Anda di halaman 1dari 47

Modal Investasi

Yaitu sejumlah modal untuk mendirikan pabrik dari mulai


menjalankan usaha sampai mampu menarik hasil penjualan.
Modal Investasi terdiri dari:

1. Modal Investasi Tetap / Fixed Capital Investment (FCI)


Yaitu segala biaya yang diperlukan untuk mendirikan
pabrik. Dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Modal Investasi Tetap Langsung/manufacturing: biaya
untuk membeli peralatan pabrik yang pemakaiannya
selama pabrik berproduksi
b. Modal Investasi Tetap Tak Langsung/non manufacturing:
biaya pada saat pendirian pabrik

2. Modal Kerja / Working Capital


Yaitu modal yang diperlukan untuk memulai usaha
sampai mampu menarik hasil penjualan dan memutar
keuangannya.
Contoh persediaan bahan baku dan kemasan.
BIAYA PRODUKSI
Biaya Produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan
pengusaha atau produsen untuk membeli faktor-faktor
produksi dengan tujuan menghasilkan produk.
Biaya produksi tergantung sepenuhnya pada dua hal
yaitu sebagai berikut,

1. Harga Input/harga faktor-faktor produksi.

Semua barang dan jasa yang diperlukan untuk


memproduksi suatu produk dibeli dengan uang, sehingga
mempunyai harga. Contohnya bahan baku mentah, bahan
baku setengah jadi, gaji pegawai, upah buruh, dan
sebagainya.
2. Efisiensi perusahaan yang bersangkutan dalam
mempergunakan faktor produksinya.

Dua perusahaan yang memiliki input sama persis,


namun yang satu bekerja dengan lebih efisien dari
perusahaan yang lainnya, maka perusahaan yang efisien
itulah yang lebih bisa menekan biaya produksinya. Efisien
adalah prinsip kerja yang mampu menghasilkan banyak
produk dalam waktu yang singkat atau tidak terlalu
menghabiskan banyak waktu.
Jenis-jenis biaya produksi menurut obyek penanggung:

• Biaya pribadi ( private cost ):


adalah biaya yang ditanggung oleh individu-individu
yang memproduksi atau mengkonsumsi suatu barang.

• Biaya eksternal (external cost ):


adalah biaya yang ditanggng oleh orang
(masyarakat) yang secara tidak langsung terlibat dalam
kegiatan produksi dan pengkonsumsian suatu barang.
Contoh:
• Sebuah pabrik kimia yang memproduksi insektisida
membuang limbah industrinya disebuah sungai. Biaya
yang ditanggung produsen, adalah biaya tenaga kerja,
bahan baku, dan semua peralatan yang digunakan dalam
proses produksi yang kesemuanya itu digolongkan
sebagai biaya pribadi.

• Pembuangan limbah produksi tersebut di sungai akan


menimbulkan “biaya-biaya” lainnya yang berupa:
menurunnya populasi ikan di sungai tersebut,
menurunnya nilai rekreatif sungai tersebut, meningkatkan
biaya penjernihan air. Biaya-biaya tsb dikelompokkan
sebagai biaya eksternal, karena biaya tsb tidak
ditanggung produsen.
KLASIFIKASI BIAYA PRODUKSI

Klasifikasi biaya produksi secara umum terbagi menjadi 2 ,


yaitu

Ø Biaya Langsung (Direct Cost/Prime Cost)


Biaya langsung adalah biaya yang langsung berhubungan
dengan proses produksi, seperti biaya bahan mentah,
bahan penunjang, bahan bakar (jika proses produksi
menggunakan bahan bakar dan transportasi)

Ø Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost/Overhead Cost)


Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak langsung
berhubungan dengan proses produksi.
Biaya tidak langsung terbagi menjadi 2 yaitu:

a) Biaya overhead tetap (fixed overhead cost)


Biaya overhead tetap adalah biaya yang tak langsung
berhubungan dengan proses produksi serta jumlahnya pun
senantiasa tetap. Contohnya adalah biaya penyusutan,
gaji, dsb.

b) Biaya overhead variabel (variable overhead cost)


Biaya overhead variabel adalah biaya yang tak langsung
berhubungan dengan proses produksi, namun jumlahnya
berubah seiring dengan berubahnya jumlah output/produk,
seperti biaya listrik, air, dsb.
Klasifikasi biaya produksi:
a. Biaya Tetap (Fix Cost)
adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya
tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah
produksinya.
Contoh biaya tenaga kerja tetap dan penyusutan alat.

b. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)


adalah biaya yang dikeluarkan sesuai jumlah
produksinya, jadi sifatnya tidak tetap tergantung
jumlah produksinya.
Contoh bahan baku dan kemasan, pengangkutan
c. Biaya Total (Total Cost )

Biaya Total (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC)


dengan biaya variabel(VC).
TC = FC + VC

Sesuatu yang bersifat tetap jika digabung dengan


sesuatu yang berubah-ubah (variabel), maka hasilnya pun
juga akan terbawa sifat yang berubah-ubah. Jadi biaya
total memiliki sifat berubah-ubah seiring dengan
perubahan output yang dihasilkan.
BIAYA-BIAYA RERATA
Berikut ini adalah biaya rerata yang berkenaan dengan konsepsi
biaya-biaya total,

1. Average Fixed Cost (Biaya Tetap Rerata)


Average Fixed Cost (AFC) adalah biaya tetap untuk setiap
satuan output yang dihasilkan.

AFC = 𝐹𝐶
𝑄
Dimana AFC adalah biaya tetap rerata, FC adalah biaya tetap,
dan Q adalah jumlah output yang dihasilkan
2. Average Variable Cost (Biaya Variabel Rata-rata)

Average Variable Cost (AVC) adalah besarnya biaya


variabel untuk setiap satuan output.

AVC= 𝑉𝐶
𝑄
Dimana AVC adalah biaya variabel rata-rata, VC adalah
biaya variabel, dan Q adalah jumlah output yang
dihasilkan

3. Average Cost (Biaya Rerata)
Average cost adalah biaya rata-rata, atau biaya persatuan
output yang menjumlahkan biaya tetap rata-rata dan biaya
variabel rata-rata.

AC = TC
Q
Keterangan:
AC = Biaya rata-rata
TC = total cost (biaya total)
Q = jumlah barang yang diminta.
Biaya Marginal (Marginal Cost / MC)
• Biaya Marginal (Marginal Cost / MC) adalah kenaikan
biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah satu
unit output

• Tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak 1


unit.
Harga Pokok Produksi (HPP)
• Harga Pokok Produksi adalah penjumlahan seluruh biaya
produksi yang digunakan untuk mengubah bahan baku
menjadi produk.

• HPP adalah harga pokok dari suatu produk, dimana jika


dijual dengan harga tersebut maka produsen tidak untung
dan juga tidak rugi.

• Perhitungan Harga pokok Produk dapat digunakan untuk


menentukan harga jual yang akan diberikan kepada
pelanggan.
Perhitungan HPP

Harga Pokok Produksi (HPP) per produk = total biaya


produksi dibagi jumlah produk yang dihasilkan
Harga Jual
Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli
untuk mendapatkan produk tersebut.

Harga jual dapat ditentukan dengan mempertimbangkan


HPP dan juga produk pesaing.
Harga dari pabrik tentu lebih murah, karena saluran
distribusi (agen, took, counter, dll)

Harga jual = HPP + keuntungan yang diambil


Penerimaan Kotor
• Penerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang
didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total
biaya.

• Penerimaan kotor = Harga satuan x jumlah produk


Pendapatan bersih (laba)
• Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang
didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya.

• Pendapatan bersih = Penerimaan kotor – Total biaya


• Suatu perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan BEP
bilamana penghasilan yang diterima sama dengan jumlah
biaya yang dikeluarkan.

• Dalam hal ini perusahaan tidak mendapat keuntungan


dan tidak mengalami kerugian.

• Jika dibuat suatu grafik maka terdapat titik potong antara


garis hasil penjualan dan jumlah biaya-biaya.
Manfaat BEP
• Menentukan jumlah penjualan minimal yang harus
dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian
• Menentukan jumlah penjualan yang harus dicapau untuk
memperoleh laba tertentu
• Menentukan seberapa banyak berkurangnya penjualan
agar perusahaan tidak mengalami kerugian
• Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya, dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh
Rumus perhitungan BEP

𝐹𝑖𝑥 𝐶𝑜𝑠𝑡
• BEP unit =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡− 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑖𝑥 𝐶𝑜𝑠𝑡


• BEP rupiah (penjualan) = 𝑋 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 − 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡

• Atau BEP rupiah = FC / (1 - (VC/P))


BEP Untuk Menghitung Target Laba

𝐹𝑖𝑥 𝐶𝑜𝑠𝑡 + 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑏𝑎


• 𝐵𝐸𝑃 𝑙𝑎𝑏𝑎 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
Soal:
1. Seorang pengusaha baru mendirikan pabrik kaos.
Setiap bulan produksi pabrik tersebut 50 kaos.
Sedangkan harga per buah Rp 50.000. Untuk biaya
variable per kaos rata-rata Rp 30.000 dengan biaya
tetap Rp. 2.000.000. Tentukan berapa jumlah produk
yang harus diproduksi dan harga per kaos supaya
mencapai titik impas? (100 unit; Rp. 50.000)
2. Total biaya tetap (FC) bernilai Rp. 100 juta. Total biaya
variable (VC) per unit bernilai Rp. 60.000. Harga jual
barang per unit bernilai Rp. 80.000. Hitung BEP unit dan
BEP penjualan! (5000 unit; 400 juta)

3. Dari soal no 2, tentukan BEP laba jika perusahaan


memiliki target laba sebesar Rp. 80 juta per bulan! (9000
unit atau Rp. 720 juta)
5. Sebuah perusahaan memiliki data-data biaya dan
rencana produksi sbb:
a. Biaya tetap terdiri dari:
Biaya gaji Rp.75.000.000
Biaya penyusutan Rp. 1.500.000
Biaya asuransi Rp. 15.000.000
Biaya sewa gedung Rp. 18.500.000
Biaya sewa pabrik Rp. 30.000.000
b. Biaya variable per unit terdiri dari:
Biaya bahan baku Rp. 35.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 25.000
Biaya lain Rp. 15.000
c. Harga jual per unit Rp. 95.000
Hitunglah BEP unit dan BEP penjualan! (7.000 unit; Rp.
665.000.000)
5. Berdasarkan soal no 4, jika target laba dalam sebulan
adalah Rp. 75 juta, maka minimal penjualan yang harus
dicapai adalah…..(10.750 unit)

6. Diketahui FC ssebesar Rp. 500.000 dan VC Rp.


10.000/unit. Jika produk dijual dengan harga Rp.
20.000/unit, tentukan nilai BEP dan jumlah penjualan yang
diterima agar perusahaan tidak sampe merugi! (50 unit;
Rp. 1.000.000)
7. Sebuah perusahaan menghasilkan dua jenis produk
dengan rincian sbb:
Produk Jumlah Unit Harga/unit Total
Produk A 15.000 Rp. 1.000 Rp. 15.000.000
Produk B 10.000 Rp. 750 Rp. 7.500.000
VC produk A 15.000 Rp. 500 Rp. 7.500.000
VC produk B 10.000 Rp. 300 Rp. 3.000.000

Biaya tetap keseluruhan Rp. 5.000.000


Tentukan:
a. BEP perusahaan secara keseluruhan dalam rupiah (Rp.
9.4333.962)
b. BEP dalam unit untuk masing-masing produk A dan B
(10.000 dan 11.111 unit)
8. Diketahui biaya produksi suatu perusahaan sbb:
•Biaya tetap per bulan Rp. 250.000.000
•Biaya variable per unit Rp.75.000
•Harga jual per unit Rp. 100.000

Tentukan:
a. BEP unit dan BEP rupiah (10.000 unit; 1 Milyar)
b. Jika perusahaan memproduksi sebanyak 12.000 unit,
hitung besar kerugian/keuntungannya! (Laba Rp.
50.000.000)
ANALISIS TITIK IMPAS
• Melalui analisis titik impas seseorang akan bisa
mendapatkan nilai dari sebuah parameter yang
menyebabkan dua atau lebih alternatif dianggap sama
baiknya, sehingga bisa dipilih salah satu diantaranya.

