Lapkas Interna Sepsis
Lapkas Interna Sepsis
Disusun oleh:
Muhammad Rifan Hidayat – 130100058
Andro Winardo Sinaga – 130100015
Adibah Binti Abd Latif – 130100365
Ida Sharina Binti Razali – 130100433
Febrina Setiawan – 120100229
Luthfi Mahfuzh – 130100152
Aprilia Prafita S. R. – 120100137
Sepsis
Definisi
Sekitar pada satu dari lima kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak dapat
terdeteksi.
Patofisiologi Sepsis
-Sepsis berat (severe sepsis) : Sepsis yang disertai dengan disfungsi organ,
hipoperfusi atau hipotensi (tekanan sistolik <90mmHg atau terjadi penurunan
>40mmHg dari keadaan sebelumnya tanpa penyebab yang lain) termasuk
asidosis laktat, oliguria dan penurunan kesadaran
-Septik syok : Sepsis dengan hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi cairan
secara adekuat, bersama dengan disfungsi organ
-Hipotensi : Tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau berkurang 40 mmHg dari tekanan
darah normal pasien
-Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS) : Disfungsi dari satu organ atau lebih,
memerlukan intervensi untuk mempertahankan homeostatis
Kardiovaskular
Respiratori
Kolaps alveolar, perdarahan, edema
Koagulasi
Sepsis-associated encephalopathy (SAE)
Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi Keterangan
menurut provinsi, Riskesdas 2007 dan 2013.3 Terlihat bahwa sebagian besar provinsi
mengalami penurunan period prevalence pneumonia pada tahun 2013 dibandingkan
tahun 2007. Terdapat 11 provinsi (33,3) yang mengalami kenaikan period
prevalence pneumonia pada tahun 2013.
Menurut data WHO, jumlah anak balita dengan gejala
infeksi traktus respiratorius akut yang dibawa ke
institusi kesehatan adalah 75,3 % di Indonesia pada
tahun 2012.
Sesuai dengan hasil Riskesdas 2013, terdapat 571,541
balita di Indonesia yang terdiagnosis pneumonia, dengan
55,932 (0,1 %) balita berasal dari Jawa Tengah. Jumlah
balita yang mengalami kematian karena pneumonia
pada tahun 2013 di Indonesia adalah 6774 dengan 67
balita (0,01 %) berasal dari Jawa Tengah. Case Fatality
Rate pneumonia pada balita di Indonesia adalah 1,19 %.
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pneumoni komunitas
yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan gram
positif, sedangkan pneumonia rumah sakit banyak disebabkan
gram negatif. Dari laporan beberapa kota di Indonesia ditemukan
dari pemeriksaan dahak penderita komunitas adalah bakteri gram
negatif.
Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat
dan nosokomial:
Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia,
Mycoplasma pneumonia, Hemophilus influenza, Legionella
pneumophila, Chlamydia pneumonia, anaerob oral, adenovirus,
influenza tipe A dan B.
Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli,
Klebsiella pneumonia), Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, anaerob oral.
Patofisiologi
• Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral)
merupakan pemeriksaan penunjang utama (gold standard)
untuk menegakkan diagnosis pneumonia.
• Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 -
40.000 /ul, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak
bentuk.
• Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan
kultur darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia.
• AGDA
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat.
Diagnosis Banding
Tuberkulosis Paru (TB),
Atelektasis
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD),
Bronkitis
Asma bronkial
Tatalaksana Pneumoni
Prinsipnya:
Pengobatan kausal dg antibiotik
Penisilin, ampisilin, kloramfenikol
Aminoglikosida
Makrolid ( roksitromisin, klaritromisin, azitromisin)
P. atipikal
Sevotaksim dan amikasin (untuk HAP)
tindakan suportif
Resusitasi IV
Terapi Oksigen
Koreksi keseimbangan asam basa
Pengobatan simptomatik
Nyeri analgetik
Demam antipiretik
Prognosis
Secara umum, angka kematian pneumonia
oleh pneumokokkus adalah sebesar 5%, namun
dapat meningkat pada lanjut usia dengan
kondisi yang buruk.
Pneumonia dengan influenza di Amerika
Serikat merupakan penyebab kematian
terbesar ke-6 dengan kejadian sebesar 59%.
Sebagian besar pada lanjut usia, yaitu sebesar
89%.
Mortalitas pasien PK yang dirawat di ICU
adalah sebesar 20%.
Komplikasi
Sepsis
Abses Paru
Efusi pleura
Kesulitan bernapas
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Definisi
Kronis =
Malignansi
o Tumor solid
o Leukimia
Obstetrik
o Retained dead fetus syndrome
o Retained products of conception
Hematologi
o Myeloproliferative syndrome
o Vaskular
o Rheumatoid arthritis
o Raymaud disease
Kardiovaskular
Infark miokard
Inflamasi
o Kolitis ulseratif
o Crohn disease
o Sarkoidosis DIC lokal
o Aneurisma aorta
o Hemangioma yang besar (Kasabach-Merritt syndrome)
o Penolakan transplantasi ginjal
Patofisiologi
Jantung
Sesak nafas (+)
Angina pektoris (+)
Saluran pernafasan
Batuk-batuk (+)
Dahak (+)
Nafas berbunyi
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Sens : CM
TD : 160/80 mmHg
HR : 125 x/i
RR : 24 x/i
T : 36.20C
Keadaan gizi
TB : 155 cm
BB : 57 kg
BW : 103%
Kepala Dalam batas normal
Dalam batas normal Pinggang
Leher Dalam batas normal
Dalam batas normal Inguinal
Thorax depan Dalam batas normal
Batas kiri jantung: LMCS ICS Genitalia luar
IV 1 cm lateral
Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi; sp: bronkial; st:
mengi (+/+), ronki (+/+) RT
Limfosit : 17%
Monosit : 15,5%
Na/K/Cl : 129/4,73/102 mmol/L
Diagnosa Banding
Sens: CM pH/pCO2/pO2/HCO3/TCO2/BE/satO2:
Na/K/Cl: 129/4,73/102
Terapi:
Tirah baring
Diet MB
Oksigen 2-4 L via n.c
IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/menit
Nebule Ventolin 1 amp/8 jam
Inj. Ceftriaxone 1 g/12 jam
Amlodipin 1x10 mg
Paracetamol tab 3x500 mg
Rencana:
• Cek darah rutin ulang
• Pemeriksaan PT,TT, aPTT, fibrinogen, dan D-dimer
• Konsul kardiologi
Follow Up 11/03/19
Sesak nafas berkurang, batuk (+), mg/dL
demam (+)
D-dimer:>4000 ng/mL
Sens: CM
TD:110/70 mmHg Diagnosis
HR: 130 x/i
Sepsis ec pneumonia
RR: 24 x/i
PPOK eksaserbasi berat
o
T: 37,8 C
Hipertensi stg II
Hasil lab: Trombositopenia ec consumptive
coagulopathy
PT pasien/kontrol: 12,5/13,4 detik
CHF Fc III ec HHD
INR: 0,85
Rencana:
Echocardiography
Konsul divisi HOM
Pantau urine output dan TD
Follow Up 12/03/19