BIFIDA
Rekate, H. L. and Blitz, A. M. (2016) Hydrocephalus in children. 1st edn, Handbook of Clinical Neurology. 1st edn. Elsevier B.V. doi: 10.1016/B978-0-444-
53486-6.00064-8.
EPIDEMIOLOGI
• Hidrosefalus paling sering terjadi pada masa bayi akibat malformasi kongenital dan dari
perdarahan intraventrikular pada bayi prematur.
• Prevalensi global hidrosefalus secara keseluruhan adalah sekitar 85 per 100.000 individu dengan
perbedaan yang signifikan antara kelompok usia yang berbeda; 88 per 100.000 untuk populasi
anak dan 11 per 100.000 pada orang dewasa.
• Prevalensi pada populasi lansia jauh lebih tinggi, sekitar 175 per 100.000, dan lebih dari 400 per
100.000 untuk mereka yang berusia lebih dari 80 tahun karena tingginya insiden NPH (Normal
pressure hydrocephalus) di kemudian hari.
• Afrika dan Amerika Selatan memiliki prevalensi hidrosefalus yang lebih tinggi.
• Prevalensi hidrosefalus infantil adalah antara 1 dan 32 per 10.000 kelahiran.
• Kedua jenis kelamin memiliki peluang yang serupa (Statpearls).
Koleva, M. and De Jesus, O. (2021) ‘Hydrocephalus’, in StatPearls. StatPearls Publishing. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560875/.
ETIOLOGI
Pople, I. K. (2002) ‘Hydrocephalus and shunts: What the neurologist should know’, Neurology in Practice, 73(1). doi: 10.1136/jnnp.73.suppl_1.i17.
GENETIK
Zhang, J., Williams, M.A., Rigamonti, D., 2006. Genetics of human hydrocephalus. J Neurol 253, 1255–1266.
GENETIK
Kousi, M., Katsanis, N., 2016. The Genetic Basis of Hydrocephalus. Annu. Rev. Neurosci. 39, 409–435.
Zhang, J., Williams, M.A., Rigamonti, D., 2006. Genetics of human hydrocephalus. J Neurol 253, 1255–1266.
PRODUKSI, SIRKULASI, DAN ABSORBSI CSF
• CSF disekresikan terutama oleh pleksus
koroid dari ventrikel lateral, ketiga dan
keempat
• CSF terbentuk dengan kecepatan 500 ml/hari
(0,35 ml/menit)
• CSF mengalir ke arah kaudal melalui sistem
ventrikel dan keluar melalui foramina
Luschka dan Magendie ke dalam ruang
subarachnoid
• CSF melewati hiatus tentorial dan melewati
konveksitas hemisfer, absorpsi terjadi
melalui granulasi arachnoid ke dalam sistem
vena
Hall, J.E., 2016. Guyton and Hall textbook of medical physiology, 13th edition. ed. Elsevier, Philadelphia, PA.
Lindsay, K.W.; B., Ian; Fuller, Geraint, Bone, I., Lindsay, K.W., 2010. Neurology and Neurosurgery Illustrated (5th Edition). Elsevier Health Sciences.
KLASIFIKASI HIDROSEFALUS
• Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus
arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit atau malfungsional.
• Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid
HYDROCEPHALUS NON KOMUNIKAN
• Overproduction CSF
• ↑ Tahanan CSF Flow
• ↑Tekanan Sinus
• ↓ Absorbsi CSF
Albright AL, Pollack IF, & Adelson PD, 2015. Principles and practice of pediatric neurosurgery. 3rd ed. NewYork: L Thieme.
SickKids Staff. Intraventricular hemorrhage (IVH) in Premature Babies. 2009 3 October. About Kids Health
MANIFESTASI KLINIS
Sunset eyes
Albright AL, Pollack IF, & Adelson PD, 2015. Principles and practice of pediatric neurosurgery. 3rd ed. NewYork: L Thieme.
SickKids Staff. Intraventricular hemorrhage (IVH) in Premature Babies. 2009 3 October. About Kids Health
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Murah, cepat , paling konvensional, tidak membutuhkan sedasi dan dapat dilakukan
berulang tanpa efek samping.
