Anda di halaman 1dari 19

Toksikologi Obat dan

Penatalaksanaan
Keracunan Umum
Kelompok 6
Anizatun Azizah E0016006
Ayu Sholihati E0016009
Fanny S.H E0016015
M. Hasby Assidiqi E0016022
Shiellvia W.N.H E0016035
Sri Nursafala E0016037
Windi Afiyani E0016041
Pengertian Toksikologi
Obat
• Toksisitas atau keracunan obat adalah reaksi yang
terjadi karena dosis berlebih atau penumpukkan zat
dalam darah akibat dari gangguan metabolisme atau
ekskresi.
• Obat akan bersifat sebagai obat apabila tepat
digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan
dosis dan waktu yang tepat.
• Apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau
dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan
keracunan. Dan bila dosisnya kecil maka kita tidak
akan memperoleh penyembuhan
Jenis Keracunan
1. Menurut cara terjadinya:
Obat
a. Self poisoning
Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih
tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan.
Pasien tidak bermaksud bunuh diri tetapi hanya untuk mencari
perhatian saja.
b. Attempted Suicide
Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, bisa berakhir
dengan kematian atau pasien dapat sembuh bila salah tafsir dengan
dosis yang dipakai.
c. Accidental poisoning
Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya factor
kesengajaan.
d. Homicidal poisoning
Keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja
meracuni orang lain.
2. Menurut waktu terjadinya:
a. Keracunan kronik
• Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan lama
setelah pajanan.
• Keracunan ini diakibatkan oleh keracunan bahan-
bahan kimia dalam dosis kecil tetapi terus menerus
dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka
panjang (minggu, bulan, atau tahun).
• Misalnya, menghirup uap benzene dan senyawa
hidrokarbon terkklorinasi (spt. Kloroform, karbon
tetraklorida) dalam kadar rendah tetapi terus menerus
akan menimbulkan penyakit hati (lever) setelah
beberapa tahun
b. Keracunan akut
• Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering
mengenai banyak orang (pada keracunan dapat mengenai
seluruh keluarga atau penduduk setempat ).
• Keracunan ini juga karena pengaruh sejumlah dosis tertentu
yang efeknya dapat dirasakan dalam jangka waktu yang
pendek.
• Misalnya, keracunan fenol menyebabkan diare dan gas CO
dapat menyebabkan hilang kesdaran atau kematian dalam
waktu singkat.
3. Menurut alat tubuh yang terkena
• Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang
terkena, contohnya racun hati, racun ginjal, racun SSP, racun
jantung.
4. Menurut jenis bahan kimia
• Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat
toksik yang sama, misalnya golongan alcohol, fenol, logam
berat, organoklorin dan sebagainya.
• Bahan-bahan kimia atau zat racun dapat masuk ke dalam tubuh
melewati tiga saluran, yakni:
a. Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per-oral atau
ingesti. Hal ini sangat jarang terjadi kecuali kita memipet
bahan-bahan kimia langsung menggunakan mulut atau makan
dan minum di laboratorium.
b. Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah
terserap kulit ialah aniline, nitrobenzene, dan asam sianida.
c. Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu dan uap mudah
terserap lewat pernapasan dan saluran ini merupakan sebagian
besar dari kasus keracunan yang terjadi.
Klasifikasi Daya Racun
1. Super Toksik : Struchnine, Brodifacoum,
Timbal, Arsenikum, Risin, Agen Oranye,
Batrachotoxin, Asam Flourida, Hidrogen Sianida.
2. Sangat Toksik :Aldrin, Dieldrin, Endosulfan,
Endrin, Organofosfat
3. Cukup Toksik :Chlordane, DDT, Lindane,
Dicofol, Heptachlor
4. Kurang Toksik :Benzene hexachloride (BHC)
Contoh Keracunan Obat
Asetaminofen
Efek toksik :
• Keracunan akut bisa terjadi dalam 2-4 jam setelah
paparan: mual muntah, diaphoresis, pucat, dan depresi
SSP
• Bila sudah 24-48 jam: tanda-tanda hepatotoksis mulai
terlihat (nyeri abdomen RUQ, hematomegali ringan)
• Keracunan kronik: sama seperti keracunan akut,
namun pada penderita alkoholik, dapat sekaligus
terjadi insufiensi hati & ginjal yang berat, disertai
dehidrasi, icterus, koaguloathi, hipoglikemi, dan ATN.
• Terapi :
a. Bila keracunan terjadi dalam 4 jam setelah overdosis
: diberi karbon aktif
b. Keracunan dalam 8-10 jam setelah minum obat
tersebut berikan antidotum (N-acetylcysteine ),
Antiemetic (metoclopramide, domperidone, atau
ondansetron)
• Harus dilakukan monitoring fungsi hati dan ginjal.
Penatalaksanaan
Keracunan Umum
Tujuan
• Tujuan terapi keracunan dan overdosis adalah mengawasi
tanda-tanda vital, mencegah absorpsi racun lebih lanjut,
mempercepat eliminasi racun, pemberian antidot spesifik,
dan mencegah paparan ulang.
• Terapi spesifik tergantung dari identifikasi racun, jalan
masuk, banyaknya racun, selang waktu timbulnya gejala,
dan beratnya derajat keracunan.
Pencegahan Absorbsi
Racun
1. Dekontaminasi Gastrointestinal
• Karbon aktif merupakan metoda dekontaminasi
gastrointestinal yang terpilih untuk sebagian besar kasus
keracunan.
• Karbon aktif disiapkan sebagai suspensi dalam air, baik
sendiri atau dengan suatu katartik. Diberikan per oral
melalui botol susu pada bayi atau melalui cangkir
sedotan.
• Karbon menyerap racun dalam lumen usus, sehingga
memungkinkan kompleks karbon-toksin dievakuasi
melalui feses, dapat juga dikeluarkan dari lambung
dengan induksi muntah.
2. Dekontaminasi pada tempat-tempat lain
• Bilasan segera dan berulang-ulang dengan air, saline, atau
cairan jernih lainnya yang dapat diminum.
• Untuk irigasi mata dipilih saline sedangkan untuk
dekontaminasi kulit paling baik dilakukan triple wash (air-
sabun-air).
• Paparan racun melalui inhalasi harus diobati dengan udara
segar atau oksigen.
Percepatan eliminasi
racun
1. Karbon aktif dosis multipel
• Dosis oral karbon aktif yang berulang dapat
mempercepat eliminasi substansi yang sebelumnya
diabsorpsi dengan cara mengikatnya dalam usus lalu
diekskresikan melalui empedu, disekresikan oleh sel-sel
gastrointestinal, atau difusi pasif kedalam lumen usus.
• Dosis yang direkomendasikan 0,5-1 gram/kgBB tiap 2-4
jam
2. Diuresis dan perubahan pH urin
• Diuresis dan iontrapping melalui perubahan pH urin dapat
mencegah reabsorpsi renal dari racun yang mengalami
ekskresi oleh filtrasi glomerulus.
• Diuresis dapat mempercepat ekskresi renal dari alkohol,
bromida, kalsium, kalium, dan INH.
• Diuresis basa (pH urin >= 7,5 dan output urin 3-6
cc/kgBB/jam) mempercepat eliminasi dari klorpropamid
fenobarbital, sulfonamid, dan salisilat.
• Diuresis asam mempercepat eliminasi renal dari amfetamin,
klorokuin, kokain, anestetik local, antidepresan trisiklik, dan
tokainid. Namun penggunaannya banyak dilarang karena
potensial terjadi komplikasi dan efektifitas kliniknya tidak
banyak.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai