Anda di halaman 1dari 68

BAHAN MATERI KULIAH HUKUM LINGKUNGAN

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
I. PENDAHULUAN

1. Lingkungan hidup (Enviroment)


kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
mahluk hidup (termasuk manusia dan perilakunya) yang
mempengaruhi kelangsungan perilaku disiplin dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (UU No. 32
Th. 2009).

2. Sumber Daya Alam (Natural Resources) : segala unsur


lingkungan (biotik maupun abiotik) yang bermanfaat dan
digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya, baik kebutuhan primer yang bersifat lahiriah
(pangan, sandang dan papan), kebutuhan sekunder yang
bersifat batiniah (estetika) maupun kebutuhan tersier dan
seterusnya yang lebih bersifat hobi atau pengembangan
bakat.
3. Klasifikasi SDA :
# Berdasarkan Pemanfaatannya :
- Langsung : udara, air, bahan pangan
- Tidak langsung : minyak, besi, bahan tambang lainnya.
# Berdasarkan Tipe (jenisnya) :
- Tidak pernah habis (Perpetual Natural Resources) :
matahari, angin, gelombang dll.
- Tidak dapat diperbahurui (Non Renewable Nat. Res) :
tembaga, besi, emas, batubara, minyak dll.
- Dapat diperbaharui (Renewable Nat. Res) : hutan, satwa,
deposit air tanah dll.

4. Prinsip Ekosistem
a. Adanya keanekaragaman
b. Adanya saling keterkaitan dan saling ketergantungan
c. Adanya keteraturan dan keseimbangan yang dinamis
d. Adanya harmonisasi dan stabilitas
e. Adanya manfaat dan produktivitas
5. Prinsip Pengelolaan Lingkungan adalah pencegahan dan penanggulangan
terhadap penurunan dan kerusakan kualitas lingkungan akibat
terganggunya atau rusaknya tatanan ekosistem

6. Aspek Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan Ekosistem:


a. Kebijakan Penataan (Policy)
b. Pemanfaatan (Utilization)
c. Pengembangan (Development)
d. Pemeliharaan dan pemulihan (Maintainace and Rehabilitation)
e. Pengawasan dan pengendalian (Supervising and Control)
f. Penegakan hukum lingkungan (Law Enforcement)

7. Komponen Lingkungan terdiri atas :


a. Fisik-Kimia (air, tanah, udara dan kombinasinya)
b. Biologi (flora dan fauna serta mikroba )
c. Sosekbud (sosek dan sosbud)
d. Keslingmas (kesling dan kemas)
e. Kamtibmas (kammas dan tibmas)
f. Hankamnas
8. Pembangunan
Proses pengelolaan SDA dan Lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan manusia agar hidupnya sejahtera (lahir dan bathin)

9. Pembangunan Berkelanjutan
Proses pemanfaatan SDA dan Lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan manusia untuk generasi saat ini dan generasi
mendatang agar hidupnya sejahtera serta kelestarian fungsi
lingkungan tetap terjamin/terjaga (kualitas lingkungan tidak
rusak atau turun)
 3 Pilar/ Orientasi/dimensi Pembangunan Berkelanjutan
(Munashinge, 1993)
Ekonomi (Growth)

Sosial
Ekologi (aman & lestari)
(stabil, harmonis dan sejahtera)
Di Indonesia seharusnya diterapkan 5 pilar Pembangunan
Berkelanjutan

Ekonomi (Growth)

Kelembagaan
lingkungan Penegakan hukum

Sosial
(stabil, harmonis dan sejahtera) Ekologi (aman & lestari)
Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Pada konsep pembangunan berkelanjutan (suistainable


development) terdapat beberapa prinsip penting, yaitu :
– Pembangunan harus memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi yang
akan datang.
– Pembangunan harus tetap memperhatikan ekosistem yang
ada, sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, sehingga
tetap terjaga dan kualitas lingkungan tidak mengalami
penurunan (lestari).
– Setiap kagiatan pembangunan harus selalu mewujudkan
kepentingan kelompok atau masyarakat lain dimanapun
berada, serta mengindahkan keberadaan kehidupan
sekarang maupun kehidupan masa datang.
– Pembangungan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia dalam segala aspek baik fisik, rohani,
sosial dan budaya dalam jangka panjang, dengan tidak
memboroskan dan tidak merusak sumberdaya alam yang
ada, serta tidak melampaui kapasitas daya dukungnya.
TANTANGAN ABAD 21 DI INDONESIA DALAM
PENGELOLAAN SDA & LH UNTUK MENUNJANG PROGRAM
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

1. Peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan pangan.


2. Semakin sempitnya luas kepemilikan lahan petani akibat konversi
menjadi lahan pemukiman dan industri serta tingkat daya saing
yang rendah.
3. Luas hutan semakin menyusut.
4. Kekurangan sumber daya air dan pencemaran air.
5. Luas tanah kritis meningkat yang berkisar dari penurunan
kesuburan tanah hingga perluasan proses penggurunan.
6. Pencemaran udara.
7. Perluasan pemukiman kumuh dan meningkatnya pengangguran.
8. Kesenjangan kondisi ekonomi antara negara maju industrinya (NMI)
dengan negara sedang berkembang (NSB) akan makin jauh.
II. MASALAH LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN
• Indonesia memiliki kekayaan SDA dan lingkungan yang luar
biasa :
 Keanekaragaman hayati (flora dan fauna) yang tinggi
di dunia (Mega Diversity) darat dan perairan.
 Deposit aneka SD pertambangan (minyak, gas,
mineral, dll).
 Cuaca dan iklim yang lembut (tropis) :
pantai pegunungan.
 Keanekaragaman budaya lokal.
• Proses Pembangunan secara terencana untuk mencapai
masyarakat yang adil & makmur berlangsung sejak thn
1969 (Pelita I).
• Dampak negatif proses pembangunan adalah terjadinya
penurunan kualitas lingkungan hidup (fisik, kimia, biologi
dan sosekbud) baik skala lokal, nasional maupun global.

Mengancam kelangsungan hidup manusia


Aktivitas pembangunan saat ini telah berdampak
terhadap keseimbangan ekosistem berupa :

• Rusaknya berbagai sistem pendukung perikehidupan vital bagi


manusia, baik biofisik maupun sosial-budaya.

• Instabilitas ekosistem akibat degradasi dari pencemaran lingkungan.

• Konflik sosial akibat alih fungsi lahan yang tidak terarah

• Berbagai kesenjangan kelembagaan pembangunan di bidang


pengelolaan SDA dan lingkungan hidup (LH).
PERMASALAHAN LINGKUNGAN YANG
TIMBUL
1. Menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan
2. Terjadinya penyusutan sumberdaya alam dan lingkungan
3. Permasalahan Lingkungan Buatan
4. Penerapan Standar Mutu Lingkungan Hidup yang masih lemah
5. Masalah Pemanfaatan Dan Pengurasan Sumber Daya Alam (hutan, tanah,
sumberdaya air, keanekaragaman hayati dan sumberdaya pesisir dan laut)
6. Terjadinya bencana alam
7. Pencemaran lingkungan
EVALUASI PERMASALAHAN SDA & LH
(DALAM PERJALANAN RUANG DAN WAKTU)
1972-1982 1982-1997
Atmosfer o Pencemaran udara dalam skala o Percemaran kimia udara secara global
lokal o Pemanasan bumi

Laut o Pencemaran laut yang masih o Pencemaran limbah padat, cair, B3, POP
sporadis meliputi pantai, rawa, laut dsb
o Perusakan terumbu karang
o Instrusi garam terhadap air tanah (air laut)

Air Tawar o Perlu air berkualitas o Makin sulit air untuk pembangunan
o Tercemar pada skala lokal o Air tanah merosot
o Banjir skala besar dan meluas

Lahan/Tanah o Tanah kritis o Penciutan lahan untuk pembangunan


o Hutan gundul o Penggurunan dan tanah longsor makin meluas
o Kekeringan o Penggurunan hutan

Sumber Daya o Pelestarian flora dan fauna o Manfaat berkelanjutan keanekaan hayati :
Hayati dalam habitatnya Plasma nuftah, Jenis (spesies), Ekosistem
o Keresahan masyarakat o Konflik sosial dan ancaman kearifan lokal
Sosial masyarakat
Kesehatan Manusia o Pengendalian penyakit kurang o Plus : pengendalian penyakit LH, seperti :
gizi dan menular di negara Pernafasan, Kanker, Stres/tercekam,
berkembang Jantung, Alergi

Tujuan o Pertumbuhan ekonomi o Keberlanjutan LH dan SDA untuk


Pembangunan o Mencapai kemakmuran pembangunan
o Pemerataan pembangunan yang nyata pada
tingkat : Lokal, Regional, Nasional,
1997 – 2009 (era otonomi daerah/reformasi
Skala dan laju
Atmosfer o Peradaban kimia udara secara global
o Pemanasan bumi
Laut o Pencemaran limbah padat, cair, B3, POP meliputi omakin luas dan
pantai, rawa, laut dsb cepat
o Perusakan terumbu karang omakin luas dan
o Instrusi garam terhadap air tanah cepat
Air Tawar o Makin sulit air untuk pembangunan omakin luas dan
o Air tanah merosot cepat
o Banjir skala besar dan meluas

