Hidrocephalus
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS)
secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana
terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel
atau ruang subarachnoid. Hidrosefalus dapat disebabkan gangguan
dari formasi, aliran, penyerapan cerebrospinal ( CSS ).
ANATOMI ETIOLOGI
Hidrosefalus
tipe obstruksi/
kongenital
non
komunikans
Hidrosefalus
tipe Acquired/
komunikans didapat.
Berdasarkan Anatomi / tempat obstruksi CSS
Hidrosefalus non komunikans/obstruktif Hidrosefalus komunikans
Tekanan CSS
• Tekanan normal CSS adalah 70-180 mmH2O
• Tekanan akan meningkat bila terjadi penambahan volume intrakranial, volume darah
• atau CSS
Absorbsi CSS
• Faktor yang mempengaruhi absorbsi:
– Blokade villi arahnoid oleh debris atau fibrosis.
– Tumor atau perdarahan dengan penionggian TIK
– Obat anestesi tertentu (volatile anesthetic agents)
• Adanya hambatan penyerapan disepanjang perjalanan CSS, akan menimbulkan dilata
si sistem ventrikel, proksimal dari tempat sumbatan (hydrocephalus), karena produksi
CSS terus berjalan, sementara terjadi sumbatan
Gambaran klinis yang telrihat pada orang dewasa adalah :
Penurunan fungsi kognitif
Sakit kepala : lebih jelas pada pagi hari karena CSS diserap lebih sedikit pada posisi
berbaring. Ini dapat dikurangi dengan posisi duduk. Jika kondisinya semakin parah,
sakit kepala menjadi lebih berat dan berkepanjangan.
Sakit leher : jika ada, sakit kepala dapat mengindikasikan adanya protusio tonsil cer
ebellum ke dalam foramen magnum.
Mual yang tidak dipengaruhi dengan pergerakan kepala
Muntah : kadang-kadang eksplosif, muntah sangat jelas pada pagi hari.
Penglihatan kabur: ini dapat menandakan adanya kerusakam saraf optik yang serius
yang harus diobati sebagai emergensi.
Edema papil : karena peningkatan TIK, bisa menyebabkan atrofi nervus optikus.
Diplopia : karena adanya kelumpuhan nervus VI.
Kesulitan berjalan
Inkontinensia : menandakan adanya kerusakan parah pada lobus frontalis dan peny
akit yang sudah lanjut.
penatalaksanaan
Tujuan :
Meminimalkan atau mencegah
kerusakan otak dengan
memperbaiki aliran.
Tindakan operasi adalah terapi
primer, termasuk memperbaiki
penyebab sumbatan jika mungkin.
VP Shunting dilakukan, bila
penyebab sumbatan tidak dapat
diperbaiki.
GENERAL ANESTESI
Definisi
Anestesi umum adalah tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral
disertai dengan hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible.
Anestesi memungkinkan pasien untuk mentoleransi prosedur bedah yang akan m
enimbulkan sakit yang tak tertahankan, mempotensiasi eksaserbasi fisiologis yan
g ekstrim, dan menghasilkan kenangan yang tidak menyenangkan.