Keuntungan :
Pembesaran ventrikel pada bayi dengan fontanel yang terbuka, terutama pada bayi
prematur dengan hidrosefalus post-hemoragik.
Dapat digunakan untuk diagnosis hidrosefalus intrauterin dan follow-up..
Kerugian :
Tidak selalu dapat memvisualisasikan fossa posterior
Diagnosis etiologi tidak selalu dapat diketahui
Levene MI. Measurement of the growth of the lateral ventricles in preterm infants with real-time ultrasound. Arch Dis Child 1981; 56: 900–904
IMAGING – CT
(+) :
Dapat menunjukkan ukuran, bentuk , lusensi ventrikel
Dapat menentukan diagnosis etiologi
Tidak perlu sedasi
(-) :
Paparan radiasi tinggi
Levene MI. Measurement of the growth of the lateral ventricles in preterm infants with real-time ultrasound. Arch Dis Child 1981; 56: 900 –904
Ashley WW, McKinstry RC, Leonard JR, Smyth MD, Lee BC, Park TS. Use of rapid-sequence magnetic resonance imaging for evaluation of hydrocephalus in children. J Neurosurg 2005; 103 Suppl: 124 –130
IMAGING – MRI
(+) :
Morfologi yang lebih jelas
Diagnosis etiologi yang lebih akurat
Lebih superior untuk evaluasi Chiari malformations dan/atau tumor
periaqueductal
Cine MRI -> dapat menghitung stroke volume pada akuaduktus serebri
(-) :
Membutuhkan anestesi umum
O’Hayon BB, Drake JM, Ossip MG, Tuli S, Clarke M. Frontal and occipital horn ratio: A linear estimate of ventricular size for multiple imaging modalities in pediatric hydrocephalus. Pediatr Neurosurg 1998; 29: 245–249
Tuli S, O’Hayon B, Drake J, Clarke M, Kestle J. Change in ventricular size and e!ect of ventricular catheter placement in pediatric patients with shunted hydrocephalus. Neurosurgery 1999; 45: 1329–1333, discussion 1333–1335
KRITERIA RADIOLOGI
HIDROSEFALUS KRONIK
Benacerraf BR, Birnholz JC. The diagnosis of fetal hydrocephalus prior to 22 weeks. J Clin Ultrasound 1987; 15: 531–536
• Intrauterin -> mulai dari UK 17-21 mgg (USG) atau 8-21 mgg (MRI)
-> tampak pembesaran ventrikel.
• Ventrikulomegali anatomi saja tidak cukup untuk mendiagnosis
hidrosefalus intrauterin, diperlukan data laju pertumbuhan tulang
tengkorak untuk dapat mendiagnosis pasti.
• Post-natal -> kurva persentil lingkar kepala dengan berat badan dan
panjang badan. -> LK>2 SD, proporsi kepala yang tidak seimbang
dengan panjang dan berat badan, atau pertumbuhan LK >1,25 cm/
mgg.
Benacerraf BR, Birnholz JC. The diagnosis of fetal hydrocephalus prior to 22 weeks. J Clin Ultrasound 1987; 15: 531–536
Oi S, Honda Y, Hidaka M, Sato O, Matsumoto S. Intrauterine high-resolution magnetic resonance imaging in fetal hydrocephalus and prenatal estimation of postnatal outcomes with “perspective classification.” J Neurosurg 1998; 88: 685–694
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• makrosefali familial
• kista subarakhnoid : kantong yang berisi cairan yang terbentuk
diantara membran arachnoid dengan otak / saraf tulang belakang
• higroma subdural : akumulasi cairan cerebrospinal dalam
ruang subdural atau penimbunan cairan diantara durameter dan
arakhnoid (sub arakhnoid)
• empiema subdural : gangguan neurologi akibat adanya kumpulan
materi purulen yang terletak diantara duramater dan arachnoid
mater
Khrisna Rangga Permana , Hidrosefalus dan Tatalaksana Bedah Sarafnya. CDK-270 2018: 45: 11
TATALAKSANA
• Pasien dengan Hidrosefalus obstruktif • Pasien dengan Hidrosefalus tanpa obstruksi
sekunder dari massa yang dapat diakses atau lesi dapat dioperasi dan progresinya
melalui pembedahan reseksi massa dapat lambat percobaan observasi atau
mengarah ke resolusi hidrosefalus, dan shunt tatalaksana medikasi dapat diindikasikan,
mungkin tidak diperlukan. terutama pada bayi prematur.
• Pasien dengan Hidrosefalus tanpa obstruksi • Pasien dengan Rapid-onset Hidrosefalus
atau lesi dapat dioperasi dan progresinya serta peningkatan TIK emergensi
lambat percobaan observasi atau
tatalaksana medikasi dapat diindikasikan, EVD (External ventricular drainage)
terutama pada bayi prematur. dan pungsi lumbal pada hidrosefalus
pasca-hemoragik dan pasca-meningitis
• Pasien dengan Hidrosefalus obstruktif
sekunder dari massa yang dapat diakses EVT (Endoscopic Third
melalui pembedahan reseksi massa dapat Ventriculostomy)
mengarah ke resolusi hidrosefalus, dan shunt
VP (Ventriculoperitoneal) Shunt
mungkin tidak diperlukan.
Albright AL, Pollack IF, & Adelson PD, 2015. Principles and practice of pediatric neurosurgery. 3rd ed. NewYork: L
MEDIKAMENTOSA
Khrisna Rangga Permana , Hidrosefalus dan Tatalaksana Bedah Sarafnya. CDK-270 2018: 45: 11
TINDAKAN PEMBEDAHAN
Khrisna Rangga Permana , Hidrosefalus dan Tatalaksana Bedah Sarafnya. CDK-270 2018: 45: 11
ETV (ENDOSCOPIC THIRD
VENTRICULOSTOMY)
Khrisna Rangga Permana , Hidrosefalus dan Tatalaksana Bedah Sarafnya. CDK-270 2018: 45: 11
PROGNOSIS
• Prognosis bergantung pada adanya gangguan yang terkait, ketepatan waktu diagnosis, dan
keberhasilan pengobatan.
• Hidrosefalus dapat menimbulkan risiko baik dari segi kognitif maupun pembangunan fisik.
• Pengobatan oleh tim medis profesional, spesialis rehabilitasi, dan ahli pendidikan sangat
penting untuk memberikan hasil yang positif.
• Jika tidak diobati, progresif hidrosefalus dapat berakibat fatal.
• Gejala-gejala hidrosefalus dengan tekanan normal biasanya memburuk dari waktu ke waktu
jika tidak diobati.
• Sementara keberhasilan pengobatan dengan shunt bervariasi dari orang ke orang, beberapa
orang dapat sembuh hampir sepenuhnya setelah perawatan dan memiliki kualitas hidup
yang baik.
• Diagnosis dini dan pengobatan meningkatkan kesempatan pemulihan yang baik.
INDIKASI RUJUK
• Spina bifida adalah cacat lahir yang terjadi ketika tulang belakang dan
sumsum tulang belakang tidak terbentuk dengan benar. Ini adalah jenis cacat
tabung saraf (Neural Tube Defect).
• Spina bifida dapat terjadi di mana saja di sepanjang tulang belakang jika
tabung saraf tidak menutup sepenuhnya. Ketika tabung saraf tidak menutup
sepenuhnya, tulang punggung yang melindungi sumsum tulang belakang
tidak terbentuk dan menutup sebagaimana mestinya. Hal ini sering
mengakibatkan kerusakan pada sumsum tulang belakang dan saraf.
EPIDEMIOLOGI
• Spina bifida disebabkan oleh tabung saraf yang tidak berkembang atau tidak
menutup dengan sempurna pada masa kehamilan. Meski begitu, belum diketahui
secara pasti kenapa hal tersebut bisa terjadi.
• Ada beberapa faktor yang dinilai dapat meningkatkan risiko seorang ibu
melahirkan bayi dengan spina bifida, di antaranya:
• Mengalami kekurangan asam folat.
• Memiliki riwayat keluarga dengan spina bifida.
• Memiliki riwayat mengonsumsi obat-obatan anti-kejang, seperti asam valproat.
• Menderita diabetes atau obesitas.
• Mengalami hipertermia pada minggu-minggu awal kehamilan.
KLASIFIKASI
SPINA BIFIDA OKULTA
Foster MR. 2020. Spina Bifida. Accessed 19 october 2021. Available at https://emedicine.medscape.com/article/311113-overview#a1
SPINA BIFIDA OKULTA
• Dalam kondisi ini, tulang belakang menjadi bifid dan kista terbentuk. Meningokel, pembengkakan
kistik pada dura dan arachnoid, menonjol melalui defek spina bifida di lengkung vertebra.
• Spina bifida cystica menyebabkan masalah ketika jaringan tali pusat meluas ke meningokel, dalam
hal ini kista disebut myelomeningocele.
• Bentuk lain dari spina bifida cystica, jenis yang paling parah sebenarnya, adalah varietas myelocele,
atau myeloschisis, di mana pelat saraf terbuka ditutupi secara sekunder oleh epitel dan pelat saraf
telah menyebar ke permukaan.
• Foster MR. 2020. Spina Bifida. Accessed 19 october 2021. Available at https://emedicine.medscape.com/article/311113-overview#a1
SPINA BIFIDA MENINGOCELE
Embriogenesis
Tuba neural (neural tube) terbentuk sejak hari ke-22 pasca fertilisasi yang terdiri dari dua tahapan,
antara lain tahap neurulasi primer dan sekunder. Pada proses neurulasi primer tuba neural menutup
secara bidireksional dari otak belakang mengarah ke tulang belakang. Pada hari ke-24, proses neurulasi
primer selesai menutup hingga lubang bumbung (neuropore) rostral dan pada hari ke-26, lubang
bumbung menutup hingga sakral atas, tepatnya pada bagian lubang bumbung kaudal.
Neurulasi sekunder atau disebut pula sebagai tahap kanalisasi terjadi setelah tahap primer selesai. Pada
tahap ini terjadi perubahan sel blastema mesenkim yang bersifat pluripoten menjadi sel epitel padat
berbentuk batang yang mengalami kanalisasi pada bagian dorsal. Proses ini membentuk tuba neural
sekunder di bagian sakral bawah dan koksigeus, usus belakang (hind gut), saluran genitourinaria
bawah, dan filum terminale.
1. Copp A, Adzick N, Chitty L, Fletcher J, Holmbeck G, Shaw G. Spina bifida. Nature Reviews Disease Primers. 2015;1(1):1-18.
2. Wang H, Wiener J, Ross S, Routh J. Emergent Care Patterns in Patients with Spina Bifida: A Case-Control Study. Journal of Urology. 2015;193(1):268-273.
PATOGENESIS
Terdapat beberapa jenis spina bifida yang berbeda tergantung waktu atau tahap neurulasi yang
mengalami gangguan. Kegagalan fusi lipatan neural pada titik tengah dorsal dapat menyebabkan defek
yang bersifat terbuka atau mengekspos lempeng saraf (neural plate). Biasanya penderita yang
mengalami kondisi tersebut akan mengalami gangguan fungsi neurologis yang parah. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk mendeteksi gangguan fungsi neurologis adalah pemeriksaan nervus
kranialis.
Gangguan pada proses neurulasi sekunder biasa terjadi apabila tuba neural gagal terpisah dengan
jaringan non neural lainnya. Hal ini menyebabkan kelainan spina bifida yang tertutup oleh jaringan
kulit atau biasa disebut sebagai spina bifida okulta.
Penderita spina bifida kerap kali menderita gangguan fungsi neurologis akibat proses neurodegenerasi
sel saraf yang disebabkan oleh paparan tuba neural yang terbuka dengan cairan ketuban. Paparan air
ketuban yang berkepanjangan pada sel saraf menyebabkan perdarahan sel yang berujung pada
terputusnya sambungan akson, serta kematian sel.
