Anda di halaman 1dari 15

TRAUMA VASKULAR

Pembimbing :
dr. Maulidya Ayudika D., Sp.BTKV
Oleh :
Arifin M. Siregar 140100162
Maruli Liasna 140100215
Febriana Rahmadani 140100162
Mitra Khairani 140100005
Nanda Reza Javanda 140100145
DEFINISI
 Trauma vaskular merupakan cedera yang diakibatkan luka tusuk
maupun cedera yang diakibatkan oleh benda tumpul, serta cedera
akibat terjepit dan cedera akibat radiasi yang menyerang
pembuluh darah.
 Trauma vaskular dapat melibatkan pembuluh darah arteri dan vena.
 Perdarahan yang tidak terdeteksi atau tidak terkontrol dengan cepat
akan mengarah kepada kematian pasien, atau bila terjadi iskemia
akan berakibat kehilangan tungkai, stroke, nekrosis dan kegagalan
organ multipel.
ETIOLOGI
 Trauma tajam :
Luka bacok, luka tusuk, luka tembak.

 Trauma tumpul :
Benturan langsung, pada fraktur pembuluh darah dapat
terjepit atau tertarik melampaui daya elastisitasnya.

 Komplikasi dari prosedur invasif:


Arteriografi dan kateterisasi jantung.
 Trauma vaskular sering terdapat bersamaan dengan trauma organ lain
seperti fraktur atau dislokasi pada ekstremitas.

 Bentuk trauma vaskular biasanya tangensial atau transeksi komplit.

 Perdarahan akan menjadi lebih berat pada lesi arteri yang inkomplit,
sedangkan pada pembuluh yang putus seluruhnya  terjadi retraksi dan
konstriksi pembuluh darah  mengurangi atau menahan perdarahan.

 Trauma arteri dan vena yang bersamaan dapat menyebabkan


terbentuknya fistula arteriovena.
EPIDEMIOLOGI
 Trauma vaskular perifer mencakup 80% dari total kasus trauma
vaskular dan terjadi pada ekstremitas bawah.
 Risiko kematian yang disebabkan trauma akibat kecelakaan
adalah populasi pria : wanita  7 : 1.
 Rata-rata berumur 25-44 tahun, karena mereka sering
melakukan aktivitas yang juga berisiko tinggi.
 Penyebab kematian karena kecelakaan di antaranya adalah
kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, terbakar, tertembak,
dan terkena benda tajam.
 Penyebab trauma vaskular : luka tembak kecepatan tinggi (70-
80%), luka tusuk (10-15%), dan luka tumpul (5-10%).
DIAGNOSIS
10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pulse oxymetry, doppler ultrasound atau duplex ultrasound untuk menentukan
lesi vaskular, tapi belum memberikan hasil yang memuaskan.

 Arteriografi dilakukan bila terdapat keraguan diagnosis pada reeksplorasi atau


pasca operasi. Arteriografi juga dianjurkan pada trauma luas untuk mengetahui
lesi vaskular yang multiple dan kondisi kolateral yang ada.

 Angiografi berguna untuk mengevaluasi luasnya trauma, sirkulasi distal, dan


perencanaan operasi. Akurasi angiografi cukup tinggi, yakni 92-98%. Alat ini
terutama berguna untuk mendiagnosis trauma arteri minimal yang dapat luput
dari pengamatan karena minimalnya gejala klinis yang ditampilkan. Indikasi
untuk melakukan angiografi di antaranya trauma tumpul yang signifikan pada
ekstremitas yang berhubungan dengan dislokasi dan fraktur, tanda-tanda
iskemia atau ABI < 1, atau trauma penetrasi multipel pada ekstremitas, dan
adanya tanda defisit neurologis.
 USG Doppler dapat merekam pantulan gelombang suara yang
ditimbulkan oleh sel darah merah sehingga dapat menilai aliran
darah, dapat menilai hasil sesudah anastomosis arteri.

 USG color-flow duplex (CFD) telah disarankan sebagai


pengganti ataupun tambahan pemeriksaan arteriografi.
Keuntungannya adalah sifatnya yang noninvasif, tidak
menimbulkan nyeri dan alat ini portabel.
TATALAKSANA
Golden period pada lesi vaskular adalah 6-12 jam.
Tujuan akhir dari rekonstruksi pada trauma vaskular adalah untuk
menurunkan angka amputasi.
Untuk mencegah hal ini yang dapat kita lakukan adalah:
a. Secepat mungkin mengenal dan memberikan perawatan
b. Arterigrafi preoperatif dan intraoperatif dipertimbangkan sebaik
mungkin
c. Mengerjakan trombektomi ke bagian proksimal dan distal
d. Pemakaian heparin yang sepantasnya
e. Mengutamakan vena autogen sebagai graft.
(Penanganan darurat)
‐ Penekanan langsung terhadap sumber perdarahan.
‐ Elevasi, mengangkat bagian yang mengalami trauma lebih tinggi dari pada posisi jantung.
Hal ini dapat membantu mengurangi atau menghentikan perdarahan vena.
‐ Pemasangan tourniquet apabila ekstremitas bagian distal tidak bisa diselamatkan
(Pemasangan turniket tidak boleh dilakukan karena dapat merusak sistem kolateral
yang ikut terbendung).

(Penanganan definitif)
Reparasi cedera pembuluh darah dapat dilakukan dengan:
1. Lateral suture patch angioplasty,
2. End-to-end anastomosis,
3. Interposition graft, dan
4. Bypass graft.
Extra-anatomic bypass graft berguna pada pasien dengan cedera jaringan lunak ekstensif
atau sepsis.
KOMPLIKASI

‐ A. Segera pasca operasi :


‐ Trombosis, infeksi, dan stenosis

‐ B. Lama setelah trauma berlalu tanpa tindakan yang


adekuat : Fistula arteri-vena dan aneurisma palsu

Anda mungkin juga menyukai