Anda di halaman 1dari 37

GAMBARAN TINGKAT RISIKO BUNUH DIRI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI SEBUAH

LAPAS PEREMPUAN DI INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Ajar Skripsi

Oleh
AGUSTIN
NIM 22020115120003

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, DESEMBER 2018
1
Kasus bunuh diri
pada WBP terus Tingkat Bunuh diri WBP perempuan
meningkat dari WBP 3x lebih memiliki risiko Rentan mengalami
waktu ke waktu. besar dibanding lebih tinggi, gangguan psikologis
populasi umum. prevalensi 38,1% yang disebabkan oleh
Angka bunuh diri di (Chapman,2005) faktor internal(stress) ,
12 negara: faktor
WBP: 100 Per eksternal(Lingkungan
100.000 jiwa lapas)
Pupulasi umum: 21
per 100.000 jiwa
(Tripodi,2007)
Ditjen Masalah psikologis
Kemenkumham: 67 yang muncul : menarik
kasus bunuh diri diri, depresi,
selama 7 tahun peningkatan perilaku
terakhir agresi dan pemikiran
untuk bunuh diri
2
•Hasil studi pendahuluan: Ditemukan 2 dari 10
orang WBP berisiko untuk bunuh diri di Lapas
Perempuan kelas IIA Semarang Rumusan Masalah:

•Penelitian tentang risiko bunuh diri pada WBP Bagaimana


pernah dilakukan oleh Karomah (2014) di lapas gambaran tingkat
Jember akan tetapi belum spesifik pada WBP risiko bunuh diri
Perempuan dan bersifat korelasi dan warga binaan
Marzano(2011) di Jerman berupa penelitan pemasyarakatan di
kualitatif sebuah Lapas
perempuan di
•Perawat dan petugas Lapas dapat melakukan Indonesia?
skrining untuk menetukan intervensi yang tepat
agar angka bunuh diri pada WBP perempuan
dapat di tekan

3
TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum Mendeskripsikan tingkat risiko bunuh diri WBP di sebuah Lapas perempuan di Indonesia

•Mendeskripsikan karakteristik demografi WBP di sebuah Lapas perempuan di Indonesia.


Tujuan Khusus •Mengetahui kategori tingkat risiko bunuh diri WBP perempuan dalam rentang tidak
berisiko dan berisiko bunuh diri berdasar karakteristik lama pidana, status hukum dan
jenis pidana di sebuah Lapas di Indonesia

MANFAAT PENELITIAN

Bagi Peneliti Bagi Praktisi


Keperawatan

Bagi Institusi Bagi Institusi


Lapas Pendidikan
4
5
KERANGKA KONSEP

Jenis Penelitian • Deskriptif Survey

Desain Penelitian • Cross Sectional


6
POPULASI DAN SAMPEL

Sampel Besar Sampel


Populasi
185 WBP
WBP Teknik sampling
perempuan di dalam penelitian ini
Lapas menggunakan
Perempuan probability sampling
Kelas IIA dengan cara
Semarang propotional stratified
sejumlah 343 random sampling
WBP
7
.
Tempat Penelitian:
Lapas Perempuan Kelas
IIA Semarang

Waktu Penelitian:
Mei 2019

8
Alat Penelitian, Uji Validitas dan Prosedur
Pengumpulan Data

KUESIONER A(KUESIONER DATA DEMOGRAFI) KUESIONER B (Kuesioner SCOPE)


Kuesioner A berisi tentang data demografi Kuesioner B merupakan kuesioner
responden seperti usia, tingkat pendidikan, yang digunakan untuk mengukur
status pernikahan, frekuensi kunjungan tingkat risiko bunuh diri pada WBP.
keluarga,status hukum lama pidana, tindak Kuesioner yang digunakan dalam
pidana yang menggunakan skala ordinal dan penelitian ini adalah Suicide Concern
nominal. for Offenders in Prison Environment
(SCOPE) yang berisi 27 pertanyaan
yang telah dikembangkan oleh Perry.

9
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Uji validitas
Kuesioner terlebih dahulu dilakukan back translate. Uji validitas telah dilakukan
kepada responden di Lapas Kelas IIA Malang yang memiliki karakteristik mendekati
sampel penelitian dengan berjumlah 30 orang dan hasilnya diuji validitas dengan
rumus Pearson Product Moment menggunakan aplikasi statistika. Taraf signifikansi
pada penelitian ini adalah 0,05% dengan nilai r tabel 0,361 berdasarkan r tabel untuk
n=30. Hasil uji validitas 27 item pertanyaan menunjukan valid karena r hitung > r
tabel.

Uji reliabilitas
Pengukuran realibilitas yang dilakukan pada kuesioner penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan rumus alpha cronbach pada aplikasi SPSS. Uji dilakukan di
Lapas Perempuan Kelas IIA Malang dengan 30 orang yang mendekati karakteristik
sampel peneliti. Hasil uji reliabilitas menyatakan bahwa setiap item kuesioner
dinyatakan reliabel karena nilai alpha lebih besar dari 0,6 yang ditunjukan dengan
nilai 0,887 10
Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
Pengolahan Data
Langkah – langkah dalam pengolahan data yaitu :
1.Editing
2.Coding
3.Processing
4.Cleaning
5.Tabulasi
Analisa Data
Data penelitian ini dianalisa dengan menggunakan analisa univariat. Hasil
penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dengan persentase
dalam bentuk tabel yang menggambarkan karakteristik demografi
responden dan tingkat risiko bunuh diri pada WBP perempuan.

11
Etika Penelitian

1. Otonomi
2. Beneficience
3. Nonmalleficience
4. Confidendiality
5. Veracity
6. Justice

12
HASIL PENELITIAN

Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Warga Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Warga
Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Usia di Sebuah Lapas Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Perempuan di Indonesia Mei 2019 (n=185) Sebuah Lapas Perempuan di Indonesia Mei 2019 (n=185)

Usia Frekuensi Presentase Tingkat Frekuensi Presentase


Pendidikan
18-40 126 68,1%
Pendidikan rendah 81 43,8%
41-60 52 28,1%
Pendidikan 72 38,9%
61-70 7 3.8% menengah
Total 185 100% Pendidikan tinggi 32 17,3%
Total 185 100%

13
Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi
Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan
Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Kunjuan Keluarga di Sebuah Lapas Perempuan di
Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Status Indonesia Mei 2019 (n=185)
Pernikahan di Sebuah Lapas Perempuan di Indonesia
Mei 2019 (n=185)
Frekuensi Kunjungan Frekuensi Presentase
Keluarga
Status Frekuensi Presentase
Pernikahan Tidak dikunjungi 65 35,1%
1 x/ tahun 26 14,1%
Belum kawin 33 17,8%
2-11 x/tahun 10 5,4%
Kawin 91 49,2%
1x/ bulan 26 14,1%
Janda 61 33%
2-3 x/ bulan 9 4,9%
Total 185 100%
1x/minggu 25 13,5%
Lebih dari 1x/ minggu 24 13%
Total 185 100%

14
Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Warga
Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Lama Pidana di
Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Sebuah Lapas Perempuan di Indonesia Mei 2019
Demografi Warga Binaan Pemasyarakatan (n=185)
Berdasarkan Status Hukum di Sebuah Lapas
Perempuan di Indonesia Mei 2019 (n=185) Lama Pidana Frekuensi Presentase
< 1 tahun 22 11,9%
Status Frekuensi Presentase
Hukum 1-3 tahun 25 13,5%
Tahanan 20 10,8% 4-6 tahun 37 20%
Narapidana 165 89,2% 7-9 tahun 24 13%
Total 185 100% >10 tahun 56 30,3%
Belum ditetapkan 21 11,4%
Total 185 100%

15
Tidak Pidana Frekuensi Presentase
Pencurian 12 6,5%
Tabel Distribusi Frekuensi
Karakteristik Demografi Pemerasan dan pengancaman 2 1,1%
Warga Binaan Kejahatan terhadap nyawa 10 5,4%
Pemasyarakatan
Berdasarkan Tindak Penganiayaan 4 2,2%
Pidana di Sebuah Lapas Penggelapan 27 14,6%
Perempuan di Indonesia
Perbuatan merugikan piutang 3 1.6%
Mei 2019 (n=185)
Narkotika 103 58,4%
Korupsi 10 5,4%
Penipuan 4 2,2%
KDRT 2 1,1%
Tindak lainnya: Perjudian 3 1,6%
Total 185 100%

