Anda di halaman 1dari 17

PATOFISIOLOGI, TERAPI FARMAKOLOGI DAN

TERAPI DIET PADA KASUS GAGAL NAFAS

Fitri Nur Arifaini (1914901030)


Septa Obara (1914901031)
Gagal nafas adalah ganguan pertukaran gas
antara udara dengan sirkulasi yang terjadi di
pertukaran gas intrapulmonal atau gangguan
gerakan udara dan masuk keluar paru. (Hood
Alsagaff, 2004:185).
Gagal nafas merupakan keadaan
ketidakmampuan tubuh untuk menjaga
pertukaran gas seimbang dengan kebutuhan
tubuh sehingga mengakibatkan hipoksemia dan
atau hiperkapnia. Dikatakan gagal napas apabila
PaCO2 > 45 mmHg atau PaO2< 55mmHg. (Boedi
Swidarmoko, 2010: 259).
Anatomi Sal.Pernapasan
Anatomi Sal.Pernapasan
Definisi Gagal Napas
• Gagal napas adalah suatu keadaan yang
terjadi apabila paru tidak dapat lagi
memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran
gas, yaitu oksigenisasi darah arteri dan
pembuangannya yaitu karbondioksida.

• Gagal napas terjadi bila :


1. PO2 arterial (PaO2) <60 mmhg atau
2. PCO2 arterial (PaCO2) >45 mmhg
Klasifikasi Gagal Napas
Klasifikasi Gagal Napas
• Acute :
Terjadi bila penderita mempunyai gangguan napas minimal
yang mengawali keadaan tersebut dengan AGD
menunjukan PaCO2 yang tinggi, Ph rendah dengan
bikarbonat normal.

• Acute on chronic :
Terjadi perburukan tiba-tiba pada seseorang yang sudah
mengalami gagal napas hiperkapnia sebelumnya, ditandai
dengan PaCO2 yang tinggi, Ph rendah dengan bikarbonat
yang meningkat.

• Chronic :
Apabila terdapat penyakit paru kronik ditandai dengan
PaCO2 tinggi, Ph normal dan bikarbonat meningkat.
Etiologi
Penyebab dari gagal napas tipe I:
• Acute asthma
• Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
• Pneumonia
• Pulmonary oedema
• Chronic obstructive pulmonary disease (COPD)
• Emphysema
• Pneumothorax
Etiologi

Etiologi Gagal Napas Tipe II (Hiperkapnia)


Paru:
• Acute severe asthma
• Chronic obstructive pulmonary disease (COPD)
• Bronchiectasis
• Pulmonary oedema
Thoracic wall:
• Cedera dinding dada
• Ruptured diphragm
Etiologi
• Abdominal distension (ascites, blood)
Central nervous system:
• Cedera kepala
• Obat opioid dan sedative
Patofisiologi
Hipoksemia
Terjadi ketidakseimbangan antara ventilasi dan
perfusi. Area paru mendapatkan ventilasi yang
kurang dibandingkan banyaknya aliran darah
yang menuju ke area-area tersebut.
Di sisi lain, beberapa area paru mendapatkan
ventilasi berlebihan.
Hipoksemia dapat terjadi karena meningkatnya
pencampuran vena, yang dikenal sebagai pirau
kanan ke kiri.
Patofisiologi
Sebagian darah vena sistemik tidak melalui
alveolus, melainkan bercampur dengan darah
yang berasal dari paru.
Hal ini bisa terjadi karena : bronkus dan
bronkiolus tersumbat
Patofisiologi
• Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia
dan hiperkapnia yang memburuk secara
bertahap. Setelah gagal napas akut biasanya
paru-paru kembali ke asalnya. Pada gagal napas
kronik struktur paru mengalami kerusakan yang
ireversibel.

• Penyebab terpenting gagal napas adalah ventilasi


yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan
nafas.
• Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke,
tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan
hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat
pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan
dangkal. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla).

• Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi


pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan
pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opioid.
Pathway
KESIMPULAN
• Gagal napas merupakan ketidakmampuan sistem pernapasan
untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara
atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan
normal. Gagal napas diklasifikasikan menjadi gagal napas
hipoksemia dan gagal napas hiperkapnia. Gagal napas
hipoksemia ditandai dengan PaO2 < 60 mmHg dengan PaCO2
normal atau rendah. Gagal napas hiperkapnia, ditandai dengan
PaCO2 > 45 mmHg. Penyebab gagal napas dapat diakibatkan
oleh kelainan pada otak, susuna neuromuscular, dinding
thoraks dan diafragma, paru serta sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan pasien dengan gagal napas yang utama adalah
membuat oksigenasi adekuat, sehingga meningkatkan perfusi
jaringan, serta menghilangkan underlying disease, yaitu
penyakit yang mendasari gagal napas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

• Kaynar, Ata Murat; Sharma, Sat. (2010). Respiratory Failure. Diakses pada
tanggal 24 Juni 2015 dari: www.emedicine.medscape.com/article/167981-
overview
• Neema, Praveen K. (2012). Respiratory Failure. Indian J Anaesth; 47 (5) :
360-6
• Rodriguez, Ricardo J. (2012). Acute Respiratory Distress Syndrome : An
Update. Respiratory Care ; 48 (3) : 279-87
• Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., (2012). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, Volume 2, Edisi 6, Jakarta : EGC, Hal : 736-739 ;
743-746 ; 824
• Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2008, “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”,
Edisi 11, Jakarta : ECG, Hal : 495-496 ; 527-528
• Koutsoukou, C. Roussos, A., 2012, “Respiratory Failure”, European
Respiratory Journal
• Gunning, Kevin E.J., 2011, “Pathophysiology of Respiratory Failure and
Indications for Respiratory Support”, The Medicine Publishing Company

Anda mungkin juga menyukai