Tujuan 04
1. Hipnotik/sedasi: hilangnya kesadaran
2. Analgesia: hilangnya respon terhadap nyeri
3. Muscle relaxant: relaksasi otot rangka
Pertimbangan Pemilihan Anestesi
Keterampilan
dan Kebtuhan Keinginan Pasien
Pembedah dan
Anestesiologi
Faktor yang Mempegaruhi Anestesi Umum
- Konsetrasi zat yang di MAC >> Zat - Perubahan tekanan parsial zat - Perbedaan tekanan parsial zat
Anestesika - Rasio konsentrasi zat di darah - antara darah arteri dan jaringan
hirup
- Aliran darah - Koefisien partisi jaringan/darah
- Ventilasi alveolus - Aliran darah
Keuntungan dan Kerugian Anestesi Umum
Keuntungan Kerugian
1 Pasein tidak sadar, mencegah anxietas Sangat mempengaruhi fisiologi hampir semua
pasien selama prosedur medis berlangsung regulasi tubuh menjadi tumpul dibawah anestesi
umum
2 Efek amnesia meniadakan memori buruk Memerlukan pemantauan yang lebih holistic dan
pasien pada kejadian intraoperativ rumit
3 Memungkinkan dilakukannya prosedur Tidak dapat mendeteksi gangguan susunan
yang memakan waktu yang lama saraf pusat misalnya perubahan kesadran
4 Memudahkan kontrol penuh ventilasi pasien Resiko komplikasi pasca bedah sangat besar
5 Memerlukan persiapan pasien yang lebih seksama
Prosedur Anastesi Umum
Penilaian dan persiapan pra anastesi
Premedikasi
Induksi
Relaxant
Maintenance
Emergency
Perawatan pascaoperasi
Persiapan dan Penilaian PraAnestesi
Penilaian Pra-Bedah
Pedoman Puasa
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
Laboratorium
Kebugaran
untuk Anestesi
Klasifikasi Status Fisik
ASA 2 • Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik karena
penyakit bedah maupun penyakit lain
ASA 3 • Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang diakibatkan
karena berbagai penyebab
ASA 4 • Pasien dengan kelainan sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin
dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat
S • Stetoskop, Laringo-Scope.
(Scope)
• Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5
T tahun dengan balon (cuffed).
(Tubes)
SUNGKUP MUKA
Indikasi pemakaian :
•Tindakan operasi yg singkat (½-1) jam tanpa membuka rongga perut, keadaan umum pasien cukup baik
Ukuran :
•Ukuran 03 untuk bayi baru lahir
•Ukuran 02,01,1 untuk anak kecil
•Ukuran 2,3 untuk anak besar
•Ukuran 4,5 untuk dewasa
Tatalaksana Jalan Napas
INTUBASI TRAKEA : Tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottis,
sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea.
LARINGOSKOPI
Secara garis besar dikenal dua macam laringoskop :
Bilah, daun (blade) lengkung (Macintosh) untuk anak besar-dewasa
Bilah lurus (Miller, Magill) untuk bayi-anak dewasa
Tatalaksana Jalan Napas
ENDOTRACHEAL TUBE – Pipa Trakea
Melalui mulut – “Orotracheal Tube”
Melalui hidung – “nasotracheal tube”
Bayi dan anak tanpa menggunakan cuff
Dewasa menggunakan cuff
Indikasi intubasi trakea
2. Mandibula menonjol
Halothane Barbiturat
Enfluran Ketamin
Isofluran Propofol
Desfluran Diazepam
Sevofluran Opioid
Anestesi Intravena
1. Propofol
Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml=10 mg).
Dosis bolus untuk induksi 2-2.5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesi
intravena total 4- 12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan
intensif 0.2 mg/kg.
Pada manula dosis harus dikurangi, pada anak <3 tahun dan pada
wanita hamil tidak dianjurkan.
Propofol modulator selektif reseptor GABA yang merupakan neurotransmiter
inhibitor utama di sistem saraf pusat.
Saat reseptor GABA diaktifkan akan terjadi peningkatan konduksi klorida transme
mbran sehingga terjadi hiperpolarisasi membran sel post-sinap dan inhibisi fungsi
neuron post-sinap.
Waktu paruh distribusi awal dari propofol adalah 2-8 menit.
Pada model tiga kompartemen waktu paruh distribusi awal adalah 1-8 menit, yang
lambat 30-70 menit dan waktu paruh eliminasi 4-23,5 jam.
2. Benzodiazepin
Reseptor Benzodiazepin berikatan dengan reseptor subtipe GABA. Berik
atan dengan reseptor agonis menyebabkan masuknya ion klorida dalam
sel, yang menyebabakan hiperpolarisasi dari membran postsinpatik, dim
ana dapat membuat neuron ini resisten terhadap rangsangan.
Dengan cara itu, dapat memfasilitasi efek inhibitor dari GABA sehingga
meningkatkan efek GABA dan menghasilkan efek sedasi, tidur dan berb
agai macam efek seperti mengurangi kegelisahan dan sebagai muscle re
laxant.
• Waktu paruh 3-10 menit
3. Opioid
• Obat yang bekerja di reseptor opioid pada sistem saraf pusat (SSP). Mekanism
enya yaitu mengaktivasi reseptor mu (µ) yang dapat menghasilkan efek analgesi
di SSP dan perifer
Opioid tidak mengganggu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk ind
uksi pasien dengan kelainan jantung.
Untuk anestesi opioid digunakan fentanil dosis induksi 20-50 mcg/kg, dilanjutkan
dengan dosis rumatan 0.3-1 mg/kg/menit.
4. Barbiturat
Menekan pernapasan
Menekan system kardiovaskuler
Merusak hati dan ginjal
Oliguri (reversibel)
Menekan sistem regulasi suhu
Relaxant
Manfaat obat ini di bidang anestesi :
Memudahkan dan mengurangi cedera dari tindakan laringoskopi dan
intubasi trakea
Membuat relaksasi otot lurik selama tindakan pembedahan
Menghilangkan spasme laring dan refleks jalan napas atas selama
anestesi
Memudahkan pernapasan kendali selama anestesi
PELUMPUH OTOT DEPOLARISASI (NONKOMPETITIF, LEPTOKURARE)
Suksinil-kolin (diasetil-kolin) dan dekametonium
Bekerja seperti asetil kolin tetapi tidak dirusak oleh kolinesterase shg menyebabk
an depolarisasi (kontraksi otot) dan berakhir menjadi relaksasi otot lurik
EPHEDRINE ADRENALIN
Hipotensi Diberikan apabila terjadi cardiac a
Bila TD sistol < 90mmHg rrest
SULFAS ATROPIN 0,25- 0,3 mg/KgBB
Diberikan sebagai antibradikardi (<60) DEXAMETHASON
AMINOFILIN Apabila terjadi reaksi anafilaksis
diberikan bila terjadi bronkokonstriksi 5m berikan 1mg/KgBB
g/KgBB
SUKSINIL KOLIN
Spasme atau kejang laring
dosis 0,5 mg/kgBB
Perawatan Pasca Anestesi
Setiap pasien yang telah pulih dari anestesi umum akan dibawa ke
Unit Perawatan Pasca Anestesi (UPPA) atau Recovery Room (RR).
Hal-hal yang dapat terjadi pada pasien pasca anestesi :
Gangguan pernapasan
Gangguan kardiovaskular
Gelisah
Nyeri
Mual muntah
Menggigil
Pulih Sadar Anestesi Umum
Cek kesadaran
Cek tanda vital 5-15 menit (fungsi respirasi, s
irkulasi)
Monitor Pulse Oximetry
Pindah ke RR Fungsi Neuromuskuler/Aktivitas
Penilaian nyeri, ada tidak mual muntah, input
dan output cairan
Original Criteria Modified Criteria Point Valu
e
Monitoring Color
Pink
Oxygenation
SpO2 > 92% on room air 2
Pale or dusky SpO2 > 90% on oxygen 1
Cyanotic SpO2 < 90% on oxygen 0
Respiration
Tentukan skor Can breathe deeply and cough Breathes deeply and coughs freely 2
Shallow but adequate exchange Dyspneic, shallow or limited breathing 1
Aldrete Apnea or obstruction Apnea 0
Circulation
Blood pressure within 20% of normal Blood pressure ± 20 mm Hg of normal 2
Blood pressure within 20–50% of normal Blood pressure ± 20–50 mm Hg of normal 1
nilai 8-10 bisa dipi Blood pressure deviating > 50% from Blood pressure more than ± 50 mm Hg of 0
ndahkan ke ruang normal normal
perawatan, Consciousness
Awake, alert, and oriented Fully awake 2
Arousable but readily drifts back to sleep Arousable on calling 1
5-8 observasi seca
ra ketat, No response Not responsive 0
Activity
Moves all extremities Same 2
kurang dari 5 pin
Moves two extremities Same 1
dahkan ke ICU No movement Same 0