Anda di halaman 1dari 79

Termokimia

ASAS KEKEKALAN ENERGI


Kayu dan gas LPG menyimpan sejumlah energi, yang disebut energi kimia.
Ketika bahan-bahan tersebut terbakar, sebagian energi kimia yang tersimpan di
dalamnya berubah menjadi kalor. Asas kekekalan energi disebut juga hukum pertama
termodinamika.

1. Sistem dan Lingkungan


Reaksi atau proses yang sedang menjadi pusat perhatian kita disebut sistem.
Segala sesuatu yang berada di sekitar sistem, yaitu dengan apa sistem tersebut
berinteraksi, disebut lingkungan. Selanjutnya, transfer (pertukaran) energi antara sistem
dan lingkungan dapat berupa kalor (q) atau bentuk energi lainnya yang secara kolektif
kita sebut kerja (w).
Sistem tertutup: dapat
Sistem terbuka: dapat mengalami pertukaran energi, Sistem terisolasi: tidak dapat
mengalami pertukaran materi tetapi tidak mengalami mengalami pertukaran materi
dan energi dengan lingkungan. pertukaran materi dengan dan energi dengan lingkungan.
lingkungan.
2. Tanda untuk Kalor dan Kerja

Sistem menerima kalor, q bertanda


positif (+).

Sistem membebaskan kalor, q


bertanda negatif (–).

Sistem melakukan kerja, w bertanda


negatif (–).

Sistem menerima kerja, w bertanda


positif (+).
3. Energi Dalam (E )

Energi kinetik adalah energi yang Jumlah energi yang dimiliki oleh suatu zat
berkaitan dengan gerakan molekul- atau sistem disebut energi dalam (internal
molekul sistem, sedangkan bentuk energy) dan dinyatakan dengan lambang E.
energi lain yang tidak berhubungan dengan perubahan energi dalam ( ΔE),
dengan gerak disebut energi yaitu selisih antara energi-energi dalam
produk (EP) dengan energi pereaksi (ER).
potensial.

EP = energi dalam produk dan


ER = energi dalam reaktan atau pereaksi.
4. Kalor Reaksi: Δ E dan Δ H

Perubahan energi dalam yang menyertai reaksi adalah Δ E = E1 – E2.


Perubahan energi dalam tersebut akan muncul sebagai kalor dan/atau kerja

jika reaksi berlangsung pada sistem tertutup dengan volume tetap, Dinyatakan
dengan qV, maka:

jika reaksi berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan tetap (tekanan
atmosfer), dinyatakan dengan qP, maka:
Kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap dikaitkan dengan sifat lain
dari sistem, yaitu entalpi yang dinyatakan dengan lambang (H).

Besaran untuk menyatakan kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap,
yaitu sama dengan perubahan entalpinya.

Karena sebagian besar reaksi berlangsung pada tekanan tetap, yaitu tekanan
atmosfer, maka kalor reaksi biasanya dinyatakan sebagai perubahan entalpi (Δ H).
5. Reaksi Eksoterm dan Endoterm

Reaksi eksoterm sebagai reaksi yang membebaskan kalor, sedangkan reaksi


endoterm sebagai reaksi yang menyerap kalor.

Perubahan entalpi (Δ H), yaitu selisih antara entalpi produk dengan entalpi
pereaksi (HP – HR) bertanda positif.
Entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu,
perubahan entalpinya bertanda negatif.

Diagram tingkat energi untuk reaksi (a)


endoterm dan (b) eksoterm.
6. Persamaan Termokimia

Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi yang mengikutsertakan


perubahan entalpinya. Nilai H yang dituliskan pada persamaan termokimia
disesuaikan dengan stoikiometri reaksi. Contoh 1 mol air dari gas hidrogen dengan
gas oksigen dibebaskan 286 kJ ( = - 286 kJ ).

( Jika koefisien reaksi dikalikan dua, nilai Δ H reaksi juga harus dikalikan dua).
ENTALPI MOLAR
1. Entalpi Pembentukan Standar (Δ Hf° = Standard Enthalpy of Formation)
Jika pengukuran dilakukan pada keadaan standar (298 K, 1 atm) dan semua
unsur-unsurnya dalam bentuk standar, perubahan entalpinya disebut entalpi
pembentukan standar (Δ Hf°), dinyatakan dalam kilojoule per mol (kJ mol–1). Dua hal
yang perlu diperhatikan berkaitan dengan entalpi pembentukan, yaitu bahwa:
Dibentuk dari
Zat yang dibentuk
unsurnya dalam
adalah 1 mol, dan
bentuk standar.

