fiksasi eksternal
• Fraktur terbuka yang
memiliki gangguan
jaringan lunak yang
signifikan
• Cidera jaringan lunak
(misalnya luka bakar)
• Patah tulang panggul
• Fraktur parah kominutatif
dan tidak stabil
• Fraktur yang berhubungan
dengan defisit tulang
• Prosedur pemanjangan
tungkai
• Fraktur yang berhubungan
dengan infeksi
Tatalaksana penunjang
Obat-obatan jenis Nonsteroidl anti-
inflammatory agents (NSAIDs)
Ketoprofen
Ibuprofen (Ibuprin,
(Oruvail, Orudis,
Advil, Motrin)
Actron)

Naproxen
(Anaprox, Flurbiprofen
Naprelan, (Ansaid)
Naprosyn)
Analgesik

Asetaminofen
(Tylenol, Panadol, Asetaminofen dan
Anacin bebas kodein (Tylenol # 3)
aspirin)

Hydrocodone
Oxycodone dan
bitartrate dan
acetaminophen
acetaminophen
(Percocet)
(Vicodin ES)
Komplikasi Pada Fraktur
Femur
Komplikasi Awal (Early)
Emboli lemak
dan ARDS (Acute
Syok Respiratory
Distress Infeksi
Cedera  satu Tromboemboli
syndrome)
atau dua liter
darah hilang Terjadi pada Traksi atau Kemunkinan
dengan fraktur fraktur tulang reduksi fraktur paling besar
tertutup, dan panjang  sel-sel berkepanjangan pada fraktur
lemak yang ada di menyebabkan terbuka.
jika cederanya
dalam sumsum trombosis
bilateral atau tulang akan masuk Untuk
lebih dari satu sehingga
ke dalam
terhambatnya
mencegah
maka bisa pembuluh darah
aliran darah. diberikan
menyebabkan hingga masuk ke
syok yang lebih dalam paru-paru
antibiotik.
parah.  tingkat oksigen
dalam darah
rendah
Komplikasi Akhir (Late)

Delayed Union Non-Union Malunion


Kegagalan Kegagalan Pada saat
penyatuan penyatuan penyembuhan
tulang  tidak tulang setelah tulang ketika
diberikan waktu Refracture
bisa membuat fragmen tulang Kaku sendi
sekitar 6 sampai and implant
sambungan bergabung
9 bulan. tetapi tidak Menjadi kaku failure
yang sempurna
sesuai dengan Sudah dilakukan dalam posisi karena adanya Pembiasan tulang
waktu yang intervensi anatomi yang adhesi jaringan panjang setelah
lunak selama pengangkatan
dibutuhkan terhadap tulang tepat atau implan adalah
tulang untuk yang gagal normal. perawatan komplikasi yang
proses menyambung Disebabkan oleh karena jarang tetapi serius
penyambungan.  kurangnya sehingga
angulasi atau
Hal ini bisa pembedahan. pergerakan. diperlukan operasi
rotasi tulang ulang.
disebabkan oleh Ditandai  yang tidak
kurangnya pseudoarthrosis normal atau
suplai darah ke atau sendi adanya
tulang. palsu. pemendekan.
• Non-union: (a) pasien yang mengalami
pseudoarthrosis pada os. Humerus, (b) non-union
hipertropik, (c dan d) non-union atropik.
• Malunion pada os. Femur, (a dan b) bentuk tulang
malunion, (c dan d) pengobatan dengan
menggunakan fiksasi internal.
Prognosis Fraktur pada
Femur
Prognosis
Apabila penanganan awal fraktur dapat ditangani dengan segera (misalnya
dengan operasi pemasangan gips dan dibidai), maka proses penyembuhan
fraktur dapat lebih cepat sehingga pasien dapat pulih dengan baik dan
dapat melakukan aktifitasnya seperti biasa.
Namun, faktor usia juga mempengaruhi proses penyembuhan. Misalnya
adanya osteoporosis pada orang yang sudah lanjut usia dan kanker
metastasis tulang yang bisa menyerang anak-anak dan orang dewasa.
Pasien yang berumur lebih dari 60 tahun dengan fraktur femur tertutup
memiliki tingkat komplikasi 54% dan tingkat kematian 17%.
cara perawatan yang baik dapat mempengaruhi proses penyembuhan.

HHP. Leg fracture [Internet]. Cambridge: Havard Health Publications; 2018 Feb 1 [cited 2019 Jan 7]. Available from: https://www.drugs.com/health-guide/leg-fracture.html
Femur fracture clinical presentation [Internet]. Mills TJ, editor. Keany JE: Medscape; 2015 Sep 28 [cited 2019 Jan 7]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/824856-clinical
peran rehabilitasi pada fraktur
Pengertian rehabilitasi
• Rehabilitasi merupakan suatu proses yang terbatas dan memiliki
tujuan membuat orang yang mengalami gangguan fungsi mental,
fisik, dan sosial menjadi optimal kembali.
• Mencegah komplikasi akibat tirah baring atau penyakit yang mungkin
membawa dampak kecacatan.
• Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktivitas dan
partisipasi
• Mempertahankan kualitas hidup atau mengupayakan kehidupan yang
berkualitas.

