Anda di halaman 1dari 32

Ayu Lestari Nofiyanti

1518012120

Supervisor :
Dr. Ireschka Pattiweal, Sp. Rad,. M. Sc

Instalasi Radiologi
RSUD Ahmad Yani
Kota Metro
2015

Laporan Kasus : Pemeriksaan BNO-IVP


pada Pasien Ureterolithiasis
ILUSTRASI KASUS (1)
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. S
• Umur : 51 tahun
• Jenis Kelamin : laki-laki
• Alamat : RBD
• No. Rontgen : 13.024
• Permintaan foto : BNO IVP
• Dr. Pengirim : dr. Fitriyani
• Keterangan klinis : Ureterolithiasis
ILUSTRASI KASUS (2)
• Keluhan Utama
– rasa sakit dan nyeri pada perut kanan
tembus ke punggung sampai ke kantung
kemaluan kanan

• Riwayat Penyakit Sekarang


• -rasa sakit dan nyeri pada perut kanan tembus
ke punggung sampai ke kantung kemaluan
kanan.
• Disertai mual dan muntah 4x
PEMERIKSAAN FISIK (1)
• Keadaan Umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• Tanda vital
– Tekanan darah : 130/90 mmHg
– Frekuensi nadi : 59 kali/menit
– Frekuensi napas : 24 kali/menit
– Suhu : 36,0 °C
• Kepala : Normosefalik, tidak ada deformitas
• Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-), sclera ikterik (-)/(-)
• JVP : 5-2 cmH2O
• KGB : tidak teraba pembesaran
PEMERIKSAAN FISIK (2)
• Jantung : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
• Paru :
– Inspeksi  simetris saat statis dan dinamis
– Palpasi  vocal fremitus kanan sama dengan kiri.
– Perkusi sonor/ sonor
– Auskultasi  vesikuler (+) / (+), rhonki (-)/(-),
wheezing (-) / (-)
• Perut : Lemas, datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan
(-), hati dan limpa tidak teraba
• Ginjal : Nyeri ketok CVdextra (+), Ballotement (-)
• Ekstremitas : akral hangat, edema tungkai (-)/(-)
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Darah Perifer Lengkap
• Leukosit : 13,8 / mm3
• Eritrosit : 5,65 juta/μL (3,6 - 5,8)
• Hb : 15,0 gr/dL
• Ht : 43,4 % (35 -47)
• MCV : 79,1 fL (80-100)
• MCH : 26,8 pg (26-34) / MCHC : 32,7 % (32-36)
• MCHC : 34,6 g/dL
• Trombosit : 306 ribu/mm3 (150 – 440)
Fungsi Hepar dan Ginjal
• Ureum : 27 mg/dL (20-40)
• Kreatinin : 1,44 mg/dL (0,8 – 1,5)
Diagnosis
Diagnosis Kerja:
• hydronephrosis grade 3 dan hydroureter dextra 1/3
proximal 1/3 media e.c ureterolithiasis (batulusen)
dextra 1/3 distal setinggi proyeksi VS1 aspek dextra.
Pemeriksaan yang telah
dilakukan
• USG Abdomen :
Interpretasi USG Abdomen :
– Hepar : ukuran dan echostruktur parenkim normal, homogen, sudut lancip,
tepi licin, tak tampak pelebaran sistem bilier intra hepatal, tak tampak massa/nodul
– VF : ukuran normal, lumen anechoic, dinding tak menebal, tak tampak
massa/batu/sludge.
– Lien : ukuran dan echostruktur parenkim normal, dinding licin, hillus
tidak prominent, tak tampak massa atau nodul.
– Pancreas : ukuran dan echostruktur normal, tak tampak massa/kalsfikasi.
– Ren dextra : ukuran dan echostruktur normal, batas korteks medulla tegas, SPC dan ureter
proximal melebar, tak tampak massa/batu.
– Ren sinistra : ukuran dan echostruktur normal, batas korteks medulla tegas, SPC tak melebar,
tak tampak massa, tampak batu multiplr ukuran 1,4 mm dan 1,8 mm dipole bawah.
– VU : ukuran normal, lumen anechoic, dinding tak menebal, tak tampak
massa/batu.
• Kesan :
• Hydronephrosis grade 3 dan ureteroectasis proximal dextra e.c obstruksi di distalnya sangat
mungkin e.c ureterolithiasis dextra.
• Nephrolithiasis sinistra multiple (ukuran 1,4 mm dan 1,8 mm)
• Tak tampak kelainan pada hepar, VF, Lien, pancreas dan VU.
• Saran :
– IVP bila kadar ureum/kreatinin normal.
Terapi yang diberikan :

