Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA

oleh:
Egy Bagus Prasetya
201510401011097

Pembimbing :
Dr. Andri Catur Jatmiko, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD JOMBANG
2016
Latar Belakang

 Candida merupakan jamur komensal yang antara lain


hidup dalam rongga mulut, saluran pencernaan, dan
vagina. Akan tetapi, jika keseimbangan flora normal
seseorang terganggu ataupun pertahanan imunnya
menurun, maka sifat komensal candida ini dapat
berubah menjadi pathogen. Beberapa spesies antara
lain C. albicans, C. stellatoidea, dan C. tropicalis. Yang
dapat menyebabkan infeksi pada manusia. C. albicans
dianggap sebagai spesies paling pathogen dan
menjadi penyebab utama terjadinya kandidiasis
(Kuswadji, 2006).
Definisi

 Kandidiasis adalah penyakit jamur, yang disebabkan


oleh Candida spp misalnya spesies C. Albicans. Infeksi
dapat mengenai kulit, kuku, membran mukosa, traktus
gastrointestinal, juga dapat menyebabkan kelainan
sistemik (Suyoso 2005).
Epidemiologi

 Sekitar 80 juta penduduk di USA menderita gangguan


kesehatan yang disebabkan candida. Kandidiasis
menyerang segala usia, baik laki-laki maupun wanita
dengan sebanyak 70% lebih banyak terkena pada
wanita (Kuswadji, 2006)
Etiologi
 Terdapat lebih dari 200 spesies
Candida (Androphy, 2008). Spesies
yang dapat menginveksi manusia
antara lain C.albicans,C.
tropicalis,C.dubliniensis, C.
parapsilosis, C. guilliermondii, C.
krusei, C. pseudotropicalis, C.
lusitaniae, dan C. glabrata (Burns,
2010).
 Penyebab tersering dari kandidiasis
adalah Candida albicans yang
dapat diisolasi dari kulit, mulut,
selaput mukosa vagina dan feses
orang normal. C. albicans memiliki
yeast dengan ukuran 2-6x3-9
mikrometer, yang dapt
menghasilkan budding sel,
pseudohifa, dan hifa
sesungguhnya. Dengan adanya
banyak morfologi dari jamur ini
maka dapat dikatakan sebagai
polimorfisme (Burns, 2010).
Patofisiologi
Faktor endogen Faktor eksogen
 1. Perubahan fisiologik :  1. Iklim, panas, dan
 Kehamilan, karena perubahan pH dalam kelembaban menyebabkan
vagina. perspirasi meningkat.
 Kegemukan
 2. Kebersihan kulit
 Banyak keringat
 3. Kebiasaan merendam kaki
 Debilitas
dalam air yang terlalu lama
 Iatrogenik menimbulkan maserasi dan
 Endokrinopati, gangguan darah kulit. memudahkan masuknya jamur.
 Penyakit kronik : Tuberkulosis, lupus
eritematosus dengan keadaan umum
 4. Kontak dengan penderita,
yang buruk. misalnya pada thrush,
 2. Umur : orang tua dan bayi lebih balanopostitis.
mudah terkena infeksi karena status
imunologiknya tidak sempurna.
 3. Imunologik : Penyakit Genetik.
Gejala Klinis

Kandida pada mukosa Kandida pada kulit


 Kandidiasis Oral  Kandidiasis Intertriginosa
 Kandidiasis Vulvo vaginalis  Kandidiasis Paronikhia dan
Onikomikosis
Kandidiasis Oral

Kandidiasis Oral
 Kandidiasis Pseudomembran
(Thrush)
 Lesi putih tebal pada
mukosa bukal, gusi atau
lidah, plaknya dapat
dikerok, terasa nyeri,
eritem, dan dapat
berdarah
 Kandidiasis Eritema Nampak
 eritema dan oedema
Angular Kheilitis
(Perleche)
 Eritema dan fisura pada ujung
mulut, pada pemakaian gigi
palsu yang tidak pas, biasa
menjilat bibir, usia lanjut
dengan kulit kendor pada
lubang mulut.
 Kandidiasi Hiperplastik
Kronis
 Bercak putih, dapat
diraba sampai plak kasar
melekat erat dan tidak
dapat dikerok, pada
lidah, palatum atau
mukosa bukal. Sering
pada perokok
Kandidiasis Vulvovaginal

 Gatal dan rasa sangat panas


pada vulva vagina. Keluar
cairan tebal, putih seperti susu
dan plak putih melekat pada
vulva, vagina, atau serviks.
Disertai dyspareunia dan
dysuria. Sering pada 1 minggu
sebelum menstruasi.
Kandida Balanitis / Balanophostitis

 Erosi merah superfisialis dan


pustule berdinding tipis diatas
gland penis dan sulkus
koronarius (balanitis) dan juga
pada preputium penis yang
tidak disirkumsisi
(balanophostitis) (Suyoso,
2005).
Kandidiasis Intertriginosa