Entalpi
pembentu
kan dari
beberapa
zat.
2. Entalpi Peruraian Standar (Δ Hc° = Standard Enthalpy of Dissociation)

Reaksi peruraian merupakan kebalikan dari reaksi pembentukan. Oleh karena


itu, sesuai dengan azas kekekalan energi, nilai entalpi peruraian sama dengan entalpi
pembentukannya, tetapi tandanya berlawanan

3. Entalpi Pembakaran Standar (Δ Hc° = Standard Enthalpy of Combustion)

Pembakaran dikatakan sempurna jika:


• Karbon (C) terbakar menjadi CO2,
• Hidrogen (H) terbakar menjadi H2O, dan
• Belerang (S) terbakar menjadi SO2.
Perubahan entalpi pada pembakaran sempurna 1 mol suatu zat yang diukur
pada 298 K, 1 atm disebut entalpi pembakaran standar dan dinyatakan dengan Hc°
(standard enthalpy of combustion).
Entalpi pembakaran dari beberapa zat pada 298 K, 1
atm.
Contoh:
4. Berbagai Entalpi Molar Lain

Terdapat berbagai entalpi molar lain, seperti entalpi penetralan, entalpi


peleburan, entalpi penguapan, dan entalpi pelarutan.

Entalpi penetralan adalah perubahan entalpi pada penetralan asam


(H+) oleh basa (OH–) membentuk 1 mol air.

Entalpi peleburan adalah perubahan entalpi pada perubahan 1 mol


zat dari bentuk padat menjadi bentuk cair pada titik leburnya.

Entalpi pelarutan adalah perubahan entalpi pada pelarutan 1 mol


zat.

Semua entalpi molar dinyatakan dalam kJ mol–1.


PENENTUAN ENTALPI REAKSI
1. Kalorimetri
q = jumlah kalor (J),
m = massa air (larutan) di dalam
kalorimeter (g),
c = kalor jenis air (larutan) di dalam
kalorimeter (J g–1 °C–1 atau J g–1 K–1),
C = kapasitas kalor dari bom
kalorimeter (J °C–1 atau J K–1), dan
T = kenaikan suhu larutan
(kalorimeter) (°C atau K).

Cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan kalorimeter


disebut kalorimetri. dapat menentukan jumlah kalor yang diserap oleh
air serta perangkat kalorimeter berdasarkan rumus berikut.
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi
sama dengan kalor yang diserap oleh air (larutan) dan bom, tetapi tandanya berbeda.

Jadi, kalor reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap atau yang dilepaskan
larutan, sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan diabaikan.

Bagan kalorimeter bom


yang digunakan untuk
reaksi-reaksi
pembakaran.
Contoh :
2. Hukum Hess

Hukum Hess berkaitan dengan reaksi-reaksi yang dapat dilangsungkan


menurut dua atau lebih cara. Reaksinya dapat dilangsungkan menurut dua cara
sebagai berikut.
Cara-1: Reaksi satu tahap, dan cara-2 reaksi 2 tahap. Henry Hess menemukan
bahwa kalor reaksi dari kedua cara tersebut adalah sama.
Hukum Hess, yaitu “Kalor reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan
keadaan akhir, tidak pada lintasan”. Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk
diagram siklus atau diagram tingkat energi
3. Penentuan Kalor Reaksi Berdasarkan Hukum Hess

Berdasarkan hukum Hess, kalor reaksi dapat ditentukan secara tidak


langsung, artinya tidak melalui suatu percobaan, tetapi dari kalor reaksi-reaksi lain yang
berhubungan.

4. Penentuan Kalor Reaksi Berdasarkan Data Entalpi Pembentukan

Kalor suatu reaksi dapat juga ditentukan berdasarkan data entalpi


pembentukan zat pereaksi dan produknya. Dalam hal ini, zat pereaksi dianggap terlebih
dahulu terurai menjadi unsur-unsurnya, kemudian unsur-unsur tersebut bereaksi
membentuk zat produk.
Contoh :
5. Penentuan Kalor Reaksi Berdasarkan Energi Ikatan a.

