Anda di halaman 1dari 15

Obat Anti Virus

Oleh : Sylvia, SSi., Apt.

1
Pendahuluan

Beberapa infeksi virus dapat sembuh dengan sendirinya, terapi


hanya diperlukan untuk memperbaiki gejala saja. Misalnya pada
penyakit influenza dan DBD.

Dalam hal infeksi virus yang membahayakan jiwa, misalnya pada


ensefalitis herper simpleks, hepatitis B dan C, dan lain-lain, maka
diperlukan suatu kemoterapi untuk melawan virus tersebut.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, dimana tahap-tahap replikasi


virus semakin dipahami, maka kemoterapi pada infeksi virus dapat
dicapai dengan efek minimal pada sel hospes.

2
Penggolongan obat Anti Virus

Untuk memudahkan pemahaman, maka obat-obat anti virus digolongkan atas dua
golongan besar yaitu :

1. Antinonretrovirus, yang terdiri dari :


• Antvirus untuk herpes
• Antivirus untuk influenza
• Antivirus untuk HBV dan HCV

2. Antiretrovirus, yang terdiri dari :


• NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inibitor)
• NtRTI (Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor)
• NNRTI (Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor)
• PI (Protease Inhibitor)
• Viral entry inhibitor (Viral Entry Inhibitor)

3
Bagan pengelompokan antivirus

4
5
ANTI NON-RETROVIRUS

1. Anti Virus untuk Herpes


umumnya mengalami bioaktivasi melalui enzim kinase sel hospes atau virus,
menghasilkan senyawa yang dapat menghambat polimerase DNA virus

ASKLOVIR
Merupakan suatu prodrug yang memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi
asiklovir trifosfat. Bekerja dengan menghambat DNA polimerase virus.

Indikasi : Infeksi HSV-1 dan HSV-2, baik lokal maupun sistemik (keratitis herpetik,
herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonaal dan herpes labialis), infeksi VZV
(varicella dan herpes zoster) dengan dosis yg lebih tinggi.

Dosis : Herpes genital : 5 x 200 mg sehari,


Herpes zoster : 4 x 400 mg sehari.
Keratitis herpetik : krim ophtalmik 3%
Herpes labialis ; krim 2%
HSV berat dan infeksi VZV : intravena 30 mg/KgBB per hari

Efek Samping : mual, diare, ruam, sakit kepala, insufisiensi renal dan neurotoksisitas

6
Beberapa derivat dari Asiklovir : Valasiklovir, Gansiklovir, Valgansiklovir,
Pensiklovir, Famsiklovir

FOSKARNET
Merupakan analog organik dari pirofosfat anorganik. Bekerja dengan menghambat
DNA polimerase virus pada tempat ikatan pirofosfat.

Indikasi : retinitis CMV pd pasien AIDS,


infeksi herpes mukokutan yg resisten terhadap asiklovir,
infeksi HSV dan VZV pada pasien immunocompromised.

Efek samping : nefrotoksisitas dan hipokalsemia simtomatik, nekrosis tubuler akut,


glomerulopati, diabetes incipidus nefrogenik dan nefritis interstitial,
abnormalitas metabolik. Efek samping pada SSP : sakit kepala, iritabilitas,
kejang dan halusinasi. ES lain : ruam kulit, demam, mual, muntah, anemia,
leukopenia, gangguan fungsi hati, perubahan EKG dan tromboflebitis

Sediaan : Larutan IV 250 dan 500 mL, kadar 24 mg/mL


terapi induksi retinitis CMV diberikan IV 2 x 90 mg/kgBB tiap 12 jam dg
lama pemberian 1,5-2 jam, atau 3x60 mg/kgBB setiap 8 jam selam 2-3
minggu. Untuk maintenance diberikan foskarnet dalam dosis 120 mg/kgBB
per hari
7
2. Anti Virus untuk Influenza

AMANTADIN dan RIMANTADIN


Efektif hanya untuk influenza A saja. Bekerja dengan menghambat kanal ion pada protein
dan merubah pH intrasel virus.

Indikasi : pencegahan dan terapi awak infeksi virus influenza A


Dosis : tersedia dalam bentuk tablet dan sirup. Dosis Amantadin 200 mg/hari
Efek Samping : gangguan gastrointestinal ringan, ES SSP : gelisah, sulit konsentrasi,
insomnia, hilang nafsu makan.

OSELTAMIVIR dan ZANAMIFIR


Efektif terhadap virus influenza A dan B dengan mekanisme yg sama, yaitu dengan
menginhibisi enzim neuraminidase.

Indikasi : terapi dan pencegahan infeksi virus influenza A dan B


Dosis : Zanamifir per inhalasi 20 mg/hari. selama 5 hari. Oseltamivir per oral 150 mg
per hari, selama 15 hari
Efek Samping : zanamifir umumnya ditoleransi dg baik, ES yg dilaporkan batuk
bronkospame dan penurunan fungsi paru reversibel. ES oseltamifir : mual, muntah, nyeri
abdomen, sakit kepala

8
3. Anti Virus untuk HBV dan HCV

LAMIVUDIN
Merupakan isomer analog dari deoksitidin. Bekerja dengan menghentikan sintesis DNA
dan menghambat polimerase virus.

Indikasi : Infeksi HBV (wild-type dan precore variants)


Dosis : per oral 100mg/hari, anak-anak 1 mg/kgBB, maksimum100 mg/hari. Lama terapi :
1 tahun pada pasien dengan HBaAg negatif.
Efek samping :fatigue, sakit kepala, mual.

ENTEKAVIR
Bekerja dengan menghambat polimerase virus HBV.
Indikasi : infeksi HBV
Dosis : per oral 0,5 mg/hari dalam keadaan perut kosong. Pd pasien gagal terapi dg
lamivudin, dosis Entekavir ditingkatkan menjadi 1 mg/hari
Efek Samping : sakit kepala,infeksi saluran nafas atas, batuk, nasofaringitis, fatigue, pusing,
nyeri abdomen atas dan mual.

9
Anti Retrovirus

1. NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inibitor)


ZIDOVUDIN
Bekerja menghambat enzim reverse transcriptase (RT) HIV.

Indikasi : Infeksi HIV, dg dikombinasi dengan angi-HIV lainnya


Dosis : Kapsul 100mg, tablet 300mg dan sirup 5mg/mL. Dosis per oral
600mg/hari.
Efek samping : anemia, neutropenia, sakit kepala, mual

2. NtRTI (Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor)


TENOFOVIR DISOPROKSIL
Bekerja dengan menghentikan pembentukan rantai DNA virus.

Indikasi : Infeksi HIV, dikombinasi dengan efavienz.


Dosis : peroral sekali sehari 300mg
Efek samping : mual, muntah, fletulens, diare.

10
3. NNRTI (Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor)
NEVIRAPIN
Bekerja menghambat enzin RT pada virus HIV-1

Indikasi : infeksi HIV-1 dengan dikombinasi dengan anti virus lain terutama NRTI
Dosis : peroral 200mg/hari selama 14 hari pertama kemudian 400 mg/hari
Efek samping : ruam, demam, fatigue, sakit kepala

4. PI (Protease Inhibitor)
SAKUINAVIR
Bekerja pada tahap transisi virus

Indikasi : infeksi HIV, dikombinasi dengan anti HIV lainnya


Dosis : per oral 3600 mg/hari (6 x 200 mg soft capsule 3 kali sehari) atau 1800
mg perhari (3 hard gel capsule 3 kali sehari)
Efek samping : diare, mual, nyeri abdomen

5. Viral entry inhibitor (Viral Entry Inhibitor)


ENFUVIRTID
Menghambat masuknya HIV-1 kedalam sel
Indikasi : terapi infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya
Dosis : injeksi subkutan 90 mg /mL
Efek samping : nyeri, eritema,pruritis, iritasi dan nodul/kista
11
PENGGUNAAN KLINIS OBAT ANTI VIRUS

Tujuan utama terapi antivirus


• pada pasien immunokompeten adalah untuk menurunkan tingkat keparahan penyakit
atau komplikasinya dan menurunkan kecepatan transmisi virus.
• Pada pasien dengan infeksi kronik, adalah untuk mencegah kerusakan oleh virus ke
organ viseral terutama hati, paru, saluran cerna dan SSP

Antivirus dapat digunakan untuk tujuan profilaksis, supresi, preemptive atau untuk terapi
suatu penyakit yang sudah jelas

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam terapi antivirus antara lain :


1. Lamanya terapi
2. Pemberian terapi tunggal atau kombinasi
3. Interaksi obat
4. Resistensi

Beberapa penggunaan antivirus dalam berbagai kondisi klinis :


1. Infeksi HSV (herpes simpleks virus)
Herpes Genitalia
Obat-obat yang biasa digunakan yaitu Asiklovir, Valasiklovir dan Famsiklovir

12
2. Herpes mukokutan
obat standar untuk penyakit ini adalah asiklovir intravena
terapi alternatif : pensiklovir intravena 5mg/kgBB setiap 8 sampai 12 jam

3. Cacar Air (Chicken pox)


terapi denga asiklovir 24 jam setelah ruam timbul

4. Infeksi Saluran Nafas oleh Virus


Amantadin dan Rimantadin diberikan dalam 48 jam setelah gejala muncul
oseltamivir dan zanamivir efektif untuk mengatasi infeksi virus influenza A dan B

5. Avian influenza (flu burung)


untuk terapi maupun profilaksin infeksi oleh viru H5N1, digunakan Oseltamivir atau
Zanamivir

6. HBV dan HCV


antivirus yang sudah disetujui untuk Hepatitis B adalah Lamivudin, Adefovir dan
Interferon- α.
Tujuan terapi adalah untuk mencegah terjadinya sirosis atau karsinome hepatoseluler,
diharapkan terjadi eradiksi virus, minimal supresi.

13
7. HIV-AIDS
terapi HIV-AIDS saat ini adalah dengan mengkombinasi beberapa anti-retrovirus
dengan tujuan mengurangi viral load (jumlah virus dlaam darah) agar menjadi sangat
rendah.

Terapi kombinasi untuk HIV-AIDS lebih baik daripada monoterapi, karena :


 menghindari/menunda resistensi obat atau memperluas cakupan terhadap virus
dan memperlama efek
 Meningkatkan efikasi karena adanya efek aditif sinergistik
 Meningkatkan efek reservoir jaringan /seluler virus
 Gangguan diharapkan terjadi pada beberapafase hidup virus
 Menurunkan toksisitas, karen dg kembinasi dosis masing-masing obat jadi lebih
rendah

14
Regimen kombinasi obat anti-retrovirus yang diusulkan untuk terapi
HIV-AIDS di Indonesia (Depkes RI 2003) :

Satu dari Kolom A dan salah satu dari Kolom B


Kolom A Kolom B
Nevirapin Zidovudin + Didanosin
Nelvinafir Didanosin + Lamivudin
Stavudin + Didanosin
Zidovudin + Lamivudin
Stavudin + Lamivudin

15

Anda mungkin juga menyukai