• Nilai suatu parameter atau variabel yang menyebabkan


dua atau lebih alternatif sama baiknya disebut nilai titik
impas (Break Event Point, BEP)
Contoh penggunaan titik impas:
• Menentukan tingkat produksi dari dua atau lebih fasilitas
produksi yang memiliki konfigurasi biaya-biaya yang
berbeda sehingga pada tingkat tersebut biaya tahunan
yang terjadi adalah sama antara fasilitas satu dengan
lainnya.
• Melakukan analisis jual beli
Analisis titik impas pada permasalahan
produksi
• Ada tiga komponen biaya yang berpengaruh, yaitu biaya
tetap, biaya variabel, dan biaya total.
• Bila dimisalkan:
X adalah volume produk yang dibuat
c adalah biaya variabel yang terlibat dalam
pembuatan satu buah produk
Maka biaya variabel untuk membuat X buah produk adalah:

VC = c. X
Karena biaya total adalah jumlah biaya tetap dan biaya
variabel, maka:

TC = FC + VC
= FC + cX

Dimana;
TC = Biaya total untuk membuat X produk
FC = biaya tetap
VC = Biaya variabel untuk membuat X produk
c = biaya variabel untuk membuat satu produk
Dalam analisis titik impas diasumsikan bahwa total
pendapatan (Total Revenue) diperoleh dari penjualan
semua produk yang diproduksi.

Bila harga satu buah produk adalah p, maka total


pendapatan untuk X buah produk:

TR = p.X
Dimana:
TR = Total pendapatan dari penjualan X buah produk
p = harga jual per satuan produk

Titik impas akan diperoleh bila total biaya-biaya yang


terlibat sama dengan total pendapatan, atau;
TR = TC atau pX = FC + cX

Sehingga:
𝐹𝐶
X=
𝑝 −𝑐
Dimana X disini adalah volume produksi yang
menyebabkan perusahaan pada titik impas (BEP).

Perusahaan akan mendapatkan untung apabila


bisa berproduksi di atas X (melampaui titik impas)
ANALISIS MANFAAT - BIAYA (BENEFIT - COST)
Analisa Kelayakan Usaha
• Jelaskan parameter-parameter yang dapat digunakan
untuk menentukan kelayakan dari suatu usaha!!!
Analisa B/C rasio merupakan perbandingan antara nilai
sekarang dari penerimaan atau pendapatan yang diperoleh
dari kegiatan investasi dengan nilai sekarang dari
pengeluaran (biaya) selama investasi tersebut berlangsung
dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria kelayakannya adalah bila nilai B/C Rasio > 1,


Dan dirumuskan:

B/C Rasio =  pendapatan /  pengeluaran


Perbandingan Proyek Pemerintah dengan Swasta

• Proyek swasta kriteria kelayakannya diukur berdasarkan


nilai keuntungan, sedangkan proyek pemerintah biasanya
dinyatakan dalam ukuran manfaat umum yang
ditimbulkannya

• Ex: Proyek penghijauan diadakan untuk tujuan utama


konservasi lahan, namun di sisi lain juga bisa dianggap
sebagai pengembangan kawasan wisata, pelestarian
suaka marga satwa, dll
Klasifikasi proyek pemerintah
1. Proyek untuk pengembangan kebudayaan
2. Proyek untuk proteksi
3. Proyek pelayanan ekonomi
4. Proyek untuk sumber daya alamiah

Sebutkan contohnya masing-masing!!!!!


Sumber pembiayaan proyek pemerintah
• Pajak

• Dana internal dari hasil-hasil proyek pemerintah yang


menyediakan barang dan jasa yang dibeli oleh
masyarakat

• Pinjaman
Analisis Manfaat-Biaya (Benefit Cost Analysis)
Yaitu analisa yang ditujukan untuk mengevaluasi proyek-
proyek pemerintah dari segi manfaat dan biayanya.

Proyek pemerintah akan mempengaruhi banyak orang.


Baik positif maupun negatif.

Pengaruh positif disebut manfaat atau benefit,


Pengaruh negatif disebut disbenefit.

𝐵
Proyek dikatakan layak bila: >1
𝐶
Persamaan analisis manfaat biaya
𝐵 𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡 𝑡ℎ𝑑 𝑢𝑚𝑢𝑚
=
𝐶 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑛𝑡𝑎ℎ

Dimana kedua ukuran tersebut dinyatakan dalam nilai


tahunan dalam bentuk nilai uang

𝐵
Bila =1, maka nilai rupiah yang ekuivalen dengan
𝐶
manfaat sama dengan nilai rupiah yang ekuivalen
dengan biaya, sehingga proyek dalam kondisi tidak
berbeda (indifferent) antara layak atau tidak.
Tugas!
Carilah/jelaskan 2 contoh kasus dalam analisis Manfaat-Biaya!

Anda mungkin juga menyukai