Pengertian energi ikatan


Energi yang diperlukan
untuk memutuskan ikatan kimia
antara dua atom sehingga
terbentuk radikal-radikal bebas
disebut energi ikatan.

energi yang diperlukan


untuk memutuskan molekul
tersebut sehingga menjadi atom-
atom bebasnya disebut energi
Beberapa energi berbagai jenis
atomisasi. ikatan kovalen (dalam kJ mol–1).
Energi ikatan rata-rata

Molekul biner yang terdiri atas tiga atau lebih atom mempunyai dua atau lebih
ikatan. Untuk molekul seperti itu digunakan pengertian energi ikatan rata-rata.

Contoh metana, mengandung 4 ikatan C–H. Pemutusan satu per satu ikatan C–H dari
molekul CH4 memerlukan energi yang berbeda.
Untuk memutuskan keempat ikatan dalam CH4 diperlukan 1664 kJ. Maka =
6. Menentukan Δ H Reaksi Berdasarkan Data Energi Ikatan

Reaksi kimia antarmolekul dapat dianggap berlangsung dalam dua tahap,


yaitu sebagai berikut.
• Pemutusan ikatan pada pereaksi
• Pembentukan ikatan pada produk

Δ H reaksi = energi ikatan pada pereaksi (ikatan yang putus) dikurangi dengan
energi ikatan pada produk (ikatan yang terbentuk).
Contoh

Pada diagram diatas, perubahan entalpinya dihitung sebagai berikut =

1 mol H–H = 436 kJ


1 mol Cl–Cl = 242 kJ
Jumlah energi ikatan yang putus = 436 kJ + 242 kJ = 678 kJ
ENERGI BAHAN BAKAR
Nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar.
ELEKTROKIMIA
ELEKTROKIMIA

Cabang ilmu kimia


yang mempelajari Reaksi Reaksi redoks,
penyetaraan reaksi
energi kimia dan redoks, sel volta,
energi listrik Redoks sel elektrolisis
SEL ELEKTROKIMIA
SEL GALVANI/VOLTA SEL ELEKTROLISIS

• Terjadi perubahan energi • Pemanfaatan energi listrik


kimia menjadi energi untuk menghasilkan suatu
listrik reaksi kimia
• Anode (-) : reaksi oksidasi • Anode (+) : reaksi oksidasi
• Katode (+) : reaksi reduksi • Katode (-) : reaksi reduksi
REAKSI REDOKS SPONTAN
NOTASI SEL VOLTA
Nilai
POTENSIAL
SEL
STANDAR
Kekuatan daya pereduksi dan daya
pengoksidasi
SUATU REAKSI REDOKS DAPAT
BERLANGSUNG SPONTAN APABILA

Eosel = Eokatode  Eoanode atau Eosel = Eored  Eooks


latihan
PERSAMAAN NERST
• Apabila larutan tidak dalam keadaan standar, maka hubungan
antara potensial sel (Esel) dengan potensial sel standar (E°sel) dapat
dinyatakan dalam persamaan Nerst

Esel = potensial sel pada keadaan tidak standar


E°sel = potensial sel pada keadaan standar
R = konstanta gas ideal = 8,314 J/mol.K
T = suhu mutlak (K) [dalam hal ini, kita menggunakan temperatur kamar, 25°C
atau 298 K]
n = jumlah mol elektron yang terlibat dalam redoks
F = konstanta Faraday = 96500 C/F
Q = rasio konsentrasi ion produk terhadap konsentrasi ion reaktan
Penerapan sel galvani/ sel volta dalam
kehidupan sehari-hari

