Anda di halaman 1dari 20

ARSITEKTUR STRATEGI

Lukman Mohammad Baga


PS. MPD-IPB
Analisis SWOT
A. Identifikasi Kekuatan (Strengths)

Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang


memberikan keunggulan komparatif di dalam suatu
industri yang berasal dari organisasi.

Kekuatan organisasi akan mendukung


perkembangan usaha dengan cara memperhatikan
sumber dana, citra, kepemimpinan pasar, hubungan
dengan konsumen ataupun pemasok, serta faktor-
faktor lainnya.
Analisis SWOT
B. Identifikasi Kelemahan (Weaknesses)

 Kelemahan adalah keterbatasan dan kekurangan


dalam hal sumberdaya, keahlian dan kemampuan
yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan
organisasi.

 Fasilitas, sumberdaya keuangan, kemampuan


manajerial, keahlian pemasaran dan pandangan
orang terhadap merek dapat menjadi sumber
kelemahan.
Analisis SWOT
C. Identifikasi Peluang (Opportunities)

 Peluang adalah situasi yang diinginkan atau disukai


dalam lingkungan organisasi.

 Segmen pasar, perubahan dalam persaingan atau


lingkungan, perubahan teknologi, peraturan baru
atau yang ditinjau kembali dapat menjadi sumber
peluang bagi perusahaan.
Analisis SWOT

D. Identifikasi Ancaman (Threats)


Ancaman adalah situasi yang paling tidak disukai
dalam lingkungan organisasi.
Ancaman merupakan penghalang bagi posisi yang
diharapkan oleh organisasi.
Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang
lambat, meningkatnya posisi penawaran pembeli
dan pemasok, perubahan teknologi, peraturan baru
atau yang ditinjau kembali dapat menjadi sumber
ancaman bagi organisasi
Lingkungan Makro

Sosial Budaya
Ekonomi Hankam

Teknologi
Politik Lingkungan Sosial

Penentuan
Basis Lingkungan Meso

Analisis LSM Masyarakat

SWOT
Lingkungan Mikro
Koperasi
Pertanian KUD
(Kasus; Pengurus
PT
DPRD
Pengem- Manajer Anggota
Kelompok Tani Kelompok Usaha
bangan Bersama

Koperasi
Pemerintah Gerakan Koperasi
Petani di
Gorontalo)
Lingkungan Fisik

SDA Geografis Agroklimat


Identifikasi SWOT Industri Kopi Robusta Indonesia
Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) Peluang Ancaman (Threats)


(Opportunities)

Syarat dan kondisi lahan cukup Produktivitas lahan Adanya permintaan Berdasarkan hasil
baik. Luas lahan cukup luas, hampir rendah. beberapa negara yang analisis Herfindahl
ada di setiap provinsi. Mutu kopi rendah. sedang meningkat. Index, yang
Aksesibilitas terhadap input tidak Pendidikan para petani Masih terbukanya menunjukkan
sulit. rendah. peluang ekspor untuk bahwa pasar kopi
Biaya yang dikeluarkan tidak Mata rantai pemasaran kopi olahan. Robusta
sebesar kopi Arabika. cukup panjang. Beberapa faktor internasional
Perkebunan kopi menyerap banyak Adanya pungutan kepada kesempatan dapat sedang menuju ke
tenaga kerja. petani yang dijadikan peluang, arah persaingan
Tingkat upah yang terjadi sesuai memberatkan. seperti terjadinya sehingga beberapa
dengan kesepakatan. Belum ada lembaga depresiasi nilai dollar negara akan
Sumberdaya IPTEK tersedia dengan permodalan yang US, peningkatan menjadi ancaman,
cukup baik. membantu petani. dayasaing karena seperti Pantai
Industri jasa, pendidikan, litbang, Industri pengolahan kopi terjadinya blok-blok Gading, Uganda,
dan konsultasi telah berperan domestik sebagian besar perdagangan, dan dan India.
dengan baik. masih berorientasi lokal. beberapa hal lainnya.
Pemerintah telah berperan baik Ekspor sebagian besar
melalui beberapa lembaga masih dalam bentuk biji
pertanian. kopi.
Kopi Robusta nasional mempunyai
keunggulan komparatif.
Kekuatan (Strengths-S) Kelemahan (Weaknesses-W)
1. Usahatani tebu cukup layak 1. Aksesibilitas terhadap pupuk rendah
untuk diusahakan 2. Penggunaan bibit yang kurang baik
2. Sumberdaya manusia tersedia 3. Kurangnya modal untuk usahatani dan pabrik
cukup banyak gula
Matriks 3. Bargaining position petani 4. Infrastruktur yang ada sebagian besar kurang
semakin kuat dengan adanya memadai
SWOTAgribisnis asosiasi petani 5. Produktivitas lahan rendah
4. Sistem tataniaga yang cukup baik
Gula di Indonesia 6. Tingkat rendemen rendah

