Oleh:
Siti Maimunah, S.Ked.
Regina Triswara, S.Ked.
Diva Iole Humaira, S.Ked.
Veronica Debora, S.Ked.
Nur Aina Rahmania, S.Ked.
Pembimbing
dr. Dwi Indria Anggraini, M.Sc., Sp.KK
Keluhan Tambahan
Demam, riwayat diare, dan penurunan berat badan.
ANAMNESIS Riwayat Penyakit Sekarang
2 Bulan yang lalu 1 minggu perawatan
Pasien mengeluh demam yang hilang timbul, Menurut keterangan nenek pasien, diare telah
tidak tentu waktu, disertai dengan BAB cair. membaik. Selama perawatan pasien hanya
Selain itu pasien juga mengalami penurunan BB. terbaring, kemudian baru disadari bahwa bagian
Menurut keterangan nenek pasien, BB pasien 10 belakang tubuh pasien mulai timbul bercak merah
kg dan tidak mengalami kenaikan dalam 3 bulan kehitaman.
terakhir. Kemudian BB pasien turun menjadi 9,5
kg saat sakit. Batuk lama disangkal.
Kemudian pasien dibawa ke RS daerah Pasien juga merasa nyeri pada bagian tersebut.
Pringsewu dan dinyatakan menderita DBD dan Selain itu, demam yang sebelumnya telah
dugaan TB paru serta gizi buruk sehingga pasien membaik mulai timbul kembali.
diputuskan untuk dirawat.
ANAMNESIS Riwayat Penyakit Sekarang
Bercak merah kehitaman pada bagian Pasien dirujuk ke RSAM karena timbul
bokong mulai basah dan timbul luka dengan sariawan yang cukup banyak di rongga mulut
nanah di pagian pinggir luka serta meluas. serta mengalami anemia serta kondisi pasien
semakin melemah. Setelah beberapa hari
perawatan demam, sariawan telah membaik.
Pasien juga memperoleh tranfusi darah untuk
anemianya.
Luka sempat mengering setelah mendapat
pengobatan namun kembali basah setelah
pasien mengenakan pempers. Menurut nenek
pasien, pasien ganti pempers sebanyak ± 10
kali dalam sehari. Demam masih hilang timbul, Pasien menjalani pemeriksaan foto polos dada
BB masih belum ada perbaikan. serta CT scan kepala dan pasien dinyatakan
mengalami TB paru serta hidrosefalus
ANAMNESIS Riwayat Penyakit Sekarang
Dahulu •
•
Asma, Rhinitis Alergi disangkal
Kejang (-)
Riwayat • Pasien mendapat obat oles saat dirawat di RS Pesawaran, yang berisi
antibiotik
• Selama perawatan di RSAM pasien memperoleh OAT, antibiotik IV
Pengobatan (ceftriaxone 500mg/12jam), kortikosteroid (dexamethasone 2,5mg/12 jam),
PCT, cetirizine, dan obat-obatan suportif lain.
Riwayat sosial & • Pasien anak pertama, ayah dan ibu pasien bercerai sejak pasien berusia 1
tahun dan saat ini pasien tinggal bersama kakek dan neneknya.