Anode:
serbuk seng
KOROSI BESI

Besi akan berkarat jika kontak dengan air


atau udara yang jenuh dengan uap air.
Komposisi utama karat besi adalah besi(III)
oksida terhidrat, Fe2O3.xH2O.
Pembentukan karat besi dipercepat oleh
G
A
L
V
A
N
I
S
A
S
PERLINDUNGAN KATODIK PADA
PIPA AIR BAWAH TANAH
SEL ELEKTROLISIS

a.Spesi yang mengalami reduksi di


katode adalah spesi yang potensial
reduksinya paling besar.
b.Spesi yang mengalami oksidasi di
anode adalah spesi yang potensial
oksidasinya paling besar.
ELEKTROLISIS LELEHAN natrium klorida
Hukum faraday i
• “Massa zat yang dihasilkan pada suatu
elektrode selama elektrolisis berbanding
lurus dengan jumlah muatan listrik yang
digunakan”
HUKUM FARADAY II
• Massa zat yang dihasilkan pada suatu
elektrode selama elektrolisis berbanding
lurus dengan massa ekivalen zat tersebut .
Reaksi Redoks
dan
Elektrokimia
PENYETARAAN REAKSI REDOKS
Tentukan atom-atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.

Setarakan atom-atom yang berubah bilangan oksidasinya.

Cara Tentukan jumlah kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi.


Bilangan
Oksidasi
Setarakan jumlah kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi.

Setarakan muatan dengan menambahkan ion H+ pada suasana asam


dan ion OH– pada suasana basa.

Setarakan atom hidrogen dengan menambahkan molekul H2O.


Pecah reaksi menjadi dua reaksi, yaitu oksidasi dan reduksi secara terpisah.

Tambahkan jumlah elektron yang dilepas (pada reaksi oksidasi) dan elektron yang diikat (pada
reaksi reduksi).
Cara Ion
Elektron Setarakan muatan dengan menambahkan ion H+ dalam suasana asam dan ion OH– dalam
suasana basa.
atau
Setengah Setarakan jumlah atom H dengan menambahkan molekul H2O.
Reaksi
Setarakan jumlah elektron yang dilepas dan elektron yang diikat.

Jumlahkan reaksi oksidasi dan reduksi.


Contoh soal...

Jawab:
Atau dengan cara lain seperti contoh ini
REAKSI ASAM BASA
TEORI ASAM BASA
Teori Asam Basa ARRHENIUS

Konsep asam dan basa sudah dikenal sejak abad


18-an. Untuk pertama kalinya, pada tahun 1884
seorang ilmuwan Swiss, Svante August
Arrhenius, Mengemukakan suatu teori tentang
asam basa.
Arrhenius berpendapat bahwa dalam air, larutan asam dan basa akan
mengalami penguraian menjadi ion-ionnya.

Asam merupakan zat yang di dalam air dapat melepaskan ion hidrogen (H+).

Basa merupakan zat yang di dalam air dapat melepaskan ion hidroksida (OH–).

HA(aq) → H+ (aq) + A–(aq)


Asam Ion hidrogen

B(aq) + H2O(l) BH +(aq) + OH–(aq)


Basa Ion hidroksida
Teori ini cukup rasional, akan tetapi setelah beberapa saat, para ahli kimia
berpendapat bahwa ion H+ hampir tidak bisa berdiri sendiri dalam larutan.
Hal ini dikarenakan ion H+ merupakan ion dengan jari-jari ion yang
sangat kecil. Oleh karena itu, ion H+ terikat dalam suatu molekul air dan
sebagai ion oksonium (H3O+).

Sehingga reaksi yang benar untuk senyawa asam di dalam air adalah sebagai berikut.
HA(aq) + H2O(aq)→ H3O+(aq) + A–(aq)
Asam Ion oksonium

Akan tetapi, ion H3O+ lebih sering ditulis ion H+, sehingga penulisannya menjadi
seperti berikut.
HA(aq) H2O H+(aq) + A–(aq)
Teori Asam Basa Bronsted-Lowry

Johannes N. Bronsted adalah seorang ahli


kimia dari Denmark.
Teori asam basa yang lebih luas, tidak
hanya terbatas pada senyawa asam basa
dalam pelarut air dikemukakan oleh
Johannes N. Bronsted dan Thomas M.
Lowry yang bekerja secara terpisah pada
tahun 1923. Keduanya menyatakan bahwa
reaksi asam basa melibatkan transfer
proton (H+).
Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah senyawa yang dapat memberikan
proton (H+) kepada basa (donor proton), basa adalah senyawa yang dapat
menerima proton (H+) dari asam (akseptor proton).

Perhatikan reaksi berikut.