Peluang Strategi S-O Strategi W-O


1. Mengoptimalkan sumberdaya yang 1. Menciptakan lembaga permodalan bagi petani
(Opportunities-O)
ada (S1,S2,S3,O1,O2,O3,O5,O6) dan industri gula (W3,O1,O2,O3)
1. Adanya potensi lahan di Indonesia 2. Rehabilitasi sarana prasarana penunjang PG
Timur 2. Pengembangan hasil samping
pengolahan gula (S1,S2,O2,O5) (W4,O1,O4)
2. Dukungan pemerintah terhadap 3. Peningkatan kualitas dan efisiensi 3. Penataan varietas dan pembibitan
agribisnis gula produksi gula (S1,S2,S3,O2,O3,O4,O5) (W2,W5,W6,O1,O4)
3. Permintaan dalam negeri akan 4. Penguatan kelembagaan 4. Mengatur ketersediaan pupuk dan bibit dalam
semakin meningkat (S2,S3,O2,O6) waktu, jumlah, jenis, dan harga (W1,W2,O1,O4)
4. Harga gula dunia semakin 5. Penyuluhan penerapan teknologi on 5. Pengembangan industri gula di luar Jawa
meningkat farm (S1,S2,S3,O2,O5) (W4,W5,O1,O2,O3,O4)
6. Perbaikan manajemen tebang angkut
5. Adanya lembaga penelitian P3GI
(W6,O1,O4)
6. Adanya Dewan Gula Indonesia 7. Mencari teknik budidaya yang sesuai untuk lahan
bukan sawah (W5,W6,O1,O4)
Ancaman (Treaths-T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Persaingan dengan gula impor 1. Menjaga ketersediaan pasokan tebu 1. Rehabilitasi tanaman tebu keprasan
2. Adanya PG rafinasi melalui kerjasama antara PG dan (W5,W6,T1,T2)
3. Perkembangan produk berbahanbaku petani (S1,S2,S3,T1,T3)
tebu 2. Pengaturan produksi dan impor gula
rafinasi (S3,S4,T2)
Kekuatan (Strengths-S) Kelemahan (Weaknesses-W)
1. Sumberdaya lahan luas. 1. Mutu dan produktivitas kopi rendah.
2. Aksesibilitas input tidak sulit. 2. Tingkat pendidikan petani rendah.
3. Biaya lebih murah daripada Arabika. 3. Mata rantai pemasaran yang panjang.
4. Banyak menyerap tenaga kerja. 4. Adanya pungutan terhadap pelaku bisnis
Matriks SWOT 5. Tingkat upah sesuai dengan kopi.
kesepakatan. 5. Belum ada lembaga permodalan.
Industri Kopi 6. Sumberdaya IPTEK cukup tersedia. 6. Industri pengolahan berorientasi lokal.
7. Industri pendukung dan terkait dapat 7. Ekspor sebagian besar dalam bentuk biji.
Robusta Indonesia berperan baik. 8. Tingkat konsumsi kopi domestik yang
8. Kopi Robusta nasional mempunyai rendah.
keunggulan komparatif.

Peluang (Opportunities-O) Strategi S-O Strategi W-O


1. Adanya permintaan di negara- 1. Optimalisasi lahan kopi. (S1, S2, 1. Mengembangkan kelembagaan petani
negara tertentu yang meningkat. S3, S4, S5, S6, O1) yang ada. (W2, O1, O2, O3)
2. Masih terbukanya peluang 2. Peningkatan kualitas kopi olahan 2. Pemasaran langsung dari petani ke
ekspor kopi olahan. dengan menggunakan cara basah perusahaan pengolahan kopi. (W3, O3)
3. Beberapa faktor kesempatan (WP) dan peningkatan produk kopi 3. Pengkajian ulang pungutan oleh AEKI.
dapat dijadikan peluang. spesialti Robusta. (S1, S6, S8, O2) (W4, O1)
3. Pemanfaatan faktor kesempatan 4. Pengadaan program kerjasama dengan
yang ada, seperti nilai Dollar yang perusahaan pengolahan kopi di negara-
menguat dengan meningkatkan negara konsumen utama. (W6, W7, O1,
produksi pada saat itu. (S1, O3) O2)

