DISUSUN OLEH:
AUVA AZKIYA, S.Farm 18811071
AGUSTHA VERONIKA, S.Farm 18811072
HANIATUL KHARIMAH, S.Farm 18811073
NINDY MUTIA PRATIWI, S.Farm 18811074
A. Latar Belakang
Memberikan pemahaman kepada calon Apoteker tentang pengelolaan obat
di Puskesmas.
PKPA Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk belajar berinteraksi dan
bekerjasama, dengan tenaga kesehatan lain di Puskesmas sesuai dengan
etika profesi Apoteker yang benar
MISI:
• Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu sesuai standar.
• Memberikan pelayanan yang mengutamakan kepentingan pelanggan.
• Mendorong dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan
lingkungan.
Layanan Penunjang
Medis
Profil Kesehatan di Puskesmas Mantrijeron
5 Dyspepsia 2432
6 Batuk 1650
8 Vertigo 1211
2 Amlodipine 5 mg 65025
3 Methylprednisolone 4 mg 64202
7 Hemafort 41375
8 Ambroksol 30 mg 38085
Manajerial
• Pengelolaan Obat dan BMHP
Farmasi Klinik
• Pelayanan Resep
• Penyerahan Obat
• Pelayanan Informasi Obat
• Konseling
• MESO.
Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan di
Puskesmas Mantrijeron
Pengendalian
Perencanaan
Obat,
dan
Pencatatan
Permintaan
dan Pelaporan
Pengendalian
Penerimaan,
Obat,
Penyimpanan
Pencatatan
dan Distribusi
dan Pelaporan
Perencanaan
Metode Metode ini Data pemakaian
PERENCANAAN
Proses Pengumpulan
dropping obat berupa hard dan soft
file. Soft file dikirim
ke puskesmas lewat email ke
oleh FARMAKIN dan akan
FARMAKIN di verifikasi
Konfirmasi
Hasil verifikasi
kembali ke
berupa RDO
FARMAKIN dan
(RENCANA
proses
DISTRIBUSI
penyiapan obat
OBAT) Stok optimum = 2 x pemakaian obat,
dari GFK
Stok sisa = persediaan obat –
pemakaian obat
Permintaan = stok optimum – stok sisa
Penerimaan, Penyimpanan dan Distribusi
• Petugas FARMAKMIN membawa obat permintaan beserta
2 rangkap LPLPO dan lembar berita acara serah terima
PENERIMAAN barang (BAST).
• Pengecekan kesesuaian fisik barang dan BAST.
• Penandatanganan kesesuain obat pesanan
• Penyimpanan obat di ruang pelayanan (display) dan
penyimpanan di gudang obat puskesmas.
• Disusun secara alfabetis sesuai dengan bentuk
Penyimpanan sediaan.
• Perbekalan farmasi disimpan/dirotasi menggunakan
sistem First Exipred First Out (FEFO) dan First In First
Out (FIFO). Obat yang perlu disimpan pada suhu
khusus seperti suppositoria disimpan di lemari
pendingin.
• Selain menggunakan kartu stok juga menggunakan SIMPUS yang digunakan untuk
pengolahan data resep yang keluar, data penggunaan obat generik, dan data penyakit.
• Pencegahan obat kadaluarsa merupakan salah satu kendali yang dilakukan petugas farmasi
agar obat tidak kadaluarsa. Hal-hal yang dilakukan diantaranya dengan sistem penyimpanan
FEFO, mencatatkan tanggal kadaluarsa di kotak obat, menuliskan daftar obat yang akan
kadaluarsa dan menempelkan daftar tersebut, serta mengingatkan dokter untuk menuliskan
resep obat-obat yang akan kadaluarsa.
• Pelaporan di Puskesmas Mantrijeron terdiri dari pelaporan bulanan, triwulan dan tahunan.
Pelaporan bulanan terdiri dari LPLPO, LPLPLAB dan LPLPV. Pelaporan triwulan diantaranya
adalah pelaporan Penggunaan Obat Rasional (POR) dan penggunaan obat generik pada
resep. Pelaporan tahunan yaitu laporan perencanaan obat dan penggunaan obat di
Puskesmas.
Monitoring dan Evaluasi
Pengelolaan Obat
1. Ketersediaan obat
3. Presentase penulisan resep obat generik yang dilakukan setiap 3 bulan sekali
Persiapan pelayanan
Penerimaan resep
Penyiapan obat
Penandaan obat
Pemeriksaan akhir
• Konseling
• Informasi
• Edukasi
Pelayanan konseling dan/atau
Homecare
• Penggunaan obat dengan cara khusus.
• Penggunaan suppositoria pada pasien, baik yang baru maupun lama yang
sudah pernah menggunakan suppositoria namun sering mengalami
kesulitan dan belum paham penggunaannya.
• Penggunaan nystatin vaginal tablet pada pasien yang terinfeksi Candida
albicans pada mikosis vagina.
• Pasien asma dengan penggunaan alat khusus seperti diskus.
• Pasien-pasien yang mengidap penyakit metabolik dan menggunakan
banyak obat.
Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
• Kegiatan dari pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO) meliputi :
1. Kegiatan MESO yang dilakukan di Puskesmas Mantrijeron yaitu memonitoring efek samping
kejadian penggunaan obat yang telah dilaporkan pasien. Efek samping penggunaan obat ada yang
bersifat potensial ataupun langsung terjadi saat itu, dan kebanyakan efek samping penggunaan
obat yang terjadi di Puskesmas Mantrijeron adalah yang bersifat potensial.
2. Upaya yang dilakukan yaitu bagian farmasi membagikan form MESO di masing-masing poli (KIA, BP
umum, BP anak, BP lansia, BP gigi).
3. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mengedukasikan ataupun menginformasikan kepada
pasien bahwa pasien memiliki alergi obat tertentu sehingga apabila pasien berobat ke tempat yang
lain, pasien dapat meinformasikan alergi yang dialami dan upaya penanganan yaitu dengan
pemberian obat antialergi.
4. Setiap bulan dilakukan pelaporan hasil MESO ke tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
(PMKP) yang terdapat di Puskesmas Mantrijeron.
Contoh Form MESO
Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Kriteria pasien yang dilakukan Pemantauan Terapi Obat antara lain (8):
• Adanya multidiagnosis.
• Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Persentase peresepan antibiotik untuk ISPA non pneumonia (syarat ≤ 20%). Indikator ini
dihitung melalui pencuplikan sampel maksimal 25 lembar kemudian dihitung
perentasenya.
3. Rata-rata target obat per satu lembar resep (syarat ≤ 2,6 untuk satu diagnosis).
Resep yang saya ambil merupakan resep pada tanggal 27 Desember 2018
KASUS
KASUS PASIEN ASKARIASIS
Albendazole adalah salah satu obat obat antelmentik spektrum luas yang aman digunakan untuk
anak ≤ 6 tahun. Obat ini mengalami first past metabolism, sehingga hanya sedikit yang masuk ke
pembuluh darah.
Rekomendasi:
• Mengkonsumsi obat albendazole bersamaan dengan makan, disarankan makanan yang
mengandung tinggi lemak karena dapat meningkatkan absorbansinya ke dalam plasma(5)
• Menjaga semua jalur yang dapat menyebabkan perpindahan infeksi cacing
• Menjaga higienitas
• Disarankan untuk dilakukan pemeriksaan spesimen tinja selama 3 minggu setelah perawatan (bila
diperluan) (5)
• Jangan minum obat baru apa pun selama terapi kecuali dengan resep dokter
• Albendazole dapat menyebabkan mual atau muntah, sehingga disarankan untuk makan makanan
ringan namun sering, melakukan perawatan mulut, atau mengunyah permen karet
• Laporkan apabila mengalami demam yang tidak biasa, nyeri perut yang menetap atau tidak
terselesaikan, muntah, kulit atau mata menguning, urin menjadi gelap, atau tinja berwarna terang
KASUS PASIEN GONORRHOEAE
PADA PUSKESMAS MANTRIJERON
Permasalaha
Identitas Pasien Nama Obat Dosis Literatur Dosis Resep Indikasi pada pasien
n obat
S : Tn. PS mencegah terjadinya -
Omeprazole 20 mg
20mg/hari 1x1 (20mg) gangguan pencernaan akibat
Usia 64 Thn [1]
obat lain
Keluhan : Nyeri BAK, akan timbul
BAK berdarah, ujung efek samping
penis bengkak Azitromycin 500-mg untuk mengeridikasi bakteri
1g/hari 1x2 (500mg) nyeri perut,
[2] N gonorrhea
mual, dan
O : Tekanan darah
muntah
130/90mmHg
untuk mengeridikasi bakteri efek samping
Lab IMS : PMN Cefixime 200-mg [2] 400mg/hari 1x2 (200mg)
N gonorrhea nyeri perut
uretra (+)
menghindari penyebaran
Diplokokus (+) Kondom - KB [6] 6 buah 6 buah
infeksi
• Rekomendasi:
• Melakukan pematauan efek samping obat antibiotik yakni nyeri perut, mual dan
muntah
• Melakukan konseling pada pasien seperti (3):
– Melakukan pemeriksaan dan mengobati pasangan seksual yang kontak dengan
pasien 60 hari sebelum timbul gejala
– Melakukan kunjungan atau kontrol ulang pada hari ke-3 atau ke-7
– Menggunakan kondom apabila berhubungan seksual