1. Copp A, Adzick N, Chitty L, Fletcher J, Holmbeck G, Shaw G. Spina bifida. Nature Reviews Disease Primers. 2015;1(1):1-18.
2. Wang H, Wiener J, Ross S, Routh J. Emergent Care Patterns in Patients with Spina Bifida: A Case-Control Study. Journal of Urology. 2015;193(1):268-273.
MANIFESTASI KLINIS
Children Hospital of Philadelphia. 2021, diakses tanggal 19 Oktober 2021, tersedia di : https://www.chop.edu/conditions-
diseases/spina-bifida
ANAMNESIS
- Setelah bayi lahir, orang tua biasa akan mengeluhkan adanya benjolan, cekungan, atau
kelainan kulit lainnya pada daerah garis tengah vertebra atau punggung.
- Bayi biasa akan tampak letargi, sulit makan, disertai dengan inkoordinasi gerakan
mata, gangguan perkembangan, dan keluhan neurologis lain.
- Seiring dengan berjalannya usia, anak dengan spina bifida biasanya lebih sering
mengalami enuresis nokturnal dan disfungsi saluran kemih.
- Infeksi saluran kemih berulang, penyakit ginjal kronis, dan hipertensi.
- Perubahan perilaku, peningkatan spastisitas, dan deformitas tulang maupun ekstremitas
yang berdampak pada gangguan gerakan.
ANAMNESIS
- Pola makan selama kehamilan, kebiasaan ibu saat hamil, riwayat konsumsi suplemen
asam folat , riwayat konsumsi obat antiepilepsi seperti asam valproat, serta riwayat
penyakit penyerta yang dialami oleh ibu.
- Riwayat keluarga dan kehamilan sebelumnya juga perlu ditanyakan pada ibu terkait
dengan peningkatan risiko terjadinya kondisi spina bifida pada anak yang lahir dari
ibu dengan riwayat melahirkan anak dengan kondisi spina bifida atau neural tube
defect lain sebelumnya atau anggota keluarga mengalami kondisi yang serupa.
PEMERIKSAAN FISIK
- Inspeksi :
• Dilakukan untuk melihat keberadaan abnormalitas kulit, terutama pada garis
tengah punggung.
• Biasa dijumpai adanya benjolan yang tertutup atau tidak tertutup kulit, cekungan,
hiperpigmentasi, atau rambut di daerah kulit tersebut.
- Pemeriksaan neurologis secara lengkap (gangguan pada motorik, sensorik, atau
saraf kranial tergantung lokasi lesi yang terkena). Pemeriksaan juga menunjukkan
adanya lesi pada upper dan lower motor neuron.
- Lesi pada torakal biasanya menunjukkan gejala dominan pada ekstremitas atas dan
leher, sedangkan lesi pada lumbar dan sakral akan memberikan gangguan pada
ekstremitas bawah
PEMERIKSAAN FISIK
Lokasi
Pemeriksaan Neurologis
- Penderita juga kerap kali menunjukkan adanya Lesi
- Terganggunya fungsi ekstremitas atas, tanpa
tanda peningkatan intrakranial akibat Torakal keterlibatan ekstremitas bawah
hidrosefalus, yaitu : - Memiliki keterkaitan dengan gangguan kognitif
• Fontanel yang menonjol - Hilangnya gerakan ekstensi dan abduksi pinggul
- Hilangnya semua gerakan lutut dan pergelangan
• Delikan mata ke atas (sunset eye sign) Lumbar kaki
• Peningkatan lingkar kepala yang didapatkan atas
- Perubahan kekuatan fleksor dan adduktor
dari hasil pengukuran pinggul yang bervariasi
- Hilangnya gerakan plantar fleksor pergelangan
- Peningkatan tekanan intrakranial juga kaki
Lumbar
- Perubahan kekuatan hamstring lateral, abduktor
ditunjukkan dengan papiledema dalam bawah
pinggul, dan dorsifleksor pergelangan kaki yang
pemeriksaan funduskopi bervariasi
Kekuatan fleksor plantar pergelangan kaki
Sakral
bervariasi
- Sakrokoksigeal Teratoma : tumor sel germinal yang berasal dari sisa sel
totipotensial dan berlokasi di presakral.
- Sakral Agenesis : Sakral agenesis adalah kelainan kongenital yang ditandai
dengan adanya kelainan osteologi dari tulang belakang, dimana bagian
sakral tidak terbentuk akibat gangguan perkembangan yang menyebabkan
defisiensi mesoderm kaudal.
- Diastematomyelia : Suatu kelainan kongenital yang ditandai dengan
adanya medula spinalis yang terpisah secara abnormal ke arah
longitudinal.
DIAGNOSIS BANDING
1. Penatalaksanaan Operatif
- Operasi Fetus (Fetal Surgery)
- Operasi Paska Lahir
2. Penatalaksanaan Komplikasi
- Hydrocephalus
- Urologis
- Orthopedik
- Dermatologis
TATALAKSANA
Operasi Fetus
Operasi fetus dengan spina bifida tipe terbuka, meskipun berisiko, merupakan
prosedur yang menjanjikan dalam perbaikan hasil neurologis. Prosedur ini harus
dilakukan sebelum minggu ke-26 kehamilan. Pada prosedur ini, rahim dibuka, dan
sumsum tulang belakang serta meningen janin ditutup dan ditutupi oleh kulit.
Dalam beberapa kasus, prosedur ini dapat dilakukan secara kurang invasif dengan
menggunakan fetoskop.
Romana Richterová, Branislav Kolarovszki and René Opšenák (June 1st 2021). Management of Pediatric Patients with Spina Bifida, Spina Bifida and Craniosynostosis -
New Perspectives and Clinical Applications
TATALAKSANA
Operasi Paska Lahir
Myelomeningikel dan meningikel jika tidak tatalaksana sebelum kelahiran, perlu
ditangani dengan pembedahan sesegera mungkin dalam beberapa hari pertama
setelah melahirkan. Pembedahan dini memberikan peluang yang lebih baik untuk
hasil yang baik. Alasan lain untuk operasi dini adalah mengurangi risiko infeksi
struktur saraf yang terbuka. Selama prosedur pembedahan, ahli bedah menutup
sumsum tulang belakang dan menciptakan lapisan meningeal di sekitar sumsum
tulang belakang dan menutupi cacat dengan lapisan otot dan kulit. Dalam kasus
bayi baru lahir dengan gejala hipertensi intrakranial, ventrikuloperitoneal shunt
dapat segera ditanamkan untuk mengobati hidrosefalus.
- Romana Richterová, Branislav Kolarovszki and René Opšenák (June 1st 2021). Management of Pediatric Patients with Spina Bifida, Spina Bifida and Craniosynostosis
- New Perspectives and Clinical Application
- Attenello FJ, Tuchman A, Christian EA, Wen T, Chang KE, Nallapa S, Cen SY, Mack WJ, Krieger MD, McComb JG. Infection rate correlated with time to repair of
open neural tube defects (myelomeningoceles): an institutional and national study. Childs Nerv Syst 2016; 32: 1675-1681
Penatalaksanaan Komorbid
a. Hidrosefalus
Hidrosefalus dapat muncul saat lahir dengan gejala aktif yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Prosedur
tipikal adalah dengan penyisipan ventriculoperitoneal shunt, di mana cairan serebrospinal dialirkan ke rongga
peritoneum di mana ia diserap. Sistem shunt ini terdiri dari kateter ventrikular, ventil dengan bilik dan kateter peritoneal
distal. Jenis drainase ini paling umum. Jika ada kontraindikasi untuk mengalirkan cairan serebrospinal ke rongga
peritoneum, dapat jarang dialirkan ke rongga pleura, atrium kanan jantung melalui sistem vena dan terkadang ke
kandung empedu. Kemungkinan komplikasi sistem shunt, seperti malfungsi atau infeksi biasanya memerlukan revisi
shunt. Selama pertumbuhan, anak-anak biasanya membutuhkan revisi dengan perpanjangan setidaknya sekali.
b. Urologi
Manajemen urologi terdiri dari obat-obatan, derivasi urin yang tepat dan cukup menggunakan kateter untuk
mengosongkan kandung kemih jika perlu dan beberapa prosedur pembedahan. Pasien dengan kandung kemih yang
terlalu aktif mungkin memerlukan terapi medis antikolinergik. Obat antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran kemih
dan pada kasus yang diindikasikan juga sebagai profilaksis Beberapa pasien juga memerlukan kateterisasi intermiten
bersih – CIC. Prosedur bedah yang digunakan pada pasien ini adalah: augmentasi kandung kemih, saluran kemih yang
dapat dikateterisasi, vesikostomi kulit, operasi saluran keluar kandung kemih untuk kontinensia dan pengangkatan batu
saluran kemih. Teknik manajemen kandung kemih yang digunakan adalah: indwelling catether, CIC, cutaneous
vesicostomy, urostomy ke alat eksternal, kondom kateter dan penggunaan Credé manuver.
- Sileo, F.G., Pateisky, P.,et. al., Long-term neuroimaging and neurological outcome of fetal spina bifida aperta after postnatal surgical repair. Ultrasound Obstet
Gynecol 2019
- Wiener JS, Suson KD, et. al., National Spina Bifida Patient Registry. Bladder Management and Continence Outcomes in Adults with Spina Bifida: Results from the
National Spina Bifida s, 2009 to 2015. J Urol. 2018
c. Ortopedik
Tujuan utama dari perawatan ortopedi pada pasien dengan spina bifida adalah untuk memperbaiki deformitas yang dapat
mencegah pasien menggunakan orthosis untuk ambulasi selama masa kanak-kanak. Komplikasi ortopedi sering terjadi pada
pasien dengan defek tulang belakang, sebagian besar deformitas kongenital. Cacat bawaan yang sering terjadi adalah
kifosis, hemivertebra, dislokasi pinggul teratologis, kaki pengkor dan talus vertikal. Deformitas perkembangan yang didapat
berhubungan dengan tingkat kecacatan dan disebabkan oleh ketidakseimbangan otot, kelumpuhan dan kurangnya
sensitivitas pada ekstremitas bawah, seperti kontraktur, kalkaneus dan cavovarus. Komplikasi ortopedi juga dapat menjadi
konsekuensi dari intervensi bedah misalnya pada sindrom tali pusat pasca operasi.
d.Dermatologis
Masalah kulit sangat umum pada pasien yang menderita spina bifida. Karena sensitivitas kulit terpengaruh pada anak-anak
dan orang dewasa yang lahir dengan spina bifida terbuka, mereka lebih mungkin mengalami berbagai masalah kulit. Tempat
luka tekan yang paling umum adalah sakrum, tuberositas iskiadika, trokanter mayor dan kaki. Komplikasi parah dari
kerusakan kulit dan luka tekan adalah osteomielitis pada tulang di bawahnya. Ketika luka tidak sembuh dengan perawatan
jaringan lunak yang tepat, infeksi dalam yang mendasari harus dicurigai dan didiagnosis dengan temuan laboratorium dan
radiografi. Pengobatan antibiotik diindikasikan, dalam kasus yang lebih parah juga debridement bedah. Kesempatan
terapeutik terakhir pada luka dalam yang tidak sembuh-sembuh yang menyebabkan sepsis adalah amputasi dengan
mempertahankan panjang ekstremitas sebanyak mungkin.
- Swaroop VT, Dias L. Orthopedic management of spina bifida. Part I: hip, knee, and rotational deformities. J Child Orthop. 2009
- Swaroop VT, Dias L. Orthopaedic management of spina bifida-part II: foot and ankle deformities.J Child Orthop. 2011
PROGNOSIS
Prognosis untuk penderita Spina Bifida tergantung pada jumlah dan tingkat
keparahan kelainan. Prognosis paling buruk terdapat pada pasien dengan
kelumpuhan total, hidrosefalus, dan cacat bawaan lainnya. Dengan perawatan yang
tepat, sebagian besar anak dengan Spina Bifida hidup dengan baik hingga dewasa.
INDIKASI RUJUK