Ancaman (Threaths-T) Strategi S-T Strategi W-T


Semakin tingginya tingkat Memasyarakatkan sistem pertanian Peningkatan konsumsi kopi domestik.
persaingan (dilihat dari nilai organik di perkebunan kopi Robusta. (W8,T1)
Herfindahl Index) (S3, S6, T1)
Program Peningkatan Dayasaing Industri Kopi Robusta Indonesia

Strategi Program Penanggung Jawab

Optimalisasi lahan kopi. Penggunaan benih atau bibit unggul secara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao,
menyeluruh pada lahan-lahan sentra produksi. Dinas Pertanian daerah, dan APEKI.
Pemberdayaan tenaga-tenaga penyuluh Dinas Pertanian daerah, perguruan
pertanian dari Dinas Pertanian setempat. tinggi, dan APEKI.
Pemberian bantuan untuk merehabilitasi Departemen Pertanian dan APEKI.
lahan kopi yang sudah tidak produktif. Perkebunan besar negara atau swasta
Program kerjasama dengan perkebunan besar dan APEKI.
negara maupun swasta.

Peningkatan kualitas kopi Pertemuan khusus untuk membahas Departemen Pertanian, AEKI, dan
olahan dengan kestabilan harga kopi sebagai langkah awal APEKI.
menggunakan cara basah untuk pengolahan Robusta dengan cara basah.
(WP) dan peningkatan Perbaikan dalam budidaya kopi, seperti
produk kopi spesialti rejuvinasi dan penggantian tanaman yang
Robusta. sudah tua dan tidak produktif.

Pemanfaatan faktor Program bersifat situasional sesuai dengan Seluruh pihak yang terkait dalam
kesempatan yang ada. kondisi yang terjadi. agribisnis kopi Robusta.
Program Peningkatan Dayasaing Industri Kopi Robusta Indonesia
Strategi Program Penanggung Jawab
Mengembangkan Optimalisasi setiap program yang ada di Direktorat Jenderal Perkebunan-
kelembagaan petani masing-masing lembaga terkait. Departemen Pertanian, Pusat
yang ada. Program registrasi kelompok-kelompok tani Penelitian Kopi dan Kakao, Dinas
yang ada di sentra produksi. Pertanian daerah, AEKI, dan APEKI.
Pembentukan koperasi petani kopi.
Pemasaran langsung dari Melakukan program kerjasama petani kopi APEKI (Lampung) dan Dinas
petani ke perusahaan Robusta di Tenggamus (Lampung) dengan Pertanian daerah.
pengolahan kopi. pihak buyer, seperti Nestle.
Pengkajian ulang Mengadakan pertemuan khusus antara AEKI, AEKI, APEKI, dan Departemen
pungutan oleh AEKI. APEKI, dan Departemen Pertanian. Pertanian.
Pengadaan program Program kerjasama dengan perusahaan Departemen Perindustrian,
kerjasama dengan pengolahan kopi di Italia atau negara-negara Departemen Pertanian, AEKI, dan
perusahaan pengolahan lain yang mengalami peningkatan konsumsi industri-industri pengolahan kopi di
kopi di negara-negara kopi. Indonesia.
konsumen utama.
Memasyarakatkan Program pemasyarakatan sistem organik di APEKI, Dinas Pertanian daerah,
sistem pertanian organik daerah-daerah sentra produksi. Departemen Pertanian, dan AEKI.
di perkebunan kopi
Robusta.
Peningkatan konsumsi Program pameran atau festival kopi nasional Departemen Pertanian, AEKI, APEKI,
kopi domestik. sebagai bentuk promosi generik dan Departemen Perindustrian, dan
jenis/merek. industri-industri pengolahan kopi di
Indonesia.
Road Map

Strategi yang telah dirumuskan berdasarkan analisis SWOT ,


selanjutnya dipetakan ke dalam bentuk road map strategy :

 Dapat menunjukan prioritas penanganan suatu setrategi


dibandingkan strategi lainnya.

 Pendekatan road map tetap menganggap penting kesemua


strategi yang berhasil dirumuskan pada tahapan
sebelumnya. Prioritas akan terlihat pada urgensi
penanganan yang lebih dahulu.
Road Map

 Road map menunjukkan adanya hubungan sekuensial antara


satu strategi dengan strategi lainnya.