 Mengenai daerah lipatan badan,


umbilicus, pannikulus (lipatan
lemak badan), dan dapat meluas
ke kulit badan (generalisata).
Dapat mengenai skrotum penis.
Kulit terasa nyeri, inflamasi,
eritematous, dan ada satelit
vesikel/pustule, bula atau
papulopustul yang pecah
dengan meninggalkan
permukaan yang kasar dengan
tepi yang erosi. Apabila
mengenai sela jari tangan disebut
kandidiasi interdigitalis (Suyoso,
2005).
Kandida Paronikhia dan Onikomikosis

 Kandida Paronikia
 Infeksi pada lipatan kuku
proksimal atau kutikula, khas
adanya eritema, oedema, dan
cairan purulent, tebal, pus putih,
membentuk kantong yang
mungkin menyebabkan infeksi
kuku. Terasa nyeri.
 Onikomikia
 Infeksi jamur pada dasar kuku
(bed nail)
Pemeriksaan Penunjang

 KOH 10-20%
 Tampak budding yeast cell (2
spora seperti angka 8) dengan
atau tanpa hifa.
 Pewarnaan gram
 Elemen jamur (budding yeast cell/
blastospora/ pseudohifa/ hifa)
tampak sebagai gram positif dan
sporanya lebih besar dari bakteri.
 Kultur Kuman
 Histopatologi
 Gula darah
Diagnosis Banding

 Eritrasma
 Lesi berada di lipatan, lebih
merah, batas tegas, kering
tidak ada satelit papul,
pemeriksaan dengan
lampu Wood positif atau
berwarna merah membara
/ coral red (Kuswadji, 2006).
Penatalaksanaan

 Obat topikal
 Nistatin oral
 Dewasa 4-6ml sehari 4 kali
sesudah makan, ditahan di
mulut sebelum ditelan
 Bayi 2ml sehari 4 kali
 Solusio gentian violet
 Dioleskan 2 kali sehari selama
3 hari
 Tablet oral
 tablet ketokonazol 200-400
mg (1-2 tablet)/hari selama
2-4 minggu
 kapsul itrakonazole 100-200
mg (1-2 kapsul) /hari
selama 4 minggu
Kandidiasis Vulvovaginal

 Obat topikal
 Nistatin suppositoria vagina 1 tablet
/ malam selama 12 hari
 Obat oral
 ketokonazole tablet 200mg sehari 2
kali selama 5 hari
 kapsul itrakonazole sehari 2 kali
selama 2-3 hari atau sehari 2x2
kapsul selama 1 hari setiap 8 jam
 profilaksis KVVR: tablet ketokonazole
100mg (1/2 tablet)/hari selama 6
bulan
Kandida Balanitis

Obat topikal
Mikonazole krim:
dioleskan pagi dan
malam selama 1
minggu
Memeriksa dan
mengobati
pasangannya
Kandidiasis Kutis
 Obat topikal
 Mikonazol krim dioleskan 2 kali
sehari selama 14-30 hari
 Obat oral
 Tablet ketokonazol:
 Dewasa: 1 tablet per hari selama
1-2 minggu,

 Anak dengan BB kurang


dari 15kg 20mg 3 kali
sehari
 Anak dengan BB 15-30kg
diberikan 100mg sekali
sehari
 Kapsul itrakonazol:
 2 kapsul sehari selama 7
hari
Prognosis

 Umumnya baik, tergantung pada berat ringannya factor predisposisi


(Kuswadji, 2006).
Laporan Kasus

 Nama : An. GA
 Jenis kelamin : Perempuan
 Umur : 5 bulan
 Agama : Islam
 Alamat : Tembelang, Jombang
 Suku Bangsa : Jawa
 Ruang Perawatan : Poli Kulit dan Kelamin
 Tanggal Pemeriksaan : 27 April 2016
 No RM : 31-18-43
 Keluhan Utama
Bercak merah di kelamin.
 RPS
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Jombang dengan
ibunya, dan dilakukan anamnesis melalui ibu. Bercak merah kurang
lebih sudah 5 hari. Awalnya keluar bintik merah sedikit kemudian
bertambah banyak. Pasien sejak lahir menggunakan pampers setiap
hari. Ibu pasien mengatakan tidak pernah ganti merk pampers dan
ibu pasien mengganti pampers ketika penuh.
 RPD
Tidak didapatkan riwayat penyakit terdahulu
 RPK
Tidak didapatkan keluarga menderita penyakit yang sama
 RPSos
Lingkungan rumah cukup bersih
Tidak memelihara anjing maupun kucing.
Pemeriksaan Fisik
 Status generalis:
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 Status hygienis : Cukup
 Kesan gizi : Cukup
 Kepala : OD/OS: a/i/c/d : -/-/-/-
 Leher : dalam batas normal
 Thoraks : dalam batas normal
 Aksila : pembesaran KGB (-)
 Abdomen : dalam batas normal
 Ekstremitas : dalam batas normal
 Vital sign:
 Tekanan darah : Tidak dievaluasi
 Temperatur : Tidak dievaluasi
 Nadi : Tidak dievaluasi
 RR : Tidak dievaluasi
 Dermatologi:
 Lokasi : genitalia
 Efloresensi : didapatkan makula eritematosa at regio labia mayor dan juga
terdapat satelit papula di samping makula eritematosa
Resume

 Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Jombang dengan


dengan ibunya, dan dilakukan anamnesis melalui ibu. Ibunya
mengeluh muncul bercak merah pada anaknya. Bercak merah
pada pasien sudah 5 hari ini muncul di daerah kelamin. Awalnya
sedikit kemudian bertambah banyak. Pasien menggunakan
pamper sejak lahir setiap hari. Ibu pasien mengatakan tidak pernah
ganti merk pampers dan ibu pasien mengganti pampers ketika
penuh. Keluarga tidak ada yang menderita seperti ini juga
Lingkungan rumah cukup bersih, tidak memelihara anjing maupun
kucing.
 Status Dermatologi:
 Didapatkan makula eritematosa at region labia mayor dan disertai
dengan satelit papula di sebelah makula eritematosa.
Diagnosis
Candidiasis Intertriginosa
Diagnosis Banding
- Eritrasma
Planning
Diagnosis Anjuran :
Pemeriksaan dengan KOH 10-20%
 Terapi
 Non – medikamentosa :
 Menghindari factor predisposisi dari kandidiasis
 Memakai pakaian yang tdak ketat
 Menjaga kebersihan badan
 Rajin mengganti pampers
 Medikamentosa:
 Furmyco cream (pagi-sore)
 Monitoring
 Kontrol keluhan pasien dan keluhan sekunder (infeksi yang menyertai, atau
gejala prodormal) yang lain. Mengevaluasi hasil pengobatan.
 Prognosis
 Umumnya baik, tergantung pada berat ringannya factor predisposisi (Kuswadji,
2006).
Foto Kasus
Pembahasan

Kasus Teori
 Dari data didapatkan bahwa  Hal ini merupakan salah satu
pasien berusia 5 bulan, dan factor predisposisi timbulnya
termasuk dalam bayi atau balita. kandidiasis seperti yang
disebutkan dalam (Kuswadji,
2006) bahwa orang tua dan lebih
mudah terkena infeksi karena
status imunologiknya tidak
sempurna.
Kasus Teori
 Dari pemeriksaan fisik didapatkan  Hal ini sesuai dengan teori bahwa
makula eritematosa at regio labia kandidiasis intertriginosa mengenai
daerah lipatan-lipatan badan,
mayor dan juga terdapat satelit umbilicus, pannikulus (lipatan
papula di samping makula lemak) dan dapat meluas ke
eritematosa. badan (generalisata) (Kuswadji,
2006). Dan juga dari efloresensinya
yang sesuai dengan teori bahwa
ditandai adanya inflamasi,
eritematous, dan ada satelit
vesikel/pustule, bula atau
papulopustular yang dapat pecah
meninggalkan permukaan yang
kasar dengan tepi yang erosi
(Kuswadji, 2006).
Teori Kasus
 Pasien dan orang tua pasien  Hal ini juga sesuai dengan
tinggal di Tembelang Jombang, (Kuswadji, 2006) bahwa Iklim,
dimana kabupaten dapat panas, dan kelembaban
dikategorikan sebagai daerah menyebabkan perspirasi
dengan iklim tropis. meningkat yang dimana hal ini
juga termasuk salah satu factor
predisposisi eksogen kandidiasis.
Kasus Teori
 Terapi non medikamentosa yang  Berdasarkan (Kuswadji, 2006)
dapat dilakukan pada pasien dikatakan bahwa menjaga
adalah Menghindari factor kebersihan termasuk dalam factor
predisposisi dari kandidiasis. predisposisi eksogen, dan
memakai pakaian yang tidak memakai pakaian ketat akan
ketat, menjaga kebersihan badan dapat memperbanyak keluarnya
dan rajin mengganti pampers. keringat yang merupakan respon
fisiologi dari tubuh juga.
Kasus Teori
 Terapi medikamentosa yang  hal ini sesuai dengan buku
diberikan pada kasus ini pedoman diagnosis dan terapi
menggunakan cream ilmu penyakit kulit dan kelamin
ketokonazol dengan dosis 20 mg RSU dr. Soetomo yang
menyatakan bahwa terapi untuk
kandidiasis menggunakan obat-
obatan golongan azol.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai