Anda di halaman 1dari 46

Riwayat Hidup

DR.Dr.Tb.Rachmat Sentika Sp.A.,MARS


Dokter Umum (82)Spesialis Anak(90)FK.Unpad
KARS UI (97); Doktor Pasca Sarjana Ilmu Pemerintahan
Unpad (2007)

Tempat, Tanggal Lahir : Sukabumi 9 Februari 1956


KOMDA KIPI BANTEN, Dokter Spesialis Anak.(UKK TKPS),
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan kesehatan Kemenko Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan; Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN)
2014 sd 2016
Pengalaman Pekerjaan: (Kepala Puskesmas Pagaden, Subang 1981 – 1985,
PPDS 1986 – 1990, Dokter Aba di RSU Tangerang 1990 – 1992, Anggota DPR
1992 – 1997 & 1997 – 1999, Deputi Perlindungan Anak KPP dan PA 2000 -
2006, KPAI 2006 - 2012, Staf Ahli Menteri Bidang MDG’s 2012 -2014 Kemenko
rsentika@yahoo.com
Kesra,Deputi Kesehatan dan KB Kemenko Kesra /PMK 2014- 2016
HP Pengalaman Organisasi:
0811831838 • Ketua Gugus Tugas Perlindungan Anak,Ikatan Dokter Anak Indonesia
(PP.IDAI 2008–2011/2012-2014 dan 2017 sd 2020)
• Ketua Bidang Kependudukan dan MCH, PB IDI 2009 – 2014,
• Ketua Bidang Advokasi PKBI 2008 – 2014
• Alamat Jl Mandar VII DC 7 No. 7, Sec 3A, Bintaro Jaya, Tangerang, Banten.
tlp 0811831838, rsentika@yahoo.com
PERTEMUAN GEBYAR IMUNISASI DALAM
RANGKA BULAN IMUNISASI SEKOLAH BAHAN
KOTA TANGERANG SELATAN ,BANTEN SOSIALISASI BIAS
KOMNAS PP-KIPI
2019

MENGENAL PENYAKIT YANG DAPAT


PENGALAMAN DI KOMDA KIPI
BANTEN DAN NASIONAL
DICEGAH DENGAN IMUNISASI DAN
KEJADIAN IKUTAN
PASKA IMUNISASI
DIFTERI,PERTUSIS,TETANUS
DAN CAMPAK
DALAM MENSUKSESKAN
BULAN IMUNISASI ANAK
SEKOLAH 2019

IDAI BANTEN / KOMDA KIPI


PROV BANTEN DINKES KOTA
TANGSEL
13 AGUSTUS 2019
DR TB RACHMAT SENTIKA Sp.A., MARS
Pedoman
(Al Quran) Surat An Nisa ayat 9

ُ‫خُ هُ ي ُل‬ ‫ُلُ اُو‬


‫فمُاف‬ ‫اوُُُُت ي‬ ُ‫ُُعض‬ ‫ا اف‬
.ُ‫س‬ ُ‫ُوُُخ ُ اديُد‬ ‫ُلوُُهُُفي‬
‫ُلُل‬ ‫ُذم‬ ‫(نُ ُهللا ُالُوةُُ ي‬Walyakhsa
ُ‫ُرق اُو‬
allatheena
ُ ‫م‬ ‫يذُ ُُالش‬min
lawُtarakoo ُ‫ُلن‬khalfihim
ُ‫ُكُرُ ُوت‬thurrriyatnan
‫او‬ ُ‫خ‬ di Aaafan
khafoo
‫و‬ ُ‫ ُيل‬Aaalayhim falyattaqoo Allaha walyaqooloo qawlan
ُ
sadeedan)
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar” (QS An Nisa: 9)

