5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari cidera vaskuler bervariasi tergantung tempat dan mode cidera termasu
perdarahan, memar, pembengkakan, nyeri, dan mati rasa.
6. Pemeriksaan Penunjang
- Indeks Arterial Pressure
Pemeriksaan indeks arterial pressure dinyatakan abnormal jika kecil dari 0,9.
Inidiukur dengan membandingkan tekanan sistolik ditempat yang cedera dibandingkan dengan
tempat yang normal dengan menggunakan Doppler, keakuratannya mencapai 95%. Data terakhir
menunjukkan bahwa sensitifitas 72.5%, spesifisitas 100%, positive predictive value 100%,
negative predictive value 96%. Keterbatasan pemeriksaan ini jika
terdapat cedera di proksimal tempat pemeriksaan, pasien shock atau terdapat luka
multipel. Beberapa pusat pelayanan trauma telah menggunakan kriteria ini untuk
menyingkirkan kemungkinan cedera vaskuler pada penderita dengan pemeriksaan fisik normal,
normal indeks arterial pressure dan tanpa trauma diproksimalnya dan tanpa luka multipel.
- Ultrasonografi Duplex
Pada beberapa penelitian ternyata duplex ultrasonografi memiliki angka sensitifitas 100% dan
spesifisitas 97.3%. Kemungkinan negatif palsu mungkin terjadi pada penderita luka tembak,
trauma didaerah poplitea, atau didaerah subklavikula, atau pada penderita dengan terpasang splint
atau dressing. Alat ini sangat bermanfaat ditangan ahli karena sangat akurat dan tepat karena
angka sensitifitas dan spesifisitasnya mendekati 100%. Keterbatasan alat ini karena sangat
tergantung kepada keahlian operator. Beberapa pusat trauma saat ini telah menggunakan
modalitas ini untuk menyingkirkan kemungkinan seseorang menderita cedera pembuluh darah
jika, pemeriksaan fisik normal dan duplex ultrasonografi normal.
- Arteriografi
Masih merupakan pemeriksaan baku emas dengan sensitifitas 99% dan spesifisitas97%, biasanya
tidak dibutuhkan pada cedera arteri ekstremitas atas, karena
sebagian besar pasien mengalami cedera terbuka. Kadang kadang dibutuhkan pemeriksaan
arteriografi intra operative untuk menentukan lokasi cedera arteri.
- CT Angiografi
Memberikann gambar dengan resolusi tinggi, dan dapat memberikan gambaran detil kerusakan
tulang dan jaringan lunak. Dari beberapa penelitian ternyata angka sensitivitas dan spesifisitasnya
sekitar 99% dan 87%. Beberapa pusat trauma menyarankan penggunaan modalitas ini untuk
menggantikan pemeriksaan angiografi. Keakuratan sangat tinggi.
7. Penatalaksanaan
1.Penganganan Darurat/P3K vascular
Secara umum penanganan bertujuan memperbaiki dan mempertahankan keadaan optimal pasien
misalnya dengan memberikan cairan intravena dalam bentuk apapun bila ditemukan tanda-tanda
shock. Secara khusus penanganan darurat ditujukan kepada membatasi atau menghentikan
perdarahan dari luka. Cara-cara sederhana yg dapat dikerjakan bila ada perlukaaan dengan
perdarahan (P3K Vasculer).
Elevasi. Mengangkat bagian yang mengalami trauma lebih tinggi dari pada posisi jantung
dapat membantu mengurangi atau menghentikan perdarahan vena.
Penekanan langsung. Penekanan ini dikerjakan selama lima menit.
Pressure points. Adalah tempat penekanan pada arteri yang dapat menghambat pengaliran
darah ke bagian distal misalnya untuk arteri carotis pada processus C-5, arteri subclavia pada tulang
iga-1, arteri brachialis pada pertengahan tulang humerus dan arteri femoralis pada daerah inguinal.
Hemostats. Menggnakan bahan hemostats local atau melakukan krus pembuluh darah. Dalam
melakukan krus harus membersihkan dan melihat langsung pembuluh darah yang dikrus (tidak
boleh blind), dapat merusak jarinagna lain misalnya nervus.
Tampon (packing) bila cara diatas tidak dapat mengatasi perdarahan terutama pembuluh
darah yg letaknya dalam digunakan kain kasa atau verban steril dimasukkan ke dalam luka dalam
jumlah secukupnya.
Penjahitan temporer. Penjahitan temporer dikerjakan pada daerah wajah u/ mencegah
penarikan jaringan.
Tornikuet. Penggunaan tornikuet dalam P3K u/ menghentikan perdarahan sering dilakukan o/
dokter, paramedic, dan awam. Sangat perlu diingatkan bahwa penggunaan tornikuet mempunyai
resiko bukan hanya menambah perdarahan juga menyebabkan ischemia bagin distal. Beberapa
cara dan indikasi pemasangan tornikuet :
Tornikuet dipasang dgn tekanan diatas tekanan sistol. Tekanan dibawah sistol akan memperhebat
perdarahan venous.
Waktu pemasangan harus dicatat, diawasi dan tekanan diturunkan sampai nol setiap 15 menit u/
mencegah iskhemi melalui kolateral.
Tornikuet dipasang bila cara-cara diatas gagal menghentikan perdarahan-perdarahan mengancam
hidup penderita dan vitalitas bagian distal tak diharapkan lagi.
Pada trauma tertutup terlihat hematoma dgn cepat
2. Penanganan Definitif.
Tempat penanganan adalah puskesmas atau rumah sakit dgn fasilitas yg lengkap (tergantung
fasilitas dan interfensi bedah yg harus dikerjakan).
Arteri. Macam tindakan yg dikerjakan tergantung pd bentuk kerusakan dan lokasi kerusakan,
dapat berupa ligasi atau penjahitan atau graft atau trombektomi.
1.Ruptur komplet. Ligasi dapat saja dikerjakan bila sirkulasi kolateral cukup. Bila sirkulasi
kolateral tidak atau meragukan maka penyambungan atau penggunaan graft merupakan pilihan.
Ligasi dapat dikerjakan pada : arteri radialis atau ulnaris, arteri tibialis anterior atau posterior, arteri
femoralis profunda, aretri iliaca interna. Ganggren distal dapat terjadi bila ligasi dikerjakan pada
arteri aksilaris, arteri brachialis, arteri femoralis proksimal percabangan dan arteri poplitea.
Penyambungan arteri dikerjakan bila disebabkan o/ trauma tajam tanpa kehilangan jaringan
pembuluh darah. Bila kehilangan sebagian jaringan pembuluh darah atau sengaja dibuang karena
rusak maka grafting merupakan pilihan. Donor biasanya diambil dari vena, seperti v.Saphena
magna. Pengguanaan graft dari vena haruns dipasang terbalik mengingat dalam vena tungkai
terdapat klep.
2.Ruptur inkomlet. Bentuk robekan dapat linier, oblik atau transversal, satu sisi atau dua sisi. Pada
oblik dan transversal langsung dijahit sedangkan pada linier terlebih dua sisi, sebaiknya dengan
patch graft u/ mencegah penyempitan lumen.
3.Trauma arteri tertutup. Pada Keadaan ini penentuan panjang kerusakan perlu karena tindakan
terbaik adalah reseksi, kemuadian dipasang graft.
Vena. Dinding vena jauh lebih tipis daripada arteri, factor-faktor pembekuan darah vena lebih
kurang disbanding arteri sehingga perdarahan dari vena lebih sulit dikontrol dibandingkan dari
arteri. Kelebihan vena adalah mempunyai kolaterale lebih banyak. Tindakan yang dikerjakan u/
trauma vena adalah ligasi atau penjahitan atau penyambungan pd vena tetentu. Ligasi sebaiknya
dihindarkan pada vena femoralis komunis dan vena poplitea, disamping vena-vena besar intra
abdominal dan intra torakal.
Fistula arteriovenosa. Keadaan ini merupakan komplikasi dari rupture inkomplet arteri dan
vena letaknya berdekatan dimana terjadi pengaliran sebagian darah arteri ke dalam vena. Sebelum
tindakan perlu menentukan apakah lesi pembuluh darah ini dijahit atau diligasi. Setelah itu arteri
dan vena ditangani masing-masing sesuai dijelaskan sebelumnya.
Terapi inisial
Evaluasi dan terapi awal mengikuti guidelines ATLS yang telah ditetapkan olehAmerican College
of Surgeons. Manajemen untuk cedera yang mengancam nyawa lebih prioritas dibandingkan
dengan cedera yang mengancam tungkai. Kecuali dalam keadaan cedera pembuluh darah besar
diaorta, dianut prinsip scoop and run.
Repair Arteri
Repair arteri, mengikuti urutan akses, eksposure,kontrol dan repair. Kontrol perdarahan
sementara dapat dilakukan dengan menggunakan penekanan dengan jari jariatau balut tekan.
Tidak dianjurkan melakukan klem pada arteri secara blind karena bisamencederai organ
disekitarnya seperti saraf. Pasien posisi supine dengan lengan pada posisi ekstensi dan abduksi
90 derajat.
Endovaskuler
Tindakan ini mulai dilakukan sejak tahun 1991.Merupakan tindakan alternatif untuk tindakan
pembedahan . Untuk ekstremitas atas jika ditemukan thrombus dapat dilakukan
thrombectomy dengan kateter atau dengan kateter directed lytic therapy, sesudah thrombus keluar
dilakukan angioplasty untuk aposisi intimal flap ke dinding pembuluh darah. Covered stent dapat
dilakukan jika terdapat transeksi partial, tetapi pemakaiannya sebaiknya hanya pada kasus yang
mengancam jiwa sehingga tidak bisa dilakukan operasi repair yang membutuhkan waktu lama.
Penggunaan endovaskuler untuk cedera pada ekstremitas atas masih terbatas.
Lonndkk menangani 2 kasus dengan cedera pada arteri brachialis, pada kedua pasien ditemukan
cedera pada intima dengan thrombosis. Pada kedua pasien dilakukan repair angioplasti tanpa
stent . Pengalaman pada arteri radialis dan ulnaris lebih jarang lagi ,terbatas hanya pada
penggunaan endovaskuler untuk embolisasi, pseudo aneurisma dan AV fistula. Saat ini
penggunaan endovaskuler untuk trauma masih belum populer.
Amputasi
Salah satu pertimbangan yang sulit dalam penanganan trauma vaskuler adalah kapan dan dimana
dilakukan amputasi. Usaha usaha agresif untuk melakukan revaskularisasi tidak selalu
dibenarkan, diperlukan pertimbangan pertimbangan tertentu sehingga pasien
tercegah dari waktu perawatan yang lama, kehilangan jam kerja yang lama, meningkatnya
kejadian sepsis, bahkan kematian.
Frykberg E R. Advances in the diagnosis and treatment of extremity vascular trauma. Surg Clin North
Am 1995; 75: 207-223.
Feld R, Patton G M, Carabasi A et al. Treatment of iatrogenic femoral artery injuries with ultrasound
guided compression. J Vasc Surg 1992; 16: 832-240.