16
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Silang Tingkat Risiko Bunuh Diri Berdasarkan Lama Pidana,
Warga Binaan Pemasyarakatan di Sebuah Lapas Perempuan di Indonesia Mei 2019 (n=185)

Tingkat Risiko Bunuh Diri


Total
Lama Pidana Tidak Berisiko Bunuh Diri Berisiko Bunuh Diri
frekuensi Persentase frekuensi Persentase frekuensi Persentase
< 1 tahun 14 63,6% 8 36,4% 22 100%

1-3 tahun 16 64% 9 36% 25 100%

4-6 tahun 21 56,7% 16 43,3% 37 100%

7-9 tahun 16 66% 8 33,3% 24 100%

>10 tahun 27 48,2% 29 51,8% 56 100%

Belum ditetapkan 16 76,2% 5 23,8% 21 100%

17
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Silang Tingkat Risiko Bunuh Diri Berdasarkan Status Hukum
Warga Binaan Pemasyarakatan di Sebuah Lapas Perempuan di Indonesia Mei 2019 (n=185)

Tingkat Risiko Bunuh Diri


Total
Lama Pidana Tidak Berisiko Bunuh Diri Berisiko Bunuh Diri
frekuensi Persentase frekuensi Persentase frekuensi Persentase
Tahanan 15 60% 5 40% 20 100%
Narapidana 95 57,5% 70 42,5% 165 100%

18
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Silang Tingkat Risiko Bunuh Diri Berdasarkan Tindak Pidana
Warga Binaan Pemasyarakatan di Sebuah Lapas Perempuan di Indonesia Mei 2019 (n=185)

Tingkat Risiko Bunuh Diri


Total
Lama Pidana Tidak Berisiko Bunuh Diri Berisiko Bunuh Diri

frekuensi Persentase frekuensi Persentase frekuensi Persentase

Pencurian 9 75% 3 25% 12 100%


Pemerasan dan pengancaman 0 0% 2 100% 2 100%
Kejahatan terhadap nyawa 8 80% 2 20% 10 100%
Penganiayaan 2 50% 2 50% 4 100%
Penggelapan 17 62,9% 10 37,1% 27 100%
Perbuatan merugikan piutang 2 66,7% 1 33,3% 3 100%
Narkotika 59 54,6% 49 45,4% 108 100%
Korupsi 8 80% 2 20% 10 100%
Penipuan 2 50% 2 50% 4 100%
KDRT 1 50% 1 50% 2 100%
Tindak lainnya: Perjudian 2 66,7% 1 33,3% 3 100%
19
Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Risiko Bunuh Diri Warga Binaan
Pemasyarakatan di Sebuah Lapas Perempuan di Indonesia Mei 2019 (n=185)

Tingkat Risiko Bunuh Diri Frekuensi Presentase


Tidak Berisiko Bunuh Diri 110 59,5%
Berisiko Bunuh Diri 75 40,5%
Total 185 100%

20
PEMBAHASAN
1. Gambaran Karakteristik Demografi WBP Perempuan di Sebuah Lapas Perempuan di Indonesia

Usia

•WBP perempuan memiliki rentang usia 18-40 tahun (dewasa awal ) sebanyak 68,1%.
•Sejalan dengan penelitian sebelumnya di Lapas Perempuan Kelas IIB Gresik pada tahun
2014 sebanyak 52,2% memiliki rentang usia 18-40 tahun.(Karomah,2013)
•Golongan dewasa awal cenderung lebih reaktif, agresif, dan memiliki kemampuan
koping stres yang rendah sehingga mudah mengalami masalah psikologi seperti depresi,
keputusaan dan stres . Masalah-masalah psikologis yang tidak ditangani dengan baik
dapat menyebabkan munculnya perasaan hopeless yang meningkatkan risiko bunuh diri.
(Maryatun,2015)