Takutlah kita pada Allah, bila meninggalkan


dibelakangmu anak2 yang lemah dan tisak
sejahtera
Menurut Hukum Nasional
UU no 23/2002 jo 36/2015 jo 17/2016
Tentang Perlindungan Anak
KOMITMEN GLOBAL CRC Hak Kesehatan Anak
KONVENSI HAK ANAK 1989 • Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk anak
• UN Convention on the Rights of The yang masih dalam kandungan. (UU
Child: No.23/2002 Pasal 1 Ayat 1)
– “…A child means every human being • “Setiap anak berhak atas
below the age of eighteen years unless kelangsungan hidup, tumbuh dan
under the law applicable to the child,
majority is attained earlier.” berkembang serta berhak atas
• The African Charter on the Rights and perlindungan dari kekerasan dan
Welfare of the Child (ACRWC) diskriminasi.” (UUD 45 Pasal 28B
– “....a child means every human being Ayat 2)
below the age of 18 years.” • Settap anak berhak atas pelayanan
Kesehatan anak yang
komprehensif. Pelayanan anak
yang komprehensif termasuk
Gizi,immunisasi dan yanke anak
lainnya (Pasal 44 UU PA)
BIAS
Tujuan Penyelenggaraan Imunisasi

Menurunkan kesakitan, kecacatan & kematian akibat Penyakit yang


Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
dengan menggunakan vaksin

Tuberculosis Difteri Pertusis Tetanus Polio Campak Hepatitis B

Hemophillus Human Papiloma Rubella rotavirus


HIV
Pneumonia
Influenzae type B Virus aria
DENGUE
Ma DENGUE
l
GAMBARAN DIFGTERI,TETANUS
CAMPAK DAN RUBELLA

RUBELLA
DIFTERI TETANUS CAMPAK
BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
(BIAS)
 Bulan Imunisasi Nasional adalah kegiatan secara
nasional meliputi pemberian imunisasi pada anak Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan yang sederajat yang
dilaksanakan dua kali setahun pada setiap bulan Agustus
untuk imunisasi Campak dan bulan November untuk
imunisasi DT dan Td.
 Dicanangkan oleh 4 Menteri (Menteri Kesehatan,
Menteri Pendidikan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Agama pada tahun 1997.
Dasar Pelaksanaan
Peraturan Bersama antara
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menteri Kesehatan,
Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri No. 6/X/PB/2014,
No. 73 tahun 2014, No. 41 tahun
2014 dan No. 81 tahun 2014
tentang Pembinaan Usaha
Kesehatan Sekolah/Madrasah

Salah satu bentuk pelayanan


kesehatan yang dimaksud dalam
Trias UKS/M adalah ‘Pemberian
Imunisasi”
Cakupan Program BIAS
Indonesia, 2006-2017 95%
(2019)
BAGAIMANA GEJALA PASIEN
DIFTERI?
Penyebab Difteria
• Difteria disebabkan Corynebacterium diphtheriae
• Korynee: club-shaped bacteria; diphtheria=leather
hide looking pharyngeal membrane
– 4 tipe C. diphtheriae berdasarkan bentuk yang
tumbuh pada media tellurite:
• Mitis – koloni hitam dengan keabuan di pinggir
• Gravis – besar, koloni keabuan
• Intermedius – koloni kecil, berwarna abu
sampai kehitaman
• Belfanti
– Ditumbuhkan pada suhu 35-370C selama 24 jam
dan 3 tipe dapat menghasilkan toksin
GEJALA DIFTERI
• Kasus suspek
– Faringitis, nasofaringitis, tonsilitis, laringitis,
trakeitis (atau kombinasi diantaranya), tanpa
demam atau subfebris.NYERI MENELAN,
– Putih  Keabu-abuan  pseudomembran hijau atau
kehitaman yang terdapat pada salah satu atau kedua
tonsil
– Membran berdarah, jika dimanipulasi atau terlepas

Check List for Assessing a Patient with Suspected Diphtheria


CDC-WHO, 2014
DIFTERIA: DEFINISI-2
• Kasus diduga Difteri Bila ada : Kriteria kasus suspek +
1 or lebih:
- Stridor - Kontak (<2 minggu)
- Bull-neck (edema servikal) dengan kasus/karier
- Kolaps sirkulasi toksik - Status imunisasi
- Acute kidney injury untuk difteria tidak
lengkap, termasuk
- Ptekie pada submukosa/kulit
belum dilakukan
- Miokarditis booster
- Kematian

Check List for Assessing a Patient with Suspected Diphtheria


CDC-WHO, 2014
Manifestasi Klinis
• Masa inkubasi 1-8 hari
• Dengan munculnya tanda dan gejala difteria
(terutama beslag) dalam 2-5 hari setelah masa
inkubasi (perlahan)
• Demam jarang sampai >390C
• Penyakit mulai dari: tanpa gejala – mirip infeksi
respiratori akut (ARI) atas – fatal
• 94% kasus difteria mengenai tonsil dan faring
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Kontak dengan penderita difteria
– Definisi kontak: orang serumah dan teman bermain;
kontak dengan sekret nasofaring (a.l.: resusitasi mulut ke
mulut); individu seruang dengan penderita dalam waktu >4
jam selama 5 hari berturut-turut atau >24 jam dalam
seminggu (a.l.: teman sekelas, teman mengaji, les).

• Suara serak dan disfagia


• Stridor, batuk menggonggong, “ngences”, dan tanda lain
obstruksi jalan napas
• Demam tidak begitu tinggi
• Riwayat imunisasi tidak lengkap
Pemeriksaan Fisis

• Tampak toksik dan sakit berat, padahal demam


tidak terlalu tinggi
• Muka pucat bahkan sampai sianosis
• Cari tanda-tanda syok
• Kesulitan bicara
• Penglihatan ganda
• Umumnya menunjukkan tanda tonsilitis dan
faringitis
• Terdapat membran pada tempat infeksi
berwarna putih keabu-abuan, mudah berdarah
bila diangkat
Lesi pada kulit dan konjungtivitis dapat dicurigai suatu
difteria
Selalu periksa tenggorok apabila ada keluhan nyeri
menelan
TONSILITIS
DIFTERIA

TONSILITIS
NONDIFTERIA
ERASURE

BULLNECK
• Pasien bayi, umumnya difteria kulit di nasal atau konjungtivitis
• Tercium bau busuk, sekret serosanguinis/purulen
• Ulkus dangkal pada hidung dan bibir atas
KOMPLIKASI JANTUNG
• Miokarditis defiteri
– 1/3 pasien, biasanya 1 – 2 minggu pasca awitan
gejala saluran pernapasan
– Berkorelasi dengan luas dan beratnya bull neck
dan luas pseudomembran menutupi tonsil
– Perubahan EKG memprediksi angka kematian 3 – 4
kali lebih tinggi
• Pada sebuah penelitian terdiri dari 102 pasien
yang meninggal akibat difteri (d1-8), didapatkan
proses nekrosis-distrofi pada jantung
• Gagal jantung kongestif dan kolaps sirkulasi
• Endokarditis
Diphtheria. Feigin and Cherry’s. textbook of pediatric
infectious diseases. 7th ed. 2014: 1301
JID 2000;181 (Suppl 1)
KOMPLIKASI NEUROLOGIS
• 75% pasien dengan derajat penyakit berat
mengalami beberapa bentuk neuropati
• Neuropati dapat mengenai palatum lunak,
dinding faring posterior dan saraf kranial,
menyebabkan regurgitasi atau aspirasi dan
paralisis nervus okulomotor dan siliaris
• Neuritis perifer terjadi pada fase lanjut, 10
hari – 3 bulan setelah awitan kelainan
orofaring
N. R. Adler. Internal Medicine Journal · February 2013
JID 2000;181 (Suppl 1)
LABORATORIUM
• Sampel:
– Dicurigai infeksi difteri tenggorokan atau
nasofaring (atau keduanya)
– Kelainan kulit: luka atau lesi kulit
• Diambil sampel dibawah membran
• Spesimen harus langsung ditransportasikan ke
laboratorium (media transportasi Amie’s)
• Diagnosis difeteri berdasarka pemeriksaan
mikroskopis tidak dapat dipercaya karena baik
false-positive dan false-negative dapat terjadi
N. R. Adler. Internal Medicine Journal · February 2013
Androulla Efstratiou. The Journal of Infectious Diseases 2000;181(Suppl 1):S138
LABORATORIUM
• Sampel:
– Dicurigai infeksi difteri tenggorokan atau
nasofaring (atau keduanya)
– Kelainan kulit: luka atau lesi kulit
• Diambil sampel dibawah membran
• Spesimen harus langsung ditransportasikan
ke laboratorium (media transportasi Amie’ s)
• Diagnosis difeteri berdasarka pemeriksaan
mikroskopis tidak dapat dipercaya kare na
baik false-positive dan false-negative dap at
terjadi
N. R. Adler. Internal Medicine Journal · Fe bruary 2013
Androulla Efstratiou. The Journal of Infectious Diseases 2000;181(Su ppl 1):S138
HASIL PEMERIKSAAN APUS TENGGORO
“unreliable”

Corynebacterium diphtheriae
Diwarnai dengan teknik Gram Corynebacterium diphtheriae
Tidak terdapat drum stick Diwarnai dengan teknik Albert's
Karakteristik “Aksara Cina”
Terbaik sebelum pemberian antibiotik
CDC WHO 15 Januari 2016:
TATALAKSANA DIFTERIA
• Dokter memutuskan diagosis difteria
berdasarkan tanda dan gejala.
Terpenting:
mulai tatalaksana antitoksin dan antibiotik apabila
dokter mendiagnosis suspek difteria tanpa perlu
konfirmasi laboratorium.
PROGRAM DEMONSTRASI
IMUNISASI HPV DALAM BULAN
IMUNISASI ANAK SEKOLAH (BIAS)
Tantangan Pelaksanaan BIAS
• Masih ada sekolah yang menolak (sekolah
internasional dan sekolah keagamaan)
• Isu halal – haram
• Isu keamanan vaksin
• Denominator  hanya sekolah yang
melaksanakan BIAS
• Pendataan sekolah  Pengalaman kampanye
MR menunjukan terdapat beberapa sekolah
yang belum terdata.
Optimalisasi Imunisasi
Kemenko DPR
PMK (APBN)

Kemeneg Bappenas
PP & PA

Kemendagri Kemenkeu

Kemkumham
JKN

Kemendikbud

Komitmen POGI/HOGI
IDAI
Bersama
1. Vaksin Measles Rubella (MR)

• Latar Belakang
– Indonesia merupakan salah satu dari 6 negara (Kongo, Ethiopia, India,
Pakistan dan Nigeria) dgn kasus campak tertinggi.
– Hasil surveilans menunjukkan bahwa kasus Rubella tinggi yg berdampak
pd kematian atau kecacatan (Congenital Rubella Syndrome) bila menyerang
ibu hamil trimester I.
– Adanya komitmen global utk mencapai eliminasi Campak & Rubella pd
2020.
– Rekomendasi Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI.
• Sasaran
– 66.859.112 anak usia 9 bulan sampai < 15 tahun (catch up campaign)
– 3.605.328.anak usia 9 bulan, 3.605.328 anak usia 18 bulan, 2.525.326
anak Kelas 1 SD/ sederajat (introduksi : MR menggantikan vaksin campak
dalam program rutin)
Vaksin Measles Rubella (MR)

•Lokasi:
– Fase I : Seluruh provinsi P. Jawa pada Agustus–Sep
2017 (catch up campaign) dan Oktober 2017
(Introduksi)
– Fase II: provinsi di luar P. Jawa pada Agustus - Sep
2018 (catch up campaign) dan Oktober 2018
(Introduksi)

Campak Rubella
NO PUSKESMAS KRONOLOGIS SINGKAT YANG DIAGNOSA KET
IMUNISASI YANG DIDAPAT DIALAMI PENDERITA AKHIR

JENIS NO PELAKS TANGGAL TEMPAT


BATCH ANA PELAYANAN
SDN Tanggal 2/8/17 Siswi disuntik, beberapa Meninggal
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI Sudimara 5 menit kemudian pingsan lalu dilakukan
penangana oleh tim Puskesmas. ± 1-2
KIPI menit kemudian siswi sadar dan sehat
seperti semula. Pulang sekolah siswi
muntah2 kemudian jam 5 sore dibawa
MR 012N61 ke klinik Bhakti Asih oleh ortu dan
1/
1 Ciledug (Measless Dokter ditangan olehdr. Hasan dgn doagnosa
Rubella) Nov.18/ Obs Febris. diberikan therapi : Pct,
VVM A Domperidon dan Ranitidin tetapi belum
pernah diminum karena siswi tersebut
tidak mengalami keluhan. Kamis 3/8/17
siswi tersebut sekolah dan aktivitas
seperti biasa. jumat 4/8/17 siswi
sekolah naik sepedah dan aktivitas
seperti biasa, pulang sekolah siswi
tersebut meninggal dunia. sempat
dibawa ke RS Bhakti Asih dan
dinyatakan DOA
Karang Tengah MR 012N61 Perawat SDN Beberapa hari pasca suntik, siswa Urtikaria Sembuh
2 siswa mengalami ruam2 merah seperti
(Measless 1/Nov.1 Karang
bentol di siku, tumit, paha dan perut.
Rubella) 8/VVM A Tengah 12 Kemudian dibawa ke RS Bhakti Asih
dan dilakukan pemeriksaan
laboratorium
Ciledug MR 012N61 Dokter SMP Beberapa hari pasca imunisasi, siswa Herves Zooster Sembuh
3 timbul kemerahan di seluruh tubuh.
(Measless 1/Nov.1 Fatahillah
Kemudian dilakukan penanganan oleh
Rubella) 8/VVM A dokter Puskesmas Ciledug

CONTOH LAPORAN KIPI YANG MASUK KE


PROVINSI BANTEN
Kemenkes Dapat 8 Laporan Usai Vaksin MR
Selasa, 15 Agustus 2017 | 14:27 WIB

VIVA.co.id – Kementerian Kesehatan telah menggulirkan program vaksinasi MR, atau Measles (campak) dan
Rubella pada anak-anak sekolah di Pulau Jawa.
Ini dilakukan untuk mengeliminasi penyakit campak dan mengendalikan penyakit rubella, serta kecacatan bawaan
akibat rubella, atau Congenital Rubella Syndrom pada tahun 2020.
Dari kegiatan vaksinasi yang dilakukan secara dua tahap, yakni bulan Agustus-September di Pulau Jawa, tercatat
sudah ada 13.475.438 juta anak di Pulau Jawa yang telah mendapatkan imunisasi vaksin campak tersebut.
Dari seluruh daerah di Pulau Jawa, pada bulan ini tercatat ada delapan laporan terkait imunisasi vaksin MR yang
masuk ke Komite Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
"Ada delapan laporan yang masuk pascavaksin MR ini di Banten ada tiga, di Jawa Tengah ada satu, di Jakarta ada
dua, dan Jawa Barat ada dua," ungkap Ketua Komite Nasional KIPI, Dr.dr. Indra Irawan, Sp.Ak saat ditemui di
Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa 15 Agustus 2017.
Dari delapan kejadian tersebut, dijelaskannya, berdasarkan assessment yang dilakukan pihak Kementerian
Kesehatan, belum ditemukan adanya co-insidential.
Salah satu temuan dari delapan laporan kepada KIPI ditemukan salah satu anak mengalami kejang yang diduga
akibat dari vaksin MR tersebut. Namun, kenyataannya kejang tersebut terjadi, karena anak yang divaksin sedang
tidak dalam keadaan sehat.
"Kalau anak dalam keadaan sehat dia vaksin, tidak ada kontraindikasi. Kalau kontraindikasi ada riwayat anafilatik
(alergi) shock, baru kontraindikasi," paparnya.
Indra juga menjelaskan, setelah dicari tahu, anak tersebut ternyata sempat mengonsumsi obat anti epilepsi setelah
vaksin. Padahal, diagnosisnya, diminum sebelum vaksin sehingga mengalami kejang.
"Steven Johnson (epilepsi) terjadi, karena minum obat anti epilepsi dimakan setelah divaksinasi dianogsisnya
sebelum vaksin jadi kejang. Kemudian, di sekolah ada vaksin MR, dia vaksin tapi juga minum obat kejang alergi
Steven Kohnson. Kami diagnosis, Steven Johnson di Indonesia laporan masuk di Jawa Barat atau Jakarta,"
paparnya.
Indra pun menjelaskan, sebagian besar anak bisa saja mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi seperti
demam, nyeri ringan, dan ruam. Dan, hal ini dinilai masih wajar dan normal. (asp)
Tu sday, 22 August 2017 I 20:46 WIB

Usai lmunisasi Rubella di Sekolah, Siswi SD lni Lumpuh,


Ditolak 4 Rumah Sakit, Lalu Meninggal

Satu Minggu Setelah Diimunisasi


Rubella Siswi SD di Bogor Tewas

Disuntik Rubella Oran


Senyum Lebar Niken, Siswi SMP yang Lumpuh Usai Imunisasi

Liputan6.com, Semarang - Niken Angelia, siswi sekolah menengah pertama (SMP) yang
lumpuhusai divaksin MR (measles rubela atau campak dan rubela) masih harus tiduran di Bangsal Anak
kamar nomor 9 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dokter Kariyadi, Kota Semarang, Jawa Tengah
(Jateng).
Ditemani Yuli Suryanisih, sang ibu, remaja yang tidak masuk sekolah di salah satu SMP di Kabupaten
Demak, Jateng, sejak 3 Agustus lalu terbaring dengan seluruh badannya tertutup dengan selimut fasilitas
rumah sakit.
Kondisi kesehatan Niken terungkap saat Gubernur Jateng Ganjar Pranowo membesuk bocah yang viral
di media sosial atau medsos karena mengalami kelumpuhan usai imunisasi vaksin MR.

Saat ditanya Gubernur Ganjar apakah kakinya sudah bisa digerakkan, Niken yang lebih banyak
tersenyum merespons dengan menggerakkan kaki.
Dinkes Kabupaten Bogor Bantah Ghina Meninggal karena Imunisasi
Rubella, tapi karena..
Bogor Nurjanah
POJOKJABAR.com, BOGOR – Bogor diguncang
dengan kabar meninggalnya seorang anak bernama
Ghina Nazifha Yasmin. Pasalnya, Ghina dikabarkan
meinggal lantaran vaksinasi imunisasi rubella.
Hal tersebut dibantah oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Bogor. Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian
Penyakit, Agus Fauzi mengatakan korban meninggal
lantaran adanya infeksi otak (encefalomyelitis).

Bukan hanya itu, ia mengatakan ditemukan juga adanya infeksi paru berupa bronchopneumoni DD/TB
paru.
“Dari hasil audit yang dilakukan tim Pokja KIPI Kabupaten Bogor, Komda KIPI Jabar dan Komnas KIPI
disimpulkan sementara bahwa tidak ada kaitannya antaran vaksinasi MR dengan kematian Ghina,”
katanya kepada Pojokjabar Rabu (23/8/2017).
Ia juga menambahkan, hasil pemeriksaan RSSM, laboratorium, rotgen, MRI, dan cek cairan otak
menunjukkan adanya infeksi otak. Selain itu, dari hasil laboratorium darah juga ditemukan kadar
leukosit yang tinggi.
“Hasil lab memunjukkan adanya cairan otak yang keruh. Artinya tanda infeksi didukung hasil MRI.
Makanya tim dokter spesialis menyimpulkan ini karena infeksi otak,” pungkasnya.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
Reaksi Onset interval Frekuensi kejadian Persentase reaksi

(per jumlah dosis)

Nyeri ringan di lokasi suntikan ~ 24 jam ~1 per10 (~10%)

Demam ringan dan adenofati lokal ~ 24 jam ~1 per10 (~10%)

Demam > 39.4 C 7-12 hari 1 per 20 (5%)

Ruam atau rash 6-12 hari ~1 per 50 (~2%)

Kejang demam 7-10 hari 1 per 3,000 (~0.033%)

Trombositopeni Purpura 15-35 hari 1 per 30,000 (~0.0033%)

Reaksi anafilaksis 0-2 jam ~1 per 100,000 (~0.0001%)

Atralgia pada anak 7-21 hari ~1 per 33 0-3%


Maturasi Perjalanan Program Imunisasi

1 2 3 4 5
Pravaksinasi Cakupan Kepercayaan Kepercayaan Eradikasi
meningkat hilang pulih

Vaksinasi
Penyakit
berhenti
INCIDENCE

Cakupan Letupan penyakit


vaksinasi

KIPI
Eradikasi

MATURITY
Teknik penyuntikan dan penetesan vaksin

Intramuscular
Subcutaneous e.g. hepatitis A and B,
e.g. measles, mumps, DTP
rubella, varicella

Intradermal
BCG
Oral
e.g. polio
REAKSI BERAT, REAKSI YANG JARANG (2)

Vaccine Reaction Onset Rate per


interval million
doses
Tetanus Brachial neuritis 2-28 days 5-10
Anaphylaxis 0-1 hour 1-6
Sterile abscess 1-6 weeks 6-10
Tetanus-diphtheria Nil extra to tetanus
reactions
Persistent (>3 hrs) 0-24 hours 1000-60 000
DTP inconsolable screaming
Seizures 0-3 days 570
Hypotonic, 0-24 hours 570
hyporesponsive episode
(HHE)
Anaphylaxis/shock 0-1 hour 20
Encephalopathy 0-3 days 0-1
Surat
Edara
n MUI
TERIMA KASIH
Dr.Tb.Rachmat Sentika Sp.A.,MARS
HP. 0811831838
*Bapak2/ibu Dokter: mohon pencerahannya WA capas dar i sebelah sbb v

Va
dibawah:

KENAPA HANYA Dl NEGARA" MUSLIM?


VAKSIN SENJATA BIOLOGISUTK UMAT

BACA DENGAN SABAR!


VAKSIN?*

Semalam ada seorang bidan muda menel Dia menanyakan


kepada saya t entang mengapa saya sangat lm unisasi bag1anak-
anak (terutama sekali keponakan-keponakan saya). Apakah alasan saya
melarangnya? Berikut tulisan singkat saya (bahannya terlalu banyak jadi saya
persingkat).

SENATORINDONESIA
lmunisasi dan Konsp1rasi di dalamnya.

Jika kita merunut sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner
Brothers. kita dapat menemukan bahwa kegiatan mereka dalam peneliti
BupatiBanyuwangiTegaska
tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh Keluarga Rockef eller.
Rockefeller sendiri adalah salah satu keluarga Yahudi yang paling
n lmunisasi Halal
Buah hati Oki Setiana Dewi kena campak diduga tak divaksin, polemik
halal-haram vaksin kernbali mencuat di media sosiaL

Harianjogja.com, SOLO - Belum Ia s i l<embali ramai


diperbincangkan. Hal it u dil<aren galami campak. Oki
l<abamya enggan memberika an alasan yang tal< je las. Oki
balnkan sempat dil<ritik olen

Pro dan kontra mengenai h nlah hal baru. Sudah banyak


pembahasan mengenai hal it . CJ,val<sin sendiri secara teori adalain antigen
berupa mikroorganisme yang dilemahkan atau diinaktifKan. Val<sin kemudian dikonsumsi oleh
individu agar mikroorganisme dalam vaksin membuat tubuh pemakainya kebal dengan vir us atau
penyal<it tertentu
Selasa , 22 Agustus 2017, 19:34 WIB

LPPOM MUI akan Bertemu Kemenkes Soal


Sertifikasi Vaksin MR
Rep: Muhyiddin/ Red: Ilham Tirta
ROL/Havid Al Vizki

Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia Lukmanul Hakim
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetik (LPPOM)
MUI, Lukmanul Hakim mengatakan, dalam waktu dekat ini pihaknya akan melakukan pertemuan dengan Menteri
Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek untuk membahas sertifikasi halal vaksin measles rubella (MR).

Ia menuturkan, minggu lalu sebenarnya Kementerian Kesehatan sudah akan datang ke Kantor MUI, tapi ditunda.
Menurut dia, pihaknya belum mengetahui kapan Menteri Nila akan datang lagi ke MUI. "Katanya Menteri
kesehatan mau datang, tapi mungkin karena sibuk dengan urusan haji barangkali belum ada jadwal ulang lagi.
Tapi yang jelas akan melakukan pertemuan. Sudah diatur pertemuan itu," ujarnya saat
dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (22/8).
Selasa , 22 August 2017, 12:39 WIB

Kemenkes Proses Sertifikasi Halal Vaksin MR


Rep: Muhyiddin/ Red: Andri Saubani
Antara/Fahrul Jayadiputra
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian kesehatan (Kemenkes) menegaskan untuk memproses pengajuan
sertifikasi halal vaksin measles rubella (MR) kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI). Namun, menurut dia, sertifikasi halal
terhadap vaksin itu tentu membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kepala Biro Humas Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Oscar Primadi mengatakan, bahwa dalam memberikan vaksin
Rubella terhadap anak-anak sementara ini pihaknya masih berpegang pada Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2016 yang
membolehkan imunisasi. Untuk pengajuan sertifikasi halal, menurut dia, Kemenkes masih melakukan proses.
"Soal bagaimana sertifikasi tentunya tidak mudah. Kita harus berproses, harus melakukan kajian-kajian. Tentunya apapun
bentuknya kita hargai lah pendapat termasuk usulan," ujarnya saat dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (22/8).
Beberapa waktu lalu, Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek sempat berencana mendatangi Kantor MUI untuk
membahas terkait sertifikasi halal vaksin Rubella, namun tidak terlaksana. Menurut Oscar, hal itu merupakan bagian
proses untuk melakukan sertifikasi halal. "Itu bagian dari proses yang sedang kita jalankan. Nanti kita lihat hasil akhirnya
ya," ucapnya.
Kendati banyak mendapat protes dari masyarakat terkait belum tersertifikasinya vaksin Rubella, Oscar menegaskan,
bahwa Kemenkes tidak akan menghentikan program imunisasi yang menggunakan vaksin Rubella.
Seperti diketahui, Kemenkes akan melakukan vaksinasi MR mulai fase pertama di bulan Agustus dan September 2017
untuk seluruh provinsi di Pulau Jawa; sekitar 36.776.100 atau 55 persen dari populasi Indonesia usia 9 bulan sampai
dengan 15 tahun.
"Programnya tetap jalan. Tidak ada kita intinya untuk ceritanya menghentikan karena ini program nasional 36 juta. Dan
sekarang sudah berjalan bagus lah artinya dalam konteks on the track hampir cakupan 50 persen ke atas sampai hari
ini," ucapnya.
Ia menambahkan, pihaknya akan mendengar usulan-usulan dari masyarakat ataupun dari MUI untuk menjalankan
program tersebut, termasuk soal sertifikasi halal vaksin MR. "Ya kita dengar, tentunya kan gak mudah. Itu perlu proses.
Yang pasti ini tidak ada ceritanya untuk dihentikan, tetap jalan. Ini tetap harus disukseskan untuk melindungi anak-anak
bangsa," kata Oscar.
Selasa , 22 August 2017, 21:00 WIB

IDAI: Tidak Ada Unsur Haram dalam Vaksin


MR

Petugas kesehatan memberikan vaksin Measles Rubella (MR) kepada siswa saat Kampanye Imunisasi Campak dan MR di SMPN 9, Bandung, Jawa Barat, Selasa
(1/8).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sekjen Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah menegaskan
Vaksin MR tidak memiliki unsur haramnya, dan tidak ada zat dari babi. Karena itu, dia menantang pihak yang
menuding bahwa Vaksin MR itu haram untuk membuktikannya.
Kalau tidak bisa membuktikan bahwa Vaksin MR haram, Piprim menyarankan, lebih baik tidak berbicara karena
hanya membuat gaduh dan membingungkan masyarakat. "Sekarang saya tantang siapa yang ngomong vaksin
MR itu haram, coba Anda tunjukkan unsur mana yang haram. Jangan asal menebar fitnah," kata dia saat
dihubungi, Selasa (22/8).
Piprim sangat menyayangkan terjadinya polemik program imunisasi khusus campak dan rubella atau measles-
rubella (MR). Piprim juga mengeluhkan adanya pemahaman keliru yang mengartikan bahwa vaksin yang tidak
bersertifikat halal berarti haram.
Piprim menerangkan kaidah Ushul Fiqih menyebutkan bahwa semua benda pada dasarnya hukumnya mubah
atau halal sampai ada bukti bahwa dia haram. Dengan demikian, dalam Islam yang dituntut itu adalah
pembuktian haram. Kalau tidak ada bukti bahwa dia haram, hukumnya kembali ke hukum asalnya yaitu halal.

Anda mungkin juga menyukai