Menteri kesehatan republik Indonesia. Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia tentang pedoman
pelayanan rehabilitasi medik di rumah sakit. Jakarta; Menteri kesehatan RI: 2008. Hal. 1-4
Rehabilitasi fraktur
• Pelayanan fisioterapi
1. Imobillisasi
2. mobillisasi
Imobilisasi
• Tujuan
1. mengurangi cidera
2. Menjaga fungsi otot dan kontraksi otot
3. Membantu pemeliharaan sirkulasi darah
4. Menjaga keadaan fraktur yang sudah di fiksasi
5. Mengajari pasien mengunakan tongkat
1. Mengembalikan kekuatan otot
2. Mengembalikan rentang gerak sendi
3. Mengembalikan fungsi keseluruhan

El-kader SMA, physical therapy for fracture and orthopedic dosorders; 2013. 79-111 p.
Tahapan latihan rehabilitasi
• Hari ke 0-3  dilakukan pemulihan fungsional tujuannya mengurangi
nyeri
• Hari ke 4-15 mobilisasi sendi lutut dalam posisi duduk dan berdiri.
• Minggu ke 3-6 pelatihan berjalan
• Minggu ke 7-8 training berjalan (ingin melihat mobilisasi terhadap
patela)
• Bulan 2-4  mulai melakukan latihan untuk melakukan aktivitas
• Bulan 5-6  mengulangi latihan setiap hari
DEFENISI
• Visum Et Repertum adalah keterangan (laporan) tertulis yang dibuat
oleh seorang dokter atas permintaan penyidik tentang apa yang
dilihat dan ditemukan terhadap manusia, baik hidup atau mati
ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia berdasarkan
keilmuannya untuk kepentingan peradilan.
PEMBAGIAN VISUM
• Visum dibagi atas 2 bagian yaitu

1. Visum orang hidup


1. Visum seketika
2. Visum sementara
3. Visum lanjutan

2. Visum orang mati


• Visum Et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap,
yaitu :

1. Pro justisia
2. Pendahuluan
3. Pemberitaan
1. Pemeriksaan luar
2. Pemeriksaan dalam
3. Ringkasan hasil pemeriksaan luar dan dalam
4. Kesimpulan
5. Penutup
Contoh visum
et repertum
VISUM Et Repertum kasus perlukaan
• Pada korban yang diduga korban tindak pidana , pencatatan harus
lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk pembuatan visum
et repertum.

• Berdasarkan ketentuan dalam KUHP derajat luka dapat dibagi 3 yaitu


ringan, sedang dan berat
• KUHP pasal 352
• Penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan
• KUHP pasal 90
• Luka berat yaitu :
1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali.
2. Yang menimbulkan bahaya maut
3. Yang menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu untuk
menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian.
4. Yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera.
5. Yang menimbulkan cacat berat

6. Yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh

7. Terganggunya daya pikir selama empat minggu atau lebih

8. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan


Visum Et Repertum Jenazah
• Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi
label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan
lalu diikatkan pada ibu jari atau bagian tubuh lainnya.

• Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis jenis


pemeriksaan yang diminta (Pem luar atau pem luar dalam)
• Bila pemeriksaan autopsi yang diinginkan, maka penyidik wajib
memberitahukan kepada keluarga korban dan ,menerangkan maksud
dan tujuannya pemeriksaan.

• Pemeriksaan dilakukan dengan teliti dan sistematis serta dicatat


secara rinci.
DASAR HUKUM
• KUHAP PASAL 133
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya.
2. Permintaan keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang didalam surat itu ditegaskan untuk pemeriksaan luka
atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat.
• KUHAP pasal 6
1. Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

2. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang.

• KUHAP pasal 184


• Alat bukti yang sah adalah
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
• KUHAP pasal 186
• Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan

• KUHAP pasal 187


• (c) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara
resmi kepadanya.
Referensi
• Kottmejer S.Orthoinfo Distal Femur (Tulang Paha)Fraktur Lutut
[internet]: (AAOS) American Academy Of Orthopaedic Surgeons; [juni
2011; 7 jan,2019]. Diambil dari: .
https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/distal-femur-
thighbone-fractures-of-the-knee
• Chen H. Melissa M. Rogalski dan Anker JN. Kemajuan Dalam teknik
Pencitraan X-ray fungsional dan agen kontras: PMC; 21 oktober
2012[21 okt 2013, 7 jan 2019]. Diambil dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3569739/
Referensi
• Bukley R. general principles of fracture care treatment &
management:Medscape[internet]; Apr 09 2018 [cited Jan 3 2019].
Available from : https://emedicine.medscape.com/article/1270717-
treatment
• Solomon L, Warwick D, Nayagam. Apley’s system of orthopaedics and
fracture. 9th ed. Euston road, London:Hodder Arnold;2010. p 695-704.
• Keany JE. Femur fracture medication: Medscape[internet]: Sep 28
2015 [cited Jan 3 2019]. Available from :
https://emedicine.medscape.com/article/824856-medication
Referensi
• Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics
and fractures. 9th ed. Bristol: Hodder Arnold An Hachette UK
Company; 2010. p. 703-19, 866-8.
• Salter RB. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal
system. 3rd Ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 1999. 632 p.
• Ochs BG, Gonser CE, Baron HC, Stӧckle U, Badke A, Stuby FM.
Refracture of long bones after implant removal. an avoidable
complication?. PubMed [Internet]. 2012 Apr;115(4): 323-9. Available
from: https://www.ncbi/nlm.nih.gov/m/pubmed/22476341/

Anda mungkin juga menyukai