21
Tingkat Pendidikan

•Responden WBP perempuan mayoritas memiliki tingkat pendidikan rendah (tidak sekolah,
SD dan SMP) dangan jumlah 43,8%
•Survei internasional yang pernah dilakukan juga menyatakan bahwa populasi WBP
perempuan dengan pendidikan menengah ke bawah lebih banyak dibanding populasi di luar
Lapas.(Harlow,2003)
•Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan WBP perempuan memiliki kemampuan
koping stres yang tidak adekuat sehingga rentan mengalami masalah-masalah psikososial
dan mudah memiliki pikiran untuk bunuh diri dan kurang memiliki kemampuan sosialisasi dan
komunikasi dengan masyarakat yang kurang.

22
Frekuensi Kunjungan Keluarga

•Sebanyak 35,1% responden menyatakan tidak pernah dikunjungi keluarga.


•Hal ini serupa dengan penelitian sebelumnya pada sebuah Lapas perempuan di Indonesia
tahun 2017 yang menyatakan bahwa 28% responden tidak rutin dikunjungi keluarga
(Rubi,2017)
•Ketidakintiman hubungan keluarga dan WBP selama masa pembinaan di Lapas dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi keluarga. Dukungan dari keluarga WBP yang mengunjungi
dapat menghilangkan rasa takut dan kecemasan akan masalah-masalah yang dihadapi

23
Status Pernikahan

•Sebanyak 51% status responden dalam penelitian ini memiliki status menikah
•Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya sebanyak 53,3% responden berstatus
menikah pada penelitian di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang tahun 2016 (Baity, 2017)
•WBP perempuan merasa terpuruk dan terkucil, sedih harus berpisah dengan anak-anak dan
keluarganya, cemas dengan kondisi keluarga ataupun memikirkan sesuatu yang buruk
menimpa dirinya atau keluarga.

24
Tindak Pidana

•Tindak pidana yang paling mendominasi kasus WBP perempuan di penelitian ini adalah
tindakan yang berkaitan dengan narkotika yaitu, sebanyak 58,4%
•Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan di sebuah Lapas
perempuan di Indonesia tahun 2017 bahwa 52% responden terlibat kasus narkotika
(Baity,2017)
•WBP dengan kasus Narkoba sedikit banyak akan mengalami masalah psikologis seperti
depresi karena pengaruh zat Narkoba yang dikonsumsi. Zat tersebut mempengaruhi aspek
kognitif, afektif dan Psikomotor.

25
Status Hukum

•Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa 89,2% WBP memiliki status hukum narapidana
•Penelitian sebelumnya di sebuah Lapas Perempuan di Indonesia juga menunjukkan bahwa
71,5% WBP memiliki status hukum narapidana (Ekasari,2009)
•Sebanyak 40% tahanan dalam penelitian ini memiliki risiko bunuh diri.
•Tahanan merasakan perubahan lingkungan dan situasi mendadak, dan rasa takut tidak
dapat menyesuaikan diri selama di Lapas menyebabkan ketidaknyamanan dan berdampak
pada masalah kesehatan mental.

26
Lama Tahanan

•Sebagian WBP perempuan pada penelitian ini menjalani lama pidana lebih dari 10 tahun
atau sebanyak 30,3%.
•Penelitian sebelumnya di Rutan Kelas IIA Malendeng Manado yang menyatakan bahwa
WBP terbanyak mengalami gangguan psikologis berupa depresi memiliki masa tahanan
antara lebih dari 2 tahun.(Tololiu,2015)
•Pengalaman hidup dalam Lapas menyebabkan kehilangan pekerjaan yang menjadi
sumber penghasilan sehingga menimbulkan harga diri rendah, stres, cemas, perasaan
mudah tersinggung, dan sedih sehingga sangat rentan mengalami depresi hingga
pemikiran untuk mengakhiri hidup

27
Gambaran Tingkat Risiko Bunuh Diri WBP Perempuan di Sebuah Lapas Perempuan di Indonesia

•Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa WBP perempuan di sebuah Lapas di Indonesia
yang tidak berisiko bunuh diri sebanyak 59,5%, dan berisiko bunuh diri sebanyak 40,5%

•Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan di sebuah Lapas Jerman oleh
Marzano dengan hasil 15,3% WBP perempuan mengalami bunuh diri pada tahun 2011-2013.
(Marzano,2013)

28
Hasil Penelitian menunjukkan WBP perempuan yang memiliki risiko bunuh diri sebanyak
40,5%. Berdasarkan analisis dari kuesioner SCOPE WBP perempuan yang memiliki risiko
bunuh diri akan merasa stress (31,8%), merasa jenuh (37,3%), berfikir untuk melukai diri
(14%), merasa ingin bunuh diri (17,3%), kesepian (19%), tidak memiliki dukungan keluarga
(53,5%), merasa tidak berdaya (42,2%) dan merasa tidak memiliki harapan (49,7%)

29
•Sebanyak 31,8% WBP perempuan merasakan stress selama masa pembinaan di Lapas.

•Dampak stress yang dialami WBP antara lain :


perasaan mudah tersinggung serta agresif dalam menghadapi permasalahan sehingga
dapat menimbulkan perilaku kekerasan serta dampak terburuk yang mungkin terjadi yaitu
timbulnya pemikiran untuk mengakhiri hidup dan kecenderungan untuk melakukan tindakan
bunuh diri.

30
•Perasaan tidak berdaya dan tidak memiliki harapan akan masa depan yang lebih baik
merupakan salah satu faktor kuat yang memicu terjadinya bunuh diri
•Hopelessness dapat menyebabkan WBP gagal menemukan alternatif penyelesaian
masalah hingga mengarah pada perilaku dekstruktif yang dapat mencederai diri
(Beck,1975)

31
•Dukungan keluarga yang kurang dapat meningkatkan risiko bunuh diri pada WBP.
•Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35,1% WBP tidak pernah dikunjungi oleh
keluarganya
•Hal ini dapat menyebabkan perasaan kesepian dan kecewa pada WBP perempuan
karena merasa tidak bisa berkumpul dengan keluarga dan kerabat dekat.
•Perasaan kecewa dan kesepian pada WBP perempuan dapat membentuk konsep diri
negatif sehingga membuat WBP perempuan memandang masa depan sebagai suatu hal
yang buruk

32
•Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada responden WBP perempuan sebanyak
59,5%. tidak berisiko bunuh diri
•Pada WBP perempuan yang cenderung tidak memiliki risiko bunuh diri berarti mampu
melakukan penyesuaian diri
•WBP yang tidak memiliki risiko bunuh diri tidak terpuruk dengan masa lalu serta yakin
bahwa ada harapan untuk masa depan yang lebih baik
•Pengembangan sikap dan mental positif tersebut ditumbuh kembangkan saat menjalani
pembinaan dan bimbingan di Lapas

33
•WBP memiliki koping diri yang baik dapat menekan perasaan dan cara berpikir negatif , mendapat
kepuasan dari hal-hal yang biasa dilakukan, tidak merasa lebih buruk dari orang lain, memiliki energi
positif, tidak mengalami penurunan nafsu makan serta tidak mudah marah

•Faktor lain yang dapat mempengaruhi WBP tidak memiliki risiko bunuh diri adalah adanya dukungan
keluarga yang mengunjunginya untuk menghilangkan rasa takut dan kecemasan akan masalah-
masalah yang dihadapi

34
KESIMPULAN

•Sebanyak 68,1% responden berusia 18-40 tahun (dewasa awal), 43,8% responden
berpendidikan terakhir tidak sekolah, SD, SMP (tingkat pendidikan rendah), 49,2% responden
memiliki status kawin, 30,3% memiliki masa pidana lebih dari 10 tahun, 35,1% responden tidak
dikunjungi keluarga, 89,2% responden merupakan narapidana, dan 58,4% responden menjalani
pidana karena tindakan yang berkaitan dengan narkotika.

•WBP perempuan tidak berisiko bunuh diri sebanyak 59,5% dan berisiko bunuh diri sebanyak
40,5%

35
SARAN

Bagi Peneliti Bagi Institusi


Lapas

Bagi Institusi
Bagi Praktisi Perawat
Pendidikan

36
TERIMA KASIH

37

Anda mungkin juga menyukai