Oleh
Tripitaloka
Pembimbing
– Idiopatik
tidak terdapat les struktural di otak atau defisit neurologis
predisposisi genetik kromosom 8q13-q21 gen kanal sodium, SCN1A
riwayat kejang pada keluarga
– Kriptogenik
– Simtomatis
FAKTOR RISIKO
– Trauma kepala
– Tanda-tanda infeksi
– Kelainan congenital
– Kecanduan alcohol atau napza
– Tanda-tanda keganasan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
– EEG
– Pencitraan Otak
– Pemeriksaan hematologis
– Pungsi Lumbal
GAMBARAN EEG
TATALAKSANA
– No. MR : 149310
– Tanggal Masuk : 4/8/2018
– Nama : An. Q
– Umur : 1 tahun
– Jenis kelamin : Perempuan
– Anak ke : 1 (satu)
– Agama : Islam
– Alamat : Parit Baru
– ALLOANAMNESIS dan AUTOANAMNESIS
– Diberikan oleh: Ibu kandung pasien
– KU
– Kejang ± 30 menit SMRS.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
– Riwayat pengobatan
– Minum obat penurun panas
Riwayat Sosial Ekonomi
Berdiri 11 bulan
TANDA VITAL
– Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
– Kesadaran : somnolen
– Tekanan Darah : 90/60 mmHh
– Nadi : 120 kali/menit
– Pernafasan : 28 kali/menit
– Suhu : 36,3 oC
– Edema : tidak ada
– Ikterus : tidak ada
– Berat Badan : 15 kg
– Tinggi Badan : 97 cm
– BB/ U : 107 % (gizi baik)
– TB/ U : 102 % (gizi baik)
– BB/ TB : 100 % (gizi baik)
– Status Gizi : Normal
PEMERIKSAAN FISIK
– Kulit : Warna sawo matang, turgor kembali cepat
– Kepala : Normochepali, ubun-ubun cekung (-)
– Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
– Mata : sklera ikterik (-/-), Konjungtiva anemis (-/-),
pupil isokor (+/+), mata cekung (-)
– Telinga : Bentuk normal, sekret pada liang telinga (-/-)
– Hidung : deviasi septum (-), sekret (-), napas cuping
hidung (-)
– Mulut : Mukosa bibir kering, pucat (-), sianosis (-), Lidah
kotor (-)
– Tenggorok : Tonsil T1-T1, hiperemis (-)
– Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), kaku
kuduk (-)
– Thorax (pulmo)
– Inspeksi : Bentuk dinding dada simetris kanan dan kiri, retraksi (-)
– Palpasi : vocal fremitus simestris
– Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
– Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), Wheezing(-/-)
Thorax (cor)
– Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
– Perkusi : batas jantung normal
– Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
– Inspeksi : Supel, distensi (-), massa (-)
– Auskultasi : BU (+) normal
– Palpasi : Turgor kembali cepat, nyeri tekan lepas (-)
– Perkusi : Timpani
Ekstremitas
– Superior : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik
– Inferior : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah
– Pasien datang dengan keluhan kejang ±30 menit SMRS, Kejang sekali
pukul 03.50 wib, kejang terus menerus, seluruh tubuh kaku dan mata
mendelik keatas. Kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD Bangkinang, di
IGD pasien masih kejang dan di beri obat stesolid 10 mg, setelah kejang
pasien tidak sadar. Ibu pasien mengatakan, pasien demam 1 hari ini yang
lalu, demam tinggi terus menerus, dan sudah diberi obat penurun panas,
tetapi demamnya tidak turun. Nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), Batuk pilek
disangkal, mencret (-), muntah (-), sesak nafas (+), BAB tidak lancar dan
BAK lancar. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Leukosit:14,8 K/uL
Hemoglobin: 11,9g/dl, Hematokrit : 43,9 %, Trombosit: 289 K/uL
– Diagnosis Kerja : susp Epilepsi
– Pemeriksaan Anjuran : EEG
TATALAKSANA
– O2 2 l
– IVFD RL 15 tpm/makro
– Stesolid 10mg (IGD)
– Ij phenobarbital 75mg (IGD)
– Ij Diazepam 5mg (jika kejang) (iv)
– Ij ceftriaxone 2x500mg (iv)
– PCT inf 4x200mg
– Luminal pulv 2x60mg
FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan penyakit Terapi
5/8/2018 S/ Demam (-),kejang (-), sesak (-), muntah (-), Batuk O2 2 l
(-), pilek (-), mencret (-), BAB (+), BAK (+) IVFD RL 18
tpm/makro
Ij Diazepam 5mg
O/ KU: tampak sakit sedang
(jika kejang) (iv)
RR: 25 x/i
Ij ceftriaxone
HR : 115 x/i 2x500mg (iv) 2
– Pada keluhan utama kejang ±30 menit SMRS, Kejang sekali pukul 03.50 wib, kejang
terus menerus, seluruh tubuh kaku dan mata mendelik keatas. Kemudian pasien dibawa
ke IGD RSUD Bangkinang, di IGD pasien masih kejang dan di beri obat stesolid 10 mg,
setelah kejang pasien tidak sadar. Ibu pasien mengatakan, pasien demam 1 hari ini yang
lalu, demam tinggi terus menerus, dan sudah diberi obat penurun panas, tetapi demamnya
tidak turun. Riwayat kejang sebelumnya (+). Menurut Perdossi (2014) epilepsi ditandai
dengan gejala: terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan refleks dengan jarak
waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam. Satu bangkitan tanpa
provokasi atau 1 bangkitan refleks dengan kemungkinan terjadinya bangkitan berulang
dalam 10 tahun kedepan sama dengan (minimal 60%) bila terdapat 2 bangkitan tanpa
profokasi/ bangkitan refleks (misalkan bangkitan pertama yang terjadi 1 bulan setelah
kejadian stroke, bangkitan pertama pada anak yang disertai lesi structural dan
epileptiform dischargers) sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi. Bangkitan refleks
adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor pencetus spesifik, seperti
stimulasi visual, auditorik, somatosensitf, dan somatomotor. .
– Pada RPS, Pasien demam sejak 1 hari lalu dengan suhu pada saat di IGD 39oC
pemeriksaan kaku kuduk (-), menunjukkan tidak terdapat infeksi pada daerah
intra kranial pasien seperti gejala pada meningitis, menunjukkan
berkemungkinan besar tidak akibat suatu proses pada daerah intrakranial.
– RPK: hal ini perlu juga untuk ditanyakan untuk mengetahui faktor resiko
kejang yang diturunkan dan berulang, karena sebagian besar kejang demam
diakibatkan mutasi gen. Pada pasien didapatkan ibunya pernah mengalami
kejang yang menunjukkan terdapat kemungkinan peran genetik pada kejang.
– Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan tanda-tanda dehidrasi pada pasien,
hal ini menyingkirkan kemungkinan pasien kejang akibat dehidrasi
– Diagnosis kerja dari kasus ini adalah epilepsi, diagnosis ditegakkan berdasarkan
keluhan utama, RPS, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan.
– Medikamentosa: terapi yang diberikan adalah luminal pulv 2x60mg yang
merupakan obat anti kejang sebagai rumatan dan pencegahan terjadinya kejang.
Selain kerjanya cepat, diazepam digunakan untuk pengobatan jangka pendek
pada ansietas, kejang demam, dan kecemasan. Paracetamol inf 4x200mg
diberikan sebagai penurun demam yang merupakan pencetus terjadinya kejang.
KESIMPULAN
– Epilepsi merupakan penyakit saraf yang ditandai dengan episode kejang yang dapat
disertai hilangnya kesadaran penderita. Meskipun biasanya disertai hilangnya kesadaran,
ada beberapa jenis kejang tanpa hilangnya kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh
ketidakstabilan muatan listrik pada otak yang selanjutnya mengganggu koordinasi otot
dan bermanifestasi pada kekakuan otot atau pun hentakan repetitif pada otot. Klasifikasi
bangkitan epileptik dapat ditegakkan pada tiga kondisi, yaitu terdapat dua kejadian
kejang tanpa provokasi yang terpisah lebih dari 24 jam, terdapat satu kejadian kejang
tanpa provokasi, namun resiko kejang selanjutnya sama dengan resiko rekurensi umum
setelah dua kejang tanpa provokasi dalam 10 tahun mendatang, serta sindrom epilepsi
(berdasarkan pemeriksaan EEG).
– Tujuan tatalaksana adalah status bebas kejang tanpa efek samping. Obat-obat lini
pertama untuk epilepsi antara lain karbamazepine, lamotrigine, asam valproat,
fenobarbital, fenitoin. Terapi lain berupa terapi non-farmakologi dan terapi bedah
(lobektomi dan lesionektomi).
TERIMAKASIH