 Hal ini untuk menghindari terjadinya kesimpangsiuran yang


menyebabkan inefisiensi dan bahkan kegagalan (inefektivitas)
dalam implementasi strategi tersebut.

 Dalam hal-hal tertentu hubungan sekuensial antara satu


strategi dapat mengarah pada hubungan resiprokal, dimana
implementasi satu strategi sangat tergantung dan sebaliknya
juga sangat mempengaruhi implementasi strategi lainnya.
Road Map

 Pembuatan road map akan menjelaskan


time-frame implementasi masing-masing
strategi dalam periode waktu tertentu.
Arsitektur Strategik

 Arsitektur strategik adalah suatu gambar


rancangan arsitektur strategi yang
bermanfaat bagi perusahaan untuk
merumuskan strateginya ke dalam kanvas
rencana organisasi untuk meraih visi dan
misinya.
Arsitektur Strategik

Menyusun sebuah arsitektur strategik yang


lengkap perlu diperhatikan komponen inti dan
komponen pendamping (Yoshida 2004)..
Komponen inti adalah komponen penting
yang menjadi syarat cukup untuk menyusun
arsitektur strategik.
Komponen pendamping merupakan
turunan lanjutan dari komponen inti
Arsitektur Strategik

Bentuk arsitektur strategik lebih mudah


untuk dipahami karena strategi yang
akan dijalankan dijabarkan dalam bentuk
gambar.

Kemudahan dalam memahami


perubahan dan konsekuensi yang harus
dilakukan sehubungan dengan strategi
yang dipilih.
Arsitektur Strategik

 Teknik penggambaran suatu arsitektur


strategi tidak memiliki aturan baku yang
menggambarkan susunan strategi.
 Gambar arsitektur strategik merupakan
suatu proses berpikir kreatif yang
menggabungkan seni dengan hasil
strategi yang diperoleh dari tahapan
pengambilan keputusan.
Arsitektur Strategik Agribisnis Gandum Lokal (Agnes, 2009)
Sumbu Y I II III IV V
(Rentang
Kegiatan)
Sasaran:
Membentuk Membentuk Membentuk Membentuk •Desa Industri
kerjasama dengan pola industri rumah industri •Mensubtitusi
lembaga keuangan kemitraan yang tangga berbasis makanan yang sebagian
(bank/non bank) menguntungkan gandum lokal menghasilkan permintaan
bagi petani produk gandum gandum
pabrik tepung utuh untuk domestik
terigu segmen pasar dengan gandum
tertentu lokal
Pemanfaatan faktor
kesempatan Membentuk
(Program CF SKR) kerjasama Sosialisasi dan
antara petani pelatihan
dengan teknologi
industri pengolahan
makanan gandum di
Penelitian dan
pedesaan
pengembangan Penetapkan bea Membentuk
varieatas gandum masuk impor kelompok
baru (dataran rendah gandum industri kecil
dan medium) berbasis
gandum lokal

Tantangan agribisnis gandum lokal: Kegiatan yang dilakukan terus menerus:


•Kurangnya minat petani •Perluasan demplot (bukaan baru), daerah binaan dan daerah pemantapan
•Kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal masih rendah •Pemanfaatan gandum sebagai tanaman off season pada lahan sayuran dataran tinggi
•Teknologi budiaya gandum belum dikuasai oleh sebagian •Membina kerjasama yang kuat dan terintegrasi antar lembaga terkait
besar petani •Optimalisasi setiap program yang ada di masing-masing lembaga terkait
•Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mengetahui •Pembinaan, bimbingan dan pendampingan kepada petani mulai dari pengunaan benih, pengolahan lahan,
bahwa gandum dapat dibudidayakan di Indonesia penananam hingga panen dan pasca panen
•Adanya mindset sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa •Menyediakan 30 persen hasil panen untuk kebutuhan benih yang dikawal oleh BPSB
gandum tidak dapat dibudidayakan di Indonesia •Melakukan kegiatan rutin berupa advokasi, sosialisasi dan promosi kepada masyarakat luas melalui kegiatan
•Sumberdaya modal belum mendukung agribisnis gandum langsung maupun publikasi hasil kegiatan melalui media informasi
lokal •Memberdayakan kelompok tani untuk melayani kegiatan simpan pinjam petani
•Tingginya volume impor setiap tahun

Sumbu X
(Rentang Periode)
Rancangan Arsitektur
Strategik Agribisnis
Gula di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai