Anda di halaman 1dari 14

MOLUSCA

Kerang Darah (Anadara granosa )

Nama : Naadiyah Rohmah


Nim : 1720207036
PERSEBARAN DAN POPULASI
Kerang Darah (Anadara granosa)
Kerang darah hidup di perairan pantai
yang memiliki substrat pasir berlumpur dan
dapat juga ditemukan pada ekosistem
estuari, mangrove, dan padang lamun. Kerang
darah hidup berkelompok dan umumnya
banyak ditemukan pada substrat yang kaya
kadar bahan organik. Persebaran kerang
darah meliputi China, Hongkong, Jepang,
Vietnam, Piliphina, Indonesia, dan Australia
yang tersebar di kawasan pesisir pantai. Di
indonesia kerang darah banyak ditemukan
di daerah pesisir Sumatera utara (tepatnya
di Perairan Belawan dan Perairan Tanjung
Balai Asahan) , Sumatera selatan, Sumatera
Barat, Jawa, Selat malaka, Bali, NTT,
Kalimantan (Barat, Selatan, dan Timur),
Sulawesi , Maluku dan Papua. (Nurdin, 2006).
PERSEBARAN DAN POPULASI
Kerang Darah (Anadara granosa)
Kerang darah biasanya banyak dijumpai di muara
sungai karena muara sungai merupakan daerah yang paling
banyak terkena dampak bahan pencemar dan kegiatan
perikanan yang mengeksploitasi kerang secara berlebihan.
Kerang darah termasuk hewan benthos yang mendiami
wilayah pasang surut. (Dahuri et al,1996).
Kondisi Fisik dan Kimia Lingkungan
Kerang Darah (Anadara granosa)
Anadara granosa dapat ditemukan
pada suhu 25-32,8 ˚C. (Broom,1985).
Jenis seperti kerang darah dapat
tumbuh dan berkembang pada sedimen
halus, karena memiliki alat-alat fisiologi
khusus untuk beradaptasi pada
lingkungan perairan yang memiliki tipe
substrat berlumpur. Menurut
Pathansali (1996) menyatakan bahwa
Anadara granosa dari habitatnya hidup
pada substrat dengan kandungan
lumpur halus berukuran kurang dari
0,124 mm sebanyak 90% hamparan
pasang yang terlindung dari ombak dan
terletak di muara atau di luar dengan
salinitas antara 18-30 %.
Kondisi Fisik dan Kimia Lingkungan
Kerang Darah (Anadara granosa)
Kerang Darah juga disebut Bloody
Cockles karena terdapat kandungan
hemoglobin dalam eritrosit darahnya yang
memungkinkan untuk dapat bertahan hidup
pada perairan yang mempunyai kadar
oksigen yang terlalu rendah. (Hery,1988)
Secara menyeluruh kerang darah
mampu mengatasi kondisi “hypoxia” dan
“anoxia” yaitu dengan meningkatkan laju
penyerapan oksigen sebanyak 2,8 kali dari
keadaan normal, sampai kandungan oksigen
habitatnya menjadi normal kembali. pH yang
baik untuk mempercepat pemijahan kerang
pada suasana basa dengan kisaran antara
6,5-7,5.
Ancaman lingkungan terhadap Eksistensi Hewan

Kegiatan penangkapan tidak selektif sering


dilakukan oleh masyarakat pesisir akan berpotensi
terhadap penurunan populasi kerang darah di alam.
Permintaan yang besar jika tidak diirngi dengan
pengelolaan yang tidak baik dapat mengancam
kelestarian kerang darah. Ancaman lingkungan bagi
kerang darah yaitu logam-logam yang mencemari
perairan contohnya logam berat Timbal (Pb).
Timbal yang dihasilkan industri telah menyatu
dengan air laut. Timbal akan berpindah ke dalam
tubuh biota laut, seperti kerang darah yakni dengan
cara rantai makanan. Lingkungan yang tercemar
logam berat timbal pertama akan masuk pada tubuh
zooplankton sebagai konsumen I kemudian
zooplankton akan dimakan konsumen II yakni
hewan yang ukurannya lebih besar seperti kerang.
Konsumen II akan dimakan oleh konsumen III yakni
ikan berukuran besar. Rantai makanan tersebut
akan lanjut sampai konsumen terakhir yaitu manusia
maupun organisme lainnya. Terakumulasinya logam
berat timbal pada tubuh biota laut mengakibatkan
sebagian besar biota laut tidak layak untuk
dikonsumsi.
Deskripsi Hewan

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa
Deskripsi Hewan
Seperti kerang pada umumnya, kerang darah merupakan jenis
bivalvia yang hidup pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu
ditutupi oleh dua keping cangkang (valve) yang dapat dibuka dan ditutup
karena terdapat sebuah persendian berupa engsel elastis yang
merupakan penghubung kedua valve tersebut. Kerang darah mempunyai
dua buah cangkang yang dapat membuka dan menutup dengan
menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian
dorsal tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan,
yaitu :
a. periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai
pelindung.
b. lapisan prismatic tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk
prisma,
c. lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari
lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel. (Hery, 1998)
Deskripsi Hewan

Hingeligament merupakan pita elastik yang terdiri dari bahan


organik seperti zat tanduk (conchiolin). Menurut Nybakken (1988),
warna cangkang bivalvia dipengaruhi oleh warna substrat dan tipe
ekosistem seperti ekosistem air tawar, estuari dan laut. Kerang darah
mempunyai cangkang yang tebal, berbentuk agak ellips dan terdapat 20-
21 garis vertikal pada permukaan yang dimulai sampai dengan bagian
dorsal. Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang
yang paling tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan
pertumbuhan cangkang. Mantel pada pelecypoda berbentuk jaringan yang
tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang.
Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata pada tepi mantelnya.
Banyak diantaranya mempunyai banyak insang. Umumnya memiliki
kelamin yang terpisah, tetapi diantaranya ada yang hermaprodit dan dapat
berubah kelamin.
Deskripsi Hewan
Kakinya berbentuk seperti
kapak pipih yang dapat dijulurkan
keluar. Kaki kerang berfungsi untuk
merayap dan menggali lumpur atau
pasir. Kerang bernafas dengan dua
buah insang dan bagian mantel. Insang
ini berbentuk lembaran-lembaran
(lamela) yang banyak mengandung
batang insang. Antara tubuh dan
mantel terdapat rongga mantel yang
merupakan jalan keluar masuknya air.
DAFTAR PUSTAKA
Afiati, Norma. 2007. Gonad Maturation of Two Intertidal Blood Clams
Anadara Granosa and Anadara Antiquata. Jurnal of Coastal
Development, Vol.10 No. 2, 105-113 ISSN : 1410-5217
Andriani, Widyaastuti. 2011. Reproduksi Kerang Darah. Jurnal Oseana,
Vol. 36 No. 2 , 11-20 ISSN 0216-1877
Ayu, Mufti. 2019. Analisis Asam Amino Non Esensial Pada Kerang di
Perairan Pantai Timur Sumut. Jurnal Biosains, Vol. 5 No. 1, 23-30 ISSN
: 2443-1230
Bahari, Sri Rejeki. 2014. Pengaruh Padat Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kehidupan Kerang Darah yang Dibudidaya di
Perairan Terabrasi Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes. Jurnal Of
Aquaculture Management and Techonology, Vol. 3 No.4, 207-213
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S, P dan Sitepu, M. J. 1996. Pengelolaan
Sumberdaya Hayati Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Jakarta.
Pradya Pramitha. 305 hlm
DAFTAR PUSTAKA
Hery I. 1998. Struktur Populasi Anadara spp. Secara spasial dan
hubungan dengan gadien lingkungan di perairan pesisir Teluk Lada.
Prodi Manajhemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, IPB
Lindawaty, dkk. 2016. Distribusi dan Kepadatan Kerang Darah
Berdasarkan Tekstur Substrat di Perairan Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, Vol. 1 No.1, 114-123
Lysa Any, dkk. 2015. Filtration Rate Kerang Darah dan Kerang Hijau
Dalam Memfiltrasi Bahan Organik Tersuspensi Limbah Tambak
Udang Yang Intensif . Diponegoro Journal Of Maquares, Vol. 4 No. 1,
131-137
Nugroho, Widhya.2012. Biologi dan Ekologi Kerang. Oseana, Vol.37 No.
2, 1-9 ISSN : 0216-1877
Nurdin, dkk. 2006. Kepadatan Populasi dan Pertumbuhan Kerang Darah
di Teluk Sungai Pisang. Kota Padang, Sumatera Barat, Makara Sains,
10(2): 96-101
DAFTAR PUSTAKA
Nyabakken JW. 1988. Biologi laut suatu pendekatan ekologis. Jakarta:
Gramedia
Pathansali D. 1996. Blood cockle. Notes on the biology of the cockle,
Anadara granosa L. Proc. Indo-Pasific Fish. Counc. 11: 84-98
Prasadi, ddk. 2015. Karakteristik Morfologi Famili Arcidae di Perairan
Yang Berbeda. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 17 No. 1, 29-36
Rachmawati, dkk. 2013. Pengaruh Lama Perebusan Kerang Darah
Dengan Arang Aktif Terhadap Pengurangan Kadar Logam Timbal.
Jurnal Pengelolaan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, Vol 2 No. 3, 41-
50
Rini, Setianingsih. dkk. 2015. Blood Clams Community Anadara Granosa
in The Eastern Coastal Waters of Banyuasin Regency South Sumatera.
Sriwijaya Journal, Vol.1 No. 1, 18-23

Anda mungkin juga menyukai