CH3COOH(aq) + H2O(l) → CH3COO(aq) + H3O+(aq)

Dari reaksi di atas terlihat bahwa CH3COOH memberi 1 proton (H+) kepada H2O,
sehingga CH3COOH bersifat sebagai asam dan H2O bersifat sebagai basa.

Bronsted-Lowry menyatakan :
Jika suatu asam memberikan proton (H+), maka sisa asam tersebut berkemampuan
untuk bertindak sebagai basa. Sisa asam tersebut dinyatakan sebagai basa konjugasi.
Demikian pula untuk basa, jika suatu basa dapat menerima proton (H+), maka zat yang
terbentuk berkemampuan sebagai asam disebut asam konjugasi.
Perhatikan reaksi di bawah ini.

Pasangan asam basa konjugasi

HCOOH(aq) + H2O(l) → HCOO–(aq) + H3O+(aq)


Asam basa basa konjugasi asam konjugasi

Pasangan asam basa konjugasi

Pasangan asam basa konjugasi

NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq)


Basa asam asam konjugasi basa konjugasi

Pasangan asam basa konjugasi


INDIKATOR ASAM DAN BASA

Indikator adalah zat yang dapat memberikan


warna yang berbeda dalam larutan yang
bersifat asam maupun basa
ASAM KUAT DAN ASAM LEMAH
Menentukan Konsentrasi [H+ ] Pada Larutan
Asam Lemah
BASA KUAT DAN BASA LEMAH

Menentukan Konsentrasi [OH-] Pada


Larutan Basa Lemah
PENGARUH PENGENCERAN TERHADAP NILAI pH
Jika pengenceran dilakukan terhadap larutan yang bersifat
asam, maka pH larutan hasil pengenceran akan semakin tinggi.

Jika pengenceran dilakukan terhadap larutan yang bersifat basa,


maka pH larutan hasil pengenceran akan semakin rendah.
REAKSI PENETRALAN
Jika dalam suatu larutan terdapat ion H+ dan ion OH– dalam jumlah yang sama maka
akan tepat bereaksi membentuk air (H2O) yang disebut dengan reaksi penetralan.
Contoh reaksi Asam (3) + Basa (1,2,3)
1. H3PO3 + 3KOH → K3PO3 + 6H2O
Asam (1) + Basa (1,2,3) 2. 2H3PO4 + 3Cu(OH)2 → Cu3(PO4)2 + 6H2O
1. HCl + NaOH → NaCl + H2O 3. H3PO4 + Al(OH)3 → AlPO4 + 3H2O
2. 2HBr + Ca(OH)2 → CaBr2 + 2H2O
3. 3HClO4 + Al(OH)3 → Al(ClO4)3 + 3H2O
Catatan
Asam (1) memiliki ion H+ sebanyak 1
Asam (2) + Basa (1,2,3)
Asam (2) memiliki ion H+ sebanyak 2
1. H2SO4 + 2NaOH → Na2SO4 + 2H2O
Asam (3) memiliki ion H+ sebanyak 3
2. H2CO3 + Ca(OH)2 → CaCO3 + 2H2O
3. 3H2SO3 + 2Fe(OH)3 → Fe2(SO4)3 + 6H2O
Asam (1) + Oksida Basa (1,2,3) Asam (3) + Oksida Basa (1,2,3)
1. 2HNO3 + Na2O → 2NaNO3 + H2O 1. 2H3PO4 + 3Li2O → 2Li3PO4 + 3H2O
2. 2HClO3 + MgO → Mg(ClO3)2 + H2O 2. 2H3PO3 + 3CuO → Cu3(PO3)2 + 3H2O
3. 3HBr + Fe(OH)3 → FeBr3 + 3H2O 3. 2H3PO4 + Fe2O3 → 2FePO4 + 3H2O

Asam (2) + Oksida Basa (1,2,3) Catatan


1. H2SO4 + K2O → K2SO4 + H2O Basa (1) memiliki ion OH– sebanyak 1
2. H2SO3 + BaO → BaSO3 + H2O Basa (2) memiliki ion OH– sebanyak 2
3. 3H2C2O4 + Al2O3 → Al2(C2O4)3 + 3H2O Basa (3) memiliki ion OH– sebanyak 3
Perbedaan sifat asam & basa
No Asam Basa
1 Senyawa bersifat korosif Senyawa basa bersifat kaustik
2 Sebagian besar reaksi dgn Terasa licin di tangan
logam menghasilkan H2
3 Senyawa asam memiliki Senyawa basa terasa pahit
rasa asam
4 Dapat mengubah warna zat Dapat mengubah warna zat
yg dimiliki oleh zat lain (dpt lain (warna yg dihasilkan
dijadikan indikator ) berbeda dgn asm )
5 Menghasilkan ion H+ dalam Menghasilkan ion OH- dalam
air air
MENGHITUNG pH CAMPURAN ASAM DAN BASA
Reaksi antara asam kuat dengan basa kuat dapat dituliskan sebagai reaksi ion H+
dengan ion OH–, dalam hal ini ion H+ mewakili asam dan ion OH– mewakili basa.

Untuk menentukan pH hasil reaksi antara asam dan basa, ada 3 hal yang harus
diperhatikan antara lain :
1. Jika mol H+ = mol OH– maka campuran bersifat netral dan pH = 7
2. Jika mol H+ > mol OH– maka campuran bersifat asam dan pH < 7 (konsentrasi
H+ dalam campuran ditentukan oleh jumlah H+ yang bersisa)
3. Jika mol H+ < mol OH– maka campuran bersifat basa dan pH > 7 (konsentrasi
OH– dalam campuran ditentukan oleh jumlah OH– yang bersisa)
Warna lakmus dlm larutan asam,basa dan
garam

No Indikator L. asam L. Basa L. Netral


1 Lakmus merah(LM) Merah Biru Merah
2 Lakmus biru (LB) Merah Biru Biru
3 Metil merah (MM) Merah Kuning Kuning
4 Metil jingga (MO) Merah Kuning Kuning
5 Fenolftalin (PP) TB merah TB
Basa Keras dan Lunak
Ligan-ligan dengan atom yang sangat elektronegatif dan
memiliki ukuran kecil merupakan basa keras (misalnya :
OH - , F - )

sebaliknya ligan-ligan dengan atom yang elektron


terluarnya mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari
luar merupakan basa lemah (misalnya : S2O32- , I- ).
Asam Keras dan Lunak
Sedangkan ion-ion logam yang berukuran kecil, bermuatan positif
besar, elektron terluar tidak mudah dipengaruhi oleh ion lain dari
luar, dikelompokkan ke dalam asam keras (contohnya : H+,Si4+)

sebaliknya ion-ion logam yang berukuran besar,


bermuatan kecil atau nol, elektron terluarnya mudah
dipengaruhi oleh ion lain, dikelompokkan ke dalam asam
lemah (contohnya : Ag+ , Cd2+ ).
Tabel Klasifikasi Asam Keras, Lunak,
dan Intermediet
Asam Keras Asam Lunak Intermediet
Li + , Na + , K + , Rb + Tl + , Cu + , Ag + , Au +

Be 2+ , Mg 2+ , Ca 2+ , Sr 2+ , Sn Hg 2+ , Cd 2+ , Pd 2+ , Pt Pb2+ , Fe 2+ , Co 2+ , Ni
2+ , Mn 2+ , 2+ 2+ , Cu 2+

Zn 2+

Al 3+ , Ga 3+ , In 3+ , Sc 3+ , Cr 3+ Tl 3+ Ru 3+ , Rh 3+ , Ir 3+
, Fe 3+ , Co 3+ ,Y 3+

Th 4+ , Pu 4+ , Ti 4+ , Zr
4+

[VO] 2+ , [VO 2 ] +
Tabel Klasifikasi Basa Keras, Lunak,
dan Intermediet
Basa Keras Basa Lunak Intermediet
F - , Cl - I-, H-, R- Br-
[OH] - , [RO] - , [RCO 2 ] [CN]- , [RS]- , [N3 ]- , [NO2 ] - ,
- ,m[CO ] 2- , [NO ] - , [SCN] [SO3 ] 2-
3 3
3-
[PO 4 ] , [SO 4 ] ,2-

[ClO 4 ] -
H2O, ROH, R2O, CO, RNC, RSH, R2S, C6H5NH2
NH3, RNH2 R3P, R3As,
R3Sb

Anda mungkin juga menyukai