Anda di halaman 1dari 18

VARA LISAPALY

08-183
 Asma adalah suatu penyakit peradangan
(inflamasi) saluran nafas terhadap
rangsangan atau hiper reaksi bronkus. Sifat
peradangan pada asma khas yaitu tanda-
tanda peradangan saluran nafas disertai
infliltrasi sel eosinofil. (Samsuridjal dan
Bharata Widjaja (1994)
 Sekitar0,5-1 % dari seluruh kehamilan.
 Asma biasanya timbul pada usia kehamilan
24-36 minggu, jarang pada akhir kehamilan.
 Allergen(debu,bulu hewan,jamur,dll..)
 Infeksi Saluran Nafas
 Stress
 Olah raga/ kegiatan jasmani yang berat
 Obat – obatan
 Rokok
 Polusi udara
 Lingkungan Kerja
 Gejala klasik seperti sesak nafas, batuk dan
mengi
 Adanya riwayat asma sebelumnya
 Penemuan pada pemeriksaan fisik penderita
asma :Ekspirasi memanjang, wheezing,
hiperinflasi dada, takikardi, pernapasan
cepat sampai sianosis dapat dijumpai pada
penderita asma dalam serangan
Berdasarkan etiologi:
 Asma intrinsik(crytogenik)
Tidak disebabkan oleh faktor
alergen/faktor lingkungan,co:stress
berlebih
 Asma ekstrinsik
Berhubungan dgn atopi(alergi),IgE sel
mast,respon eosinofil
Berat Peny. Gejala Asma Malam APE(arus puncak resp)

Asma persisten Terus sering < 60% prediksi


berat menerus,aktivitas
fisik terbatas
Asma persisten Setiap >1x/minggu 60% < APE < 80 % prediksi
sedang haributuh
agonis
B2,serangan
mempengaruhi
aktivitas
Asma persisten >1x/minggu,teta >2x/bulan > 80% prediksi
ringan pi<1x/hari
Asma intermitent <1x/minggu,tidak <2x/bulan > 80% nilai prediksi
ada gejala & APE
normal diluar
serangan
Faktor resiko,lingkungan,trigger

Mediator inflamasi (histamin,leukotrien,PG,bradikinin)

Kontraksi otot polos bronchus

Vasodilatasi pembuluh darah

Edema pd dinding saluran nafas

Leukotriensekret yg kental & banyak(hipersekresi mukus),gangguan


fungsi silia

Penebalan saluran nafas

Remodelling
 Wanita yang memulai kehamilan dengan
asma yang berat, dpt mengalami asma yang
lebih berat selama masa kehamilannya
 Bervariasi tergantung derajat asma,terutama
asma berat
 Peningkatan insidensi abortus, kelahiran
prematur, janin dengan berat badan lahir
rendah, dan hipoksia neonatus.
 Angka kematian perinatal meningkat dua kali
lipat pada wanita hamil dengan asma
dibandingkan kelompok kontrol.
 Pendidikan terhadap  Menghentikan merokok
penderita,menghindari  Mendeteksi adanya infeksi
pemaparan thdp alergen, pada saluran nafas,
dan mengobati gejala seperti bronkitis, sinusitis.
awal secara tepat.
 Pembahasan antara ahli
 Mencapai suatu persalinan kebidanan dan ahli paru
aterm dengan bayi yang jika diperlukan untuk
sehat, di samping mengetahui masalah-
melindungi keselamatan masalah yang dapat
ibu. timbul
 individualisasi penanganan  Rencana penanganan
 Mendeteksi dan umum termasuk
mengeliminasi faktor penggunaan obat-obatan
pemicu  Pemeriksaan fungsi paru
dasar, juga penentuan gas
darah khususnya pada
penderita asma berat.
Pemilihan obat disesuaikan sesuai derajat
asma
Obat-obat anti asma yang sering digunakan
(5 kelompok utama) yaitu :
 Agonis B2 (co:Salbutamol)
 xanthine (Aminofilin,Teofilin)
 Glukokortiko steroid (flutikason)
 cromolyn sodium
 Antikolinergik (ipatropium bromidea)
 Pada kehamilan dgn asma intermitten dan
yang terkontrol baik,tdk diperlukan
intervensi.
 Pada penderita asma berat/tdk
terkontrol/yang steroid dependen,monitor
pertumbuhan janin, karena resiko lebih besar
untuk mengalami mslh pertumbuhan
 Menghindari gelisah dan stres  terbulatin sulfat 2,5-5 mh per
 Menghindari alergen oral 3 kali sehari, atau beta
agonis lainnya.
 Imunoterapi, aman dilakukan
selama kehamilan akan tetapi  Tambahkan kortikosteroid oral,
efek terapinya terhadap jika pengobatan masih belum
penderita asma belum diketahui adekuat gunakan prednison
jelas. dengan dosis sekecil mungkin.
 Diberikan dosis teofilin per oral  Pertimbangan antibiotika
sampai tercapai kadar profilaksis pada kemungkinan
terapeutik dalam plasma antara adanya infeksi saluran nafas
10-22 mikrogram/ml, biasa dosis atas.
oral berkisar antara 200-600 mg  Cromolyn sodium dapat
tiap 8-12 jam. dipergunakan untuk mencegah
terjadinya serangan asma,
dengan dosis 20-40 mg, 4 kali
sehari secara inhalasi.
 Selama persalinan kala I pengobatan asma tetap
diteruskan
 Pada persalinan kala II persalinan per vaginam dapat
dilakukan oleh penderita asma, kecuali jika indikasi
obstetrik menghendaki dilakukannya SC
 Pada penderita yang mengalami kesulitan pernafasan
selama persalinan pervaginm,maka kala II
diperpendek
 Dalam memilih anestesi dalam persalinan, golongan
narkotik yang tidak melepaskan histamin seperti
fentanyl lebih baik digunakan daripada meperidine
atau morfin yang melepas histamin.Bila persalinan
dengan SC atas indikasi medik obstetrik yang lain,
maka sebaiknya anestesi cara spinal.
 Perjalanan dan penanganan klinis asma
umumnya tidak berubah secara dramatis
setelah post partum.
 Pada wanita menyusui tdk trdpt
kontraindikasi yg berkaitan dgn asma
 Aminofilin dapat terkandung dalam asi
sehingga penggunaanya dihindari.Namun
obat anti asma lainnya umumnya tidak
berbahaya,karena kadarnya dalam asi sangat
kecil
 Mencegah terjadinya stress
 Menghindari faktor resiko/pencetus yang
sudah diketahui secara intensif
 Mencegah penggunaan obat yg dapat menjadi
pencetus timbulnya serangan asma.
Pengaruh asma pada ibu dan janin
tergantung dari sering dan beratnya
serangan karena menyebabkan hipoksia,
dan bila tidak segera diatasi berpengaruh
pada janin
 Abortus
 Perdarahan vagina
 Persalinan premature
 Solusio plasenta (2,5%)
 Pertumbuhan janin terhambat
 Pengaruh asma pada ibu dan janin
tergantung dari sering dan beratnya serangan
 Asma berat yg tidak terkontrol,dapat
mempengaruhi kehamilan
 Pada kehamilan dengan asma intermiten dan
yang terkontrol baik, tidak diperlukan
intervensi
 Persalinan pervaginm dapat dilakukan oleh
penderita asma,kecuali jika terdapat indikasi
SC

Anda mungkin juga menyukai