• Infus Nacl 0,9 % 20 tpm


• Drip tramadol 1gr/12jam
• Inj cefoperazone 1gr/12jam
• Rencana BNO-IVP
Ureterolithiasis
Ureterolithiasis
• Ureterolithiasis adalah menyebabkan obstruksi
kalkulus atau batu di dalam kronik dengan hidroureter
ureter. Batu ureter pada dan hidronefrosis. Jika
umumnya berasal dari batu disertai dengan infeksi
ginjal yang turun ke ureter. sekunder dapat
Batu ureter mungkin dapat menimbulkan pionefrosis,
lewat sampai ke kandung urosepsis, abses ginjal,
kemih dan kemudian keluar abses perinefrik, abses
bersama kemih. Batu ureter paranefrik, ataupun
juga bisa sampai ke pielonefritis. Tidak jarang
kandung kemih dan terjadi hematuria yang
kemudian berupa nidus didahului oleh serangan
menjadi batu kandung kemih kolik.
yang besar. Batu juga bisa
tetap tinggal di ureter sambil
menyumbat dan
ETIOLOGI
• Penyebab terjadinya ureterolithiasis adalah : • b.Teori Matriks
Etiologi pembentukan batu meliputi idiopatik, Matriks organik terdiri atas
gangguan aliran kemih, gangguan serum/protein urine (albumin,
metabolisme, infeksi saluran kemih oleh
mikroorganisme berdaya membuat urease
globulin, dan mukoprotein)
(Proteus mirabilis), dehidrasi, benda asing, merupakan kerangka tempat
jaringan mati (nekrosis papil) dan multifactor. diendapkannya kristal-kristal
Banyak teori yang menerangkan proses batu.
pembentukan batu di saluran kemih; tetapi c.Penghambatan kristalisasi
hingga kini masih belum jelas teori mana yang Urine orang normal
paling benar. mengandung zat penghambat
a. Teori Nukleasi pembentuk kristal, antara lain
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya
: magnesium, sitrat, pirofosfat,
inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel
yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh mukoprotein dan beberapa
(supersaturated) akan mengendap di dalam peptida. Jika kadar salah satu
nukleus itu sehingga akhirnya membentuk atau beberapa zat itu
batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda berkurang, akan
asing di saluran kemih. memudahkan terbentuknya
batu di dalam saluran kemih.
Pemeriksaan penunjang
• Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu,
apakah terjadi bendungan atau tidak. Pada gangguan
fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan; pada
keadaan ini dapat dilakukan retrograd pielografi atau
dilanjutkan dengan antegrad pielografi, bila hasil
retrograd pielografi tidak memberikan informasi yang
memadai. Pada foto BNO batu yang dapat dilihat disebut
sebagai batu radioopak, sedangkan batu yang tidak
tampak disebut sebagai batu radiolusen, berikut ini
adalah urutan batu menurut densitasnya, dari yang
paling opaq hingga yang paling bersifat radiolusent;
calsium fosfat, calsium oxalat, magnesium amonium
fosfat, sistin, asam urat, xantine.
Hidronefrosis
DEFINISI
Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat
tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih
tersumbat.

Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal


dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air
kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke
dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus
renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air
kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan
ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal
yang rapuh. Pada akhinya, tekanan hidronefrosis
yang menetap dan berat akan merusak jaringan
ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan
kehilangan fungsinya.
ETIOLOGI
• Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan
pada sambungan ureteropelvik (sambungan antara
ureter dan pelvis renalis):
• Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke
dalam pelvis renalis terlalu tinggi
• Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal
bergeser ke bawah
• Batu di dalam pelvis renalis
• Penekanan pada ureter oleh:
- jaringan fibrosa
- arteri atau vena yang letaknya abnormal
- tumor.
Tanda dan gejala
• Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta
lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis
akut), biasanya akan menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di
daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena.
Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis kronis), bisa
tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan
tulang pinggul). Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara
pelvis renalis atau karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal
bergeser ke bawah. Air kemih dari 10% penderita mengandung darah. Sering
ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air kemih), demam dan
rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal. Jika aliran air kemih tersumbat, bisa
terbentuk batu (kalkulus).
Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-
samar, seperti mual, muntah dan nyeri perut. Gejala ini kadang terjadi pada
penderita anak-anak akibat cacat bawaan, dimana sambungan ureteropelvik terlalu
sempit. Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan
kerusakan ginjal dan bisa terjadi gagal ginjal.
Patofisiologi
Terjadi obstruksi baik parsial / intermitten menimbulkan
akumulasi urin di piala ginjal, sehingga menyebabkan
disertasinpiala dan kolik ginjal. Pada saat ini altrofi
ginjal terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami
kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan
membesar secara bertahap (hipertrofi kompensaturi)
akibatnya fungsi renal terganggu
Persiapan BNO-IVP
Persiapan alat dan bahan
• Alat dan bahan untuk pemeriksaan Intra Vena
Pyelografi yang harus dipersiapkan antara lain :
Pesawat rontgen siap pakai, kaset IP dan film ukuran
24 x 30 cm dan 30 x 40 cm, grid, marker dan plester.
• Pada pemeriksaan Intra Vena Pielografi perlu
dipersiapkan alat untuk memasukkan media kontras,
terdiri alat bantu steril dan non steril. Alat steril yang
diperlukan antara lain : spuit 20 cc, jarum ukuran 20-21,
kassa, kapas alkohol, obat anti alergi dan infus set.
Sedangkan alat bantu non steril terdiri atas : bengkok,
pengatur waktu, tensimeter dan tabung oksigen.
Persiapan BNO-IVP
• Persiapan pasien :
– Sehari sebelum pemeriksaan, pasien hanya diperbolehkan
makanan rendah serat, misalnya bubur kecap
– Pada tengah malam tidak boleh makan lagi atau pasien puasa
minimal 8 jam sebelum pemeriksaan dilakukan
– pada malam hari penderita diberi obat pencahar yang berupa
sulfas magnesium atau garam ingris sebanyak 30 gram atau
dulkolax tablet sebanyak 4 butir.
– pada pagi hari pasien diberi dulkolax suposutoria sebanyak 1 butir
yang dimasukkan ke dalam dubur guna lavement
– pasien dilarang merokok dan banyak bicara karena dapat
meningkatkan produksi cairan dalam lambung dan volume udara
pada usus
– sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk buang air
kecil
– pasien diwajibkan melakukan tes darah di laboratorium guna
mengukur kadar ureum serta kreatininnya.
Pembahasan Hasil BNO-IVP
PEMERIKSAAN BNO
• Interpretasi BNO :
• Udara usus dan fecal
materials (+)
• Preperitoneal fat lines tegas
dan simetris.
• Renal outline tertutup udara
usus.
• Psoas line tegas dan
simetris.
• Tak tampak lesi radioopaq
di proyeksi sistem traktus
urinarius.
• Sistema tulang baik.
Pemeriksaan IVP Fase menit
ke 5 dengan Kontras
• Interpretasi Foto Fase 5
Menit :
• Nefogram kedua ren
serentak, bentuk, letak,
ukuran dan densitas normal.
• SPC ren bentuk dextra
calyces clubbing, sinistra
cupping normal.
• Pelvis renis dextra melebar,
tak tampak batu, filling deffect
maupun additional shadow.
• Pelvis renis sinistra tak
melebar, tak tampak batu,
filling deffect maupun
additional shadow.
Pemeriksaan IVP Fase menit
ke 15 dengan Kontras
• Interpretasi Foto Fase 15 Menit :
• Tampak kaliber ureter dextra 1/3
proximal sampai 1/3 media(sampai
setinggi proyeksi VS1 aspek dextra)
melebar.
• Setelah itu kaliber dextra 1/3 distal
normal, letak normal, tak tampak
batu, maupun additional shadow,
tampak filling deffect setinggi
proyeksi VS1 aspek dextra.
• Tampak kaliber ureter sinistra tidak
melebar, letak normal, tak tampak
batu, filling deffect maupun additonal
shadow.
• VU Tampak terisi bahan kontras,
letak normal, tak tampak batu, filling
deffect maupun additional shadow.
Pemeriksaan IVP Fase menit
ke 30 dengan Kontras
• Interpretasi Foto Fase 30 Menit :
• Tampak kaliber ureter dextra 1/3
proximal sampai 1/3 media(sampai
setinggi proyeksi VS1 aspek dextra)
melebar.
• Setelah itu kaliber dextra 1/3 distal
normal, letak normal, tak tampak
batu, maupun additional shadow,
tampak filling deffect setinggi
proyeksi VS1 aspek dextra.
• Tampak kaliber ureter sinistra tidak
melebar, letak normal, tak tampak
batu, filling deffect maupun additonal
shadow.
• VU Tampak terisi bahan kontras,
letak normal, tak tampak batu, filling
deffect maupun additional shadow.
Pemeriksaan IVP Fase menit
ke 60 dengan Kontras
• Interpretasi Foto Fase 60 Menit :
• Tampak kaliber ureter dextra 1/3
proximal sampai 1/3 media(sampai
setinggi proyeksi VS1 aspek dextra)
melebar.
• Setelah itu kaliber dextra 1/3 distal
normal, letak normal, tak tampak
batu, maupun additional shadow,
tampak filling deffect setinggi
proyeksi VS1 aspek dextra.
• Tampak kaliber ureter sinistra tidak
melebar, letak normal, tak tampak
batu, filling deffect maupun additonal
shadow.
• VU Tampak terisi bahan kontras,
letak normal, tak tampak batu, filling
deffect maupun additional shadow.
Pemeriksaan IVP Fase post
miksi
• Interpretasi Foto Post Miksi
• Residu bahan kontras
minimal.
Kesan BNO-IVP
• Hydronephrosis grade 3 dan
hydroureter dextra 1/3 proximal 1/3
media e.c ureterolithiasis (batulusen)
dextra 1/3 distal setinggi proyeksi VS1
aspek dextra.
• Fungsi ren dextra normal.
• Anatomi dan fungsi ren sinistra normal.
• Ureter sinistra tak tampak kelainan.
• VU dan Fungsi Voiding Baik.
Kesimpulan
• Adapun kesimpulan dari Laporan kasus
ini adalah :
– Terdapat hubungan antara klinis dan hasil
pemeriksaan BNO-IVP yaitu didapatkan
hasil hydronephrosis grade 3 dan
hydroureter dextra 1/3 proximal 1/3 media
e.c ureterolithiasis (batulusen) dextra 1/3
distal setinggi proyeksi VS1 aspek dextra.
– Pemeriksaan BNO-IVP di lakukan
pemotretan polos, Foto 5 menit, 15 menit,
30 menit, 60 menit stelah media kontras di
masukan dan Post Miksi.
Daftar Pustaka
• Malueka, RG. 2008. Radiologi Diagnostik. Pustaka
Cendekia Press. Yogyakarta.

• Patel, P. R. 2007. Lecture Notes Radiologi, edisi kedua.


Jakarta: Erlangga.

• Purnomo,B.B. 2005. Dasar-dasar Urologi, edisi kedua.


Jakarta: Sagung Seto.

• Sutton, D. 1995. Buku Ajar Radiologi untuk Mahasiswa


Kedokteran, edisi kelima. Jakarta : Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai