Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN KOMPETENSI

GURU
Kelompok 6 :
1. Shafira Asri Kurniawaty
2. Rizka Nur Isnaini
3. Entin Suhartini
4. Viras Dwi Cahyani
5. Nur Syifa Fauziah
6. Nela Arizeni
01 Prinsip-prinsip Pengembangan Profesional
Guru

02 Model Pelatihan PMR : Indomath Program

03 PMRI-PBSI sebagai Model Pengembangan


Guru

04 Hasil PMRI-PBSI
Prinsip-Prinsip Pengembangan Profesional Guru

Memperkenalkan materi kurikulum atau Implementasi PMR merupakan inovasi


pendekatan yang baru memerlukan yang rumit pada kurikulum baru. Karena
strategi efektif untuk dapat membimbing menyangkut pada begaimana mengubah
guru secara bertahap memahami, keyakinan guru, memperkenalkan metode
terampil, dan kompeten dalam baru, dan menggunakan materi kurikulum
menggunakan cara mengajar yang baru. yang baru.

Memperhatikan Pengalaman dan Meningkatkan Penguasaan Materi


Keyakinan Guru Pengembangan
dan Cara Berpikir
Profesional
Guru

Belajar Melalui Latihan di Kelas Cukup Waktu dan Dukungan

Guru Sebagai Siswa Kesesuaian antara Strategi dan


Tujuan
1. Memperhatikan Pengalaman dan Keyakinan Guru

Pengembangan Profesional yang berhasil harus


memberikan kesempatan kepada guru untuk belajar
bagaimana belajar (learning learn).
Upaya untuk membantu guru belajar atau memahami
sesuatu harus mengakui bahwa pengetahuan dan
keyakinan guru mengenai proses belajar mengajar, siswa
dan mata pelajaran, mempunyai peranan yang penting
dalam menentukan apa dan bagaimana mereka
menerapkan teknik belajar yang baru (Borko &
Putnam,1996).

Refleksi merupakan salah satu komponen kunci dalam


pengembengan profesional guru.
Memasukkan refleksi berarti guru tidak diperlakukan sebagai objek
yang diisi dengan pengetahuan dan keterampilan baru, tetapi
sebagau manusia yang berpikir rasional.
Dengan melakukan refleksi sebagai bagian dari strategi pelatihan in
service maka guru dapat memfasilitasi internalisasi pendekatan,
pengetahuan, dan keterampilan yang baru.
2. Belajar Melalui Latihan di Kelas

Guru diberikan kesempatan untuk belajar tentang ide dan


strategi yang baru pada konteks pembelajaran matematika
di kelas mereka sendiri.
Dengan berlatih di kelas dapat memberikan pengaruh
terhadap pengetahuan dan keterampilan guru.

Kombinasi teori, demonstrasi, latihan di kelas, dan umpan


balik memberikan pengaruh terhadap pengetahuan dan
keterampilan guru. (Joyce&Shower, 1995)

Latihan mengajar di kelas dapat meningkatkan pemahaman guru


(Ball dan Cohen 1996)
3. Guru Sebagai Siswa

Menurut Borko dan Putnam (1996) proyek in-service yang


berhasil ialah memperlakukan guru sebagai siswa (learners)
menurut perspektif siswa belajar.

Guru harus diberikan pengalaman diajar dengan


pendekatan yang sama dengan pendekatan yang harus
digunakannya di kelas.

Pendekatan in-service tidak sekadar menceritakan kepada


guru bagaimana pendekatan PMR, tetapi harus memberikan
kesempatan kepada guru belajar matematika dengan cara
yang sama sebagaimana mereka harus mengajarkannya.
4. Meningkatkan Penguasaan Materi dan Cara
Mengajar

Untuk bisa mengajar dengan sukses, guru harus menguasai


materi secara luas dan dalam. Dengan penguasaan materi
yang baik, guru akan lebih percaya diri.

Penguasaan materi harus pula didukung oleh pemahaman


pedagogis yaitu pengetahuan tentang cara
mengajarkannya.

Menurut Loucks-Horsley, dkk (1998) pengembangan


professional guru harus membantu guru mengembangkan
pengetahuan yang dalam (in-depth knowledge) mengenai
bidang ilmu yang diajarkannya serta pengetahuan
pedagogis (content knowledge).
Guru harus memiliki kompetensi dalam mata pelajaran
matematika: ‘He who knows mathematics, knows how to
teach it’ (Boero, Dapueto & Parenti, 1996).
5. Cukup Waktu dan Dukungan

Guru harus diberikan cukup waktu dan dukungan terus-


menerus untuk melakukan refleksi, kolaborasi, dan belajar
berkelanjutan (Borko & Putnam, 1996).

Dari peningkatan penguasaan materi dan pedagogisnya


dalam suatu wadah yang dapat mendukung adanya
kolaborasi dan refleksi.

Berdasarkan analisis data kualitatif dan kuantitatif, Swafford,


dkk (1999) mengungkapkan bahwa persespsi dan
pendekatan guru terhadap kurikulum menjadi lebih
seimbang, pembelajaran menjadi lebih terbuka, mereka
menggunakan pendekatan masalah dalam pengajaran, dan
mereka lebih percaya diri dan mandiri.
6. Kesesuaian antara Strategi dan Tujuan

Setiap program in-service mempunyai suatu tujuan khusus sejalan


dengan kebutuhan guru dan tuntutan pendidikan. Loucks-Horsley, dkk
(1998) mengidentifikasi beberapa tujuan pengembangan professional
guru sesuai dengan strategi yang dijalankan.

Strategi tersebut dipilih secara bijaksana sesuai dengan tujuan


pelatihan in-service, apakah mengembangkan kepedulian,
pengetahuan, membiasakan guru dalam praktik, melatih guru, atau
merefleksi.
Setiap strategi mempunyai tujuan utama dan beberaoa tujuan
sampingan.

Ketika kita berbicara tentang strategi, ini bukan persoalan strategi apa
yang lebih baik dari yang lainnya.
Dengan kombinasi beberapa strategi untuk memperkaya kesempatan
belajar guru.
Model Pelatihan
PMR: IndoMath
IndoMath adalah akronim dari in-
Program service edication for Indonesian
mathematics teachers. IndoMath
Study dilaksanakan di
Yogyakarta mulai dari tahun
1999 hingga 2002, yang
berfokus pada pengembangan
suatu program pelatihan untuk
memperkenalkan PMR kepada
guru-guru SLTP (Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama).
Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu orientasi, pengembangan, dan evaluasi.

Pada tahap pengembangan dilakukan evaluasi


Pada tahap orientasi,
02
formatif terhadap materi pelajaran PMR yang 04 Pada tahap evaluasi (penelitian
dilakukan analisis telah diadaptasi ke konteks Indonesia, dan lapangan yang ketiga) dilakukan
kepustakaan mengenai PMR, evaluasi formatif terhadap model awal program evaluasi mengenai efektivitas
dan analisis materi kurikulum pelatihan. Setelah penelitian lapangan yang program pelatihan dalam
PMR yang sesuai dengan pertama di Indonesia, kegiatan penelitian mencapai tujuan yang diharapkan,
kurikulum matematika SLTP difokuskan pada analisis reflektif terhadap hasil yaitu memahamkan guru-guru
yang berlaku saat ini, dan evaluasi formatif tersebut. Hasil analisis reflektif matematika tentang PMR dan
yang menjanjikan untuk memberikan preskripsi untuk mengadaptasi secara efektif mereka mampu
diadaptasi ke dalam konteks topik-topik yang lain dari materi PMR ke dalam menerapkan pendekatan PMR
Indonesia. konteks Indonesia. dalam pembelajaran matematika
di kelas.
1. Proses Pengembangan dan Evaluasi Program

Tujuan program pelatihan yang didesain adalah membantu guru


memahami PMR dan mempersiapkan mereka secara efektif untuk
PMR dalam praktik mengajar.
Unsur utama dalam workshop adalah strategi yang disebut oleh
Loucks-Horsley, dkk. (1998) immersion in inquiry (terlibat secara
mendalam dalam pencarian), yaitu ;
Guru-guru dalam pengalaman intensif yang memusatkan pada
1 belajar matematika dan mempelajari serta memahami isinya
secara mendalam;

Tujuan pengelaman tersebut adalah untuk melibatkan guru-guru dalam


2 pengalaman langsung tentang aspek pedagogis PMR, yaitu
membimbing siswa menyelidiki soal-soal kontekstual untuk
membangun ide dan konsep Matematik berdasarkan usaha mereka
sendiri;

Hasil dari keterlibatan secara mendalam ini adalah perubahan


3
konsepsi guru tentang sifat pembelajaran matematika.
Dalam program IndoMath, proses refleksi guru dilaksanakan melalu tiga
aspek :
2. Validitas dan Praktikalitas IndoMath Program
Validitas program in-service dijamin berdasarkan proses yang telah dijalani dalam pengembangan program tersebut. Pertama,
studi kepustakaan tentang PMR dan pengembangan profesional guru telah menghasilkan spesifikasi desain dari program in-
service.
Adapun garis-garis besar desain IndoMath Program adalah sebagai berikut :
a. Perhatian yang pertama dalam program diberikan pada upaya untuk membantu guru meningkatkan penguasaan materi dan
cara mengajarkannya (aspek pedagogis).
b. Program harus didukung oleh ketersediaan materi kurikulum PMR yang berkualitas. Dalam pengembangan materi PMR
guru-guru harus dilibatkan sejak awal.
c. Berdasarkan argumen-argumen di atas, program pelatihan terdiri atas tiga komponen, yaitu workshop, praktik mengajar, dan
refleksi. Program pelatihan itu sendiri harus mencerminkan pendekatan PMR agar guru memperoleh pengalaman dan dapat
menggunakannya di kelas
d. Materi kurikulum PMR merupakan bagian integral dari program in-service, dan harus memuat : Informasi umum (persiapan
sebelum mengajar); Serangkaian soal-soal kontekstual; Penyelesaian dan contoh pekerjaan siswa;Komentar tentang
soal/matematika.
e. Program pembelajaran dalam pelatihan harus mencerminkan pembelajaran PMR yang bermakna,
agar guru dapat melihat dan merasakan bagaimana pendekatan tersebut look like in action.
f. Setiap sekolah yang berpatisipasi dalam program pelatihan harus diwakili oleh dua orang guru
agar dapat berkolaborasi dalam praktik mengajar.
Proyek PMRI-PBSI sebagai
upaya reformasi pendidikan
matematika di Indonesia
Proyek PMRI-PBSI
dkerjakan secara professional Sebagai Model
melibatkan tenaga terbaik di
tanah air dari UPI, UNY, USD
Pengembangan Guru
dan UNESA, termasuk empat
doctor pendidikan matematika
yang baru pulang dari Belanda.
Usaha uji coba awal sudah
dimulai sejak akhir 2001,
dilakukan secara terbatas
melalui proyek PGSM Dikti. Ini
dikerjakan di 12 Sekolah Dasar
(4 diantaranya Madrasah
Ibtidaiyah). Uji coba
Ada dua aspek yang bisa dipelajari dari proyek PMRI, yaitu strategi manajemen dan
lokakarya yang efektif.
Dari segi strategi manajemen ada beberapa
faktor yang menjadikan proyek ini berhasil
mendapatkan dukungan dari para guru. Menyelenggarakan lokalkarya nasional
Faktor-faktor tersebut adalah : Perlu dijelaskan bahwa Lokalkarya Nasional
1. Bersifat bottom-up. Kesadaran akan PMRI mengangendakan dua hal, pertama rapat
pentingnya perubahan muncul dari guru Tim PMRI Pusat untuk mengatur dan
sendiri. Segala usaha perbaikan merencanakan strategi pengembangan, dan
diarahkan berdasarkan permasalahan kedua workshop bagi guru-guru. Jadi Lokalkarya
yang muncul di lapangan. Depdiknas Nasional merupakan ajang pertemuan nasional
dan instuisi local hanya sebagai seluruh komponen yang terlibat dalam proyek
fasilitator. PMRI-PBSI, yakni guru-guru matematika,
2. Pengembangan perangkat pembelajaran dosen-dosen LPTK (dari host institutions) dari
(buku siswa, buku guru, LKS dan alat setiap daerah pengembangan (UPI Bandung,
peraga) melibatkan dosen-dosen LPTK UNY, USD daerah pengembangan (UPI
(mathematics teacher aducators) dari Bandung, UNY, USD Yogyakarta, UNESA dan
instuisi seempat dan guru-guru, dengan UNJ), 4 doktor PMRI, kader (young talents),
menggunakan pendekatan development pejabat dinas pendidikan dan departemen
research. Uji coba perangkat agama, dan konsultan Belanda.
pembelajaran dilakukan secara terbatas
sebelum diseminasi dalam ruang lingkup
yang lebih luas.
Hasil Proyek Setelah berjalan hampir tiga tahun,
uji coba dan implementasi PMRI di
PMRI-PBSI beberapa SD menunjukkan hasil
awal yang positif. Guru-guru yang
telah menggunakan PMRI dalam
pembelajaran matematika di sekolah
mereka melaporkan hasil awal yang
positif. Pembelajaran menjadi
menyenangkan, siswa menjadi
termotivasi, terbiasa bekerja sama,
dan saling menghargai.
Selain hasil positif yang dirasakan guru, dalam pelaksanaan uji coba guru-guru juga menemukan
berbagai kendala :

kendala yang berkaitan 02 kendala yang berasal dari naskah 04


dengan pengelolaan kelas kendala tidak adanya
bahan ajar yang belum sempurna standar penilaian
(misalnya jumlah siswa (misalnya, gambar-gambar kurang
terlalu banyak dalam satu (evaluasi) sehingga
menarik, terdapat kesalahan cetak, sukar menilai hasil
kelas, banyak siswa sudah ketidakjelasan perintah, dan
terbiasa dengan cara lama belajar anak.
ketidaksesuaian cerita dalam buku
selalu mengharap penjelasan dengan realitas yang dialami anak).
guru, dan waktu yang
diperlukan dalam
pembelajaran lebih lama).
Thank You

Anda mungkin juga menyukai