Kepala
Kepala : Macrocephal
Rambut : berwarna hitam kemerahan, tipis, tidak mudah dicabut
Mata : KA (+/+), SI (-/-), RC (+/+), pupil isokor
Telinga : Normotia, Sekret/perdarahan (-/-)
Hidung : Deviasi (-), epistaksis (-)
Mulut : Deviasi ke kiri, sianosis (-), pucat (-), tampak stomatitis (+)
Lidah : Pucat (+), atrofi (-)
Cor
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis terlihat di ICS 4 midclavicula sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4-5 linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I-I regular, murmur (-), gallop (-)
PULMO
Inspeksi : Normochest, simetris, lesi (-), tampak retraksi (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus taktil kanan=kiri
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki halus(+/+)
Abdomen
Inspeksi : cembung, masa (-), lesi (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-/-)
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Superior : CRT < 2s, akral hangat, edema (-/-), tampak xerosis cutis
Inferior : CRT < 2s, akral hangat, edema (-/-), tampak xerosis cutis
PEMERIKSAAN STATUS
DERMATOLOGIS
• Regio Occipital terdapat ulkus
berukuran 3,5x3x0,3 cm dengan
dasar dermis, berisi jaringan nekrotik,
pus dan krusta kekuningan, tepi rata,
berbatas tegas
MCV 91 79 - 99 fL
MCH 30 27 – 31 Pg
MCHC 33 30 – 35 g/dL
Anti HIV Non-reaktif
ELEKTROLIT
1 2 3
• Ab topikal mupirosin
• Terapi nutrisi
cream 2% 3x/hari
• Terapi tindakan :
• Decubal cream 4x/hari
debridement atau
• Kompres terbuka dengan
pertimbangkan
NaCl 0,9% selama 20-30
tindakan bedah
menit 3x/hari
PROGNOSIS
Quo ad Vitam:
dubia
Abdomen
Inspeksi : cembung, masa (-),
Penilaian risiko terbentuknya ulkus dekubitus lesi (-)
dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Auskultasi : BU (+) normal
Penilaian tersebut penting dilakukan sebagai
bagian dari usaha pencegahan. Saat ini terdapat Palpasi : Nyeri tekan (-),
hepatosplenomegali (-/-)
beberapa skala penilaian risiko yang dibuat untuk
mengidentifikasi risiko terjadinya ulkus dekubitus. Perkusi : Timpani
Skala Braden, Waterlow, dan Norton telah diuji
secara luas untuk validitasnya dan telah
direkomendasikan untuk memprediksi risiko Ekstremitas
terjadinya ulkus dekubitus. Superior : CRT < 2s, akral hangat, edema (-
/-), tampak xerosis cutis
Inferior : CRT < 2s, akral hangat, edema (-
/-), tampak xerosis cutis
ANALISIS KASUS
Pada pasien didapatkan skor 10
sehingga pasien beresiko tinggi
terkena ulkus dekubitus
ANALISIS KASUS
Efloresensi
• Regio Occipital terdapat ulkus berukuran
3,5x3x0,3 cm dengan dasar dermis, berisi
jaringan nekrotik, pus dan krusta
kekuningan, tepi rata, berbatas tegas
Mupirosin
cream 2% Dapat digunakan pada infeksi kulit
sekunder dengan aturan penggunaan 3x
3x/hari sehari pada area yang terinfeksi hingga
10 hari. Penggunaan pada anak sama
dengan orang dewasa jika usia >3 bulan
• Tekanan darah normal pada Faktor teregangnya kulit: Gesekan kulit dengan alas/tempat Kelembaban kulit meningkat, akibat:
kapiler: 16 – 33 mmHg • Gerakan meluncur ke tidur menghilangkan stratum • Drainase luka
• Tekanan pada sakrum: 60-70 bawah pada penderita korneum ekspose jaringan • Keringat
mmHg dan dengan posisi setengah dibawahnya • Muntah
• tekanan pada tumit: 30-45 duduk • Inkontinensia
mmHg iskemik jaringan • Peregangan pada Kelembaban kulit ↑ resistensi kulit
nekrosis ulserasi jaringan subkutan terhadap faktor fisik ↓ (tekanan,
penutupan arteriol dan gaya gesek) erosi kulit resiko
arteri kecil robek terjadi dekubitus ↑
• Lipatan kulit (penderita
kurus) menarik atau
menutup pembuluh
darah
FAKTOR RISIKO
Ekstriskik Intrinsik
1. Tekanan 1. Usia
2. Gesekan atau pergeseran Usia lanjut mempunyai potensi besar karena perubahan
3. Kelembapan kulit:
4. Kebersihan tempat tidur Jaringan lemak subkutan ↓
Jaringan kolagen dan elastik ↓
Efisiensi kolateral kapiler >> kulit menjadi lebih
tipis dan rapuh
2. Ggn syaraf vasomotorik, sensorik, dan
motoric
3. Malnutrisi/ anemia
4. Penurunan kesadaran
5. Infeksi
6. Merokok
7. Temperetur kulit
8. Hipoalbumin
9. Penyakit kardiovaskuler, penyait
pembuluh darah,dll
PATOFISIOLOGI
Tekanan darah kapiler 16mmHg - 33mmHg tekanan pada kulit lebih dari itu
menimbulkan daerah iskemik nekrosis jaringan kulit
Efek tekanan pada jaringan di atas tulang yang menonjol iskemia dan toksin
seluler
Trauma akibat tekanan umumnya dimulai pada jaringan yang lebih dalam dan
menyebar ke permukaan kulit
Tekanan atau kekuatan per unit area merupakan faktor penting dalam pembentukan ulkus dekubitus. Tekanan eksternal yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tekanan hidrostatik kapiler arteri sebesar 32 mmHg dapat mengganggu sirkulasi dan oksigenasi, sehingga terjadi
iskemia lokal dan kerusakan jaringan.6 Bila pasien dalam posisi berbaring, tekanan sebesar 150 mmHg dapat terjadi terutama pada
penonjolan tulang. Tekanan sebesar itu cukup untuk menurunkan tekanan oksigen transkutan sampai mendekati nol. Pada pasien yang
berada dalam posisi duduk, tekanan yang dihasilkan pada daerah di bawah tuberositas ischiadica dapat mencapai 300 mmHg atau lebih,
bila duduk pada permukaan yang rata dan keras
Cedera akibat tekanan bermula pada jaringan yang terletak dalam, kemudian menyebar ke permukaan kulit. Seringkali kerusakan hanya
terjadi pada jaringan yang terletak dalam, yakni pada sambungan tulang-otot, yang tidak tampak pada permukaan kulit. Bila tekanan
dilepaskan akan terjadi respons normal berupa hiperemia. Namun bila tekanan menetap, iskemia yang terjadi akan menyebabkan pem
bengkakan endotel dan kebocoran pembuluh darah. Bersama dengan bocornya plasma ke jaringan interstisial, kondisi ini menyebabkan
perdarahan dan menghasilkan eritema nonblanchable pada kulit. Pada binatang percobaan yang mengalami bakteremia, ditemukan
deposit bakteri pada lokasi trauma tekanan yang menimbulkan proses supurasi yang dalam. Hal ini menjelaskan terjadinya ulkus dekubitus
dengan kulit normal namun terdapat sinus drainase. Akumulasi cairan edema, darah, dan sel inflamasi secara progresif menyebabkan
kematian sel otot, jaringan subkutan, dan terakhir jaringan epidermis
Geseran (shearing force) terjadi akibat pergerakan tulang dan jaringan subkutan terhadap kulit yang relatif tidak bergerak. Conteh geseran
adalah saat pasien dalam posisi supinasi dan bagian atas tempat tidur dinaikkan sebesar 30°, kemudian badan pasien bergeser
ke arah kaudal dengan kulit daerah sakrum yang tetap menempel pada tempat tidur. Geseran paralel terhadap permukaan jaringan dan
tekanan pergeseran tersebut ditransmisikan ke jaringan yang lebih dalam sehingga terjadi angulasi pembuluh darah dan iskemia.5
Gesekan merupakan gaya atau kekuatan yang menahan pergerakan relatif di antara dua permukaan yang saling menempel. Hal ini
menyebabkan kerusakan lapisan kulit superfisial. Cedera ini dapat terjadi saat pasien ditarik/digeser di atas permukaan tempat tidur atau
pasien melakukan gerakan berulang sehingga penonjolan tulang terpajan gesekan
MANIFESTASI KLINIS
Pemeriksaan ulkus dekubitus membutuhkan evaluasi medis yang lengkap.
Anamnesis yang dilakukan meliputi : awitan dan lama ulkus, perawatan Iuka
sebelumnya, faktor risiko, daftar masalah kesehatan, serta riwayat pengobatan.
Pemeriksaan fisik ulkus dengan mencatat jumlah, lokasi, ukuran (panjang, lebar,
kedalaman) ulkus, dan menilai adanya eksudat, bau, sinus, nekrosis atau pembentukan
eskar, terbentuknya terowongan, infeksi, gaung, jaringan penyembuhan (granulasi
dan epitelisasi), serta batas Iuka. Faktor lain, misalnya keadaan psikologis,
kebiasaan, status kognitif, sosial, sumber pendanaan, dan ada/tidaknya orang yang
merawat penting dalam penilaian awal serta untuk rencana perawatan
selanjutnya. Pasien dengan keter batasan komunikasi atau kelainan sensorik rentan
terjadi ulkus oleh karena tidak dapat merasakan ketidaknyamanan atau kesulitan
mengomunikasikan ketidaknyamanan tersebut.
LOKASI TERSERING
LOKASI TERSERING
KLASIFIKASI DERAJAT ULKUS DEKUBITUS OLEH NATIONAL PRESSURE
ULCER ADVISORY PANEL BIENNIAL CONFERENCE (NPUAP)
Derajat I Derajat II
Lesi eritomatosa pada kulit yang intak Kehilangan jaringan kulit sampai dengan epidermis
Reaksi peradangan masih terbatas pada dan atau dermis
epidermis.
Reaksi peradangan sampai mencapai seluruh dermis
Tampak sebagai daerah kemerahan/eritema hingga lapisan lemak subkutan.
indurasi atau lecet.
Tampak sebagai ulkus yang dangkal, tepi yang jelas
dan perubahan warna pigmen kulit.
Derajat IV
Derajat III
Kehilangan / nekrosis jaringan kulit sampai dengan Kehilangan/nekrosis jaringan kulit sampai
subkutis dengan otot tulang dan jaringan penunjang.
Ulkus lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan Perluasan ulkus menembus otot tampak
menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot.
tulang di dasar ulkus infeksi pada tulang
Sudah mulai didapatkan infeksi dengan jaringan nekrotik atau sendi.
yang berbau.
Sembuh dalam waktu
beberapa hari- minggu
Unstageable
Jika jaringan pada dasar ulkus tertutup oleh jaringan kulit mati yang berwarna
kuning, hitam, hijau, coklat atau kedalaman dari luka tidak dapat diperkirakan.
KLASIFIKASI BERDASARKAN WAKTU YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENYEMBUHANNYA
DAN PERBEDAAN SUHU DARI ULKUS DENGAN KULIT
Temperatur luka ≤ 2,5°C dibanding Temperatur ≤ 1°C dengan kulit Terjadi pada penderita yang akan
kulit sekitarnya.terjadi iskemia sekitarnya, adanya gangguan lairan meninggal dunia dan tidak akan
jaringan setempat akibat tekanan, darah , sembuh dalam 16 minggu. sembuh
tapi aliran darah dan pembuluh
darah baik, Sembuh dalam 6
minggu.
JENIS JENIS ULKUS
Ulkus varikosum Ulkus arteriosum
Terjafi pada tungkai bawah , terasa bengkak Akibat ggn peredran darah arteri, kulit
saat berdiri atau diam dan berkurang jka menjadi menipis, kering, bersisik, kuku jjari
tungkai di elevasi. Gatal, rasa terbakar, tidak menebal, sianotik, bulu tungkai bberkurang.
nyeri dan berdenyut
Biasanya terjadi pada pasien DM karena terjadi Ulkus yang cepat berkembang dan nyeri
pada kulit yang anatetik (hilang rasa nyeri) biasanya pada tungkai bawah, terjadi pd anak2
kurang gizi
Pencegahan efek akibat tekanan, gesekan dan
regangan
• Mengubah posisi sesering mungkin
• Pasien resiko tinggi ubah posisi setiap 2-3 jam
• Pasien resiko lebih rendah ubah posisinya 2 atau 3 kali perhari
• Posisikan punggung pasien 30° dari permukaan tempat tidur bergantian kiri, kanan dan
terlentang
• Penggunaan bantal atau penyangga diantara tungkai, di bawah punggung dan penyangga
lengan
• Mengangkat tumit dari alas tempat tidur dan menopang pasien pada posisi miring 30° lateral
• Pasien tidak boleh di geser atau di tarik, pasien harus diangkat
• Penggunaan kasur air atau kasur udara
TERAPI
•Bersihkan kulit, hindari penggunaan air panas, minimalkan regangan dan gesekan pada kulit
•Cegah kekeringan kulit, gunakan pelembab
•Cegah paparan kulit terhadap kelembaban karena inkontinensia, keringat atau drainase luka
•Kurangi cedera kulit (gesekan dan regangan) dengan cara mengubah posisi, berpindah, dan
bebalik.
•Asupan gizi yang adekuat dan koreksi defisiensi nutrisi
•Perhatikan status nutrisi pada semua stadium ulkus dekubitus.
•Asupan protein merupaka prediktor terbaik untuk membaiknya luka dekubitus.
•Pemberian asam askorbat 500mg 2x sehari dapat mengurangi luas permukaan luka sebesar 84%
•Antibiotik sistemik bila ada selulitis, sepsis atau osteomielitis
•Klindamisin dan gentamisin dapat berpenetrasi ke jaringan sekitar ulkus.
•Antibiotik spektrum luas pada pasien sepsis karena ulkus dekubitus
•Debridement semua jaringan nekrotik harus dilakukan untuk membuang sumber
bakteremia pada pasien
•Tempat tidur khusus : kasur dekubitus yang berisi udara serta reposisi 4kali sehari
•Perawatan luka, tujuanny untuk mengurangi jumlah bakteri agar proses penyembuhan
tidak terhambat
•Debridement dengan pembedahan atau dengan kompres kasa NaCl 2-3x sehari
•Bila luka sudah bersih, harus dipelihara suasana luka yang lembab.
•Pada luka superfisial, kompres yang tertutup rapat dapat membantu penyembuhan
Dekubitus derajat 1 Dekubitus derajat 2 Dekubitus derajat 3 Dekubitus derajat 4
Epidemiologi Bakteriologi
Terutama di negara berkembang Berbentuk batang
Mengenai sosek rendah
Panjang 2 – 4 lebar 0,3 – 1,5 μ
Umumnya mengenai anak-anak & dewasa muda
RSCM : skrofuloderma (84%), Tahan asam, tidak bergerak
TBC kutis verukosa (12%) Bersifat aerob
Etiologi Tdk membentuk spora
Mycobacterium tuberculosis (humanus) 91,5%
Mycobacterium atipik 8,5%
Suhu optimal pertumbuhan 37 C
Klasifikasi TBC Kutis menurut Pillsburry
Tuberkulosis kutis
.
Bentuk
Inokulasi TB primer Inokulasi TB sekunder Bentuk papul granuloma dan
ulseronodulus
TB kutis miliaris
Skrofuloderma
Inokulasi TB primer TB kutis verukosa Lupus miliaris diseminatus fasei Eritema nodosum
Tuberkulid papulonekrotika Eritema
TB kutis gumosa Liken skrofulosorum induratum
TB kutis orifisialis
Lupus vulgaris
PATOFISIOLOGI
Periadenitis
Perlunakan tidak
serentak
Abses dingin
Fistel
Bentuk memanjang
Tidak teratur
Ulkus Disekitarnya livide
Bergaung
Pus seropurulen
. Sembuh
Krusta kekuningan
Kronik-residif
Syarat :
1. Teratur tanpa terputus untuk mencegah resistensi
2. Kombinasi (mencegah resistensi )
3. Perbaiki keadaan umum
2 tahapan :
1. Tahap awal (intensif) : membunuh kuman sebanyak & secepat mungkin
bakterisidal
2. Tahap lanjut : membunuh kuman yang tumbuh lambat
REGIMEN TERAPI
Terapi bedah : Eksisi pada lupus vulgaris & TBC kutis verukosa yang
kecil