Lahan/Tanah o Penciutan lahan untuk pembangunan omakin luas dan


o Penggurunan dan tanah lonsor makin meluas cepat
o Alih fungsi lahan tak terkendali
o Illegal logging
Sumber Daya Hayati o Manfaat berkelanjutan keanekaan hayati : Plasma omakin luas dan
nuftah, Jenis (spesies), Ekosistem cepat

Sosial masyarakat makin luas dan cepat


o Konflik sosial dan ancaman kearifan budaya lokal
Kesehatan Manusia o Plus : pengendalian penyakit LH, seperti : omakin luas dan
Pernafasan, Kanker, Stres/tercekam, Jantung, cepat
Alergi
Tujuan Pembangunan o Keberlanjutan LH dan SDA untuk pembangunan omakin luas dan
o Pemerataan pembangunan yang nyata pada tingkat : cepat
Lokal, Regional, Nasional,
o Pemberdayaan masyarakat
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DI INDONESIA

• Good Environmental Governance


– Lembaga yustisi (pengadilan, kejaksaan, & polisi) yang kredibel
& adil
– Birokrasi pemerintah yg profesional & bersih
– Dewan perwakilan rakyat yg kredibel & aspiratif
– Masyarakat madani yang tangguh.

• Kebijakan Lingkungan
– Kebijakan bensin bebas timbal
– Kebijakan desentralisasi pengelolaan LH
– Kebijakan pengendalian kerusakan lingkungan
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
DI INDONESIA

• Peraturan Perundang-undangan
– Baku mutu emisi
– Baku mutu limbah cair
– Golongan peruntukan air sungai
– Pengelolaan limbah B3

• Kepedulian Konsumen
– Kesadaran untuk membeli barang yang dibuat dengan etika
lingkungan yg tinggi
– Boikot konsumen terhadap produk-produk tertentu yang tidak
ramah lingkungan
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DI INDONESIA

 Market Based Instrument


 Market creation (tradeable emmision/effluents permits)
 Fiscal instrument (emmisions charges, property charges)
 Financial instruments (technology subsidies, soft loans)
 Liability system (joint liability, liability insurance)
 Deposit refund system & guarantee bond (reforestation bonds,
land reclamation bonds)

 Teknologi
 Teknologi produksi bersih
 Verifikasi teknologi ramah lingkungan
Faktor Penyebab Belum Optimalnya
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia
Perangkat hukum dan kebijakan nasional maupun daerah sudah ada, namun

1 kesadaran dan tanggung jawab para pengambil keputusan, pelaku


pembangunan dan masyarakat masih kurang (implementasinya rendah).

Masih terdapat jenis usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan


dampak besar dan penting namun belum memiliki AMDAL atau unit

2 pengelolaan lingkungan atau unit pemantauan lingkungan, sementara izin


untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan tersebut sudah berjalan

Terdapat kasus orang yang mengimpor limbah dari luar wilayah Indonesia
dengan cara yang ilegal

3
Faktor Penyebab Belum Optimalnya Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Adalah sulit untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, karena juga
tidak mudah untuk menjamin bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan tidak
4 melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan

Belum semua orang mempergunakan haknya untuk berperan dalam

5 pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan


yang berlaku

6 Tidak semua orang juga memerlukan dan memanfaatkan informasi


lingkungan hidup

7 Tidak semua orang menyadari haknya untuk berperan dalam menyampaikan


informasi dan/atau menyampaikan laporan, serta memberikan saran
pendapat dalam pengelolaan lingkungan hidup
UPAYA-UPAYA PENEGAKAN HUKUM
LINGKUNGAN
Merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan dan
persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan
individual, melalui pengawasan dan penerapan sanksi administratif,
kepidanaan dan keperdataan

Sarana Penegakan Hukum Lingkungan


-Sarana administratif (umumnya dalam bentuk Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Kepres, Inpres, Keputusan Menteri, Perda,
Keputusan Gubernur )

- Sarana kepidanaan dan keperdataan (tercermin dalam : UU No.


5/1990 pasal 40 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. dan UU No.26/2007 tentang Penataan
Ruang)
Kementerian (Aktor) Pembangunan Terkait
SDA & Lingkungan
1. Kementerian Kehutanan
2. Kementerian ESDM
3. Kementerian Perindustrian
4. Kementerian PU
5. Kementerian Pertanian
6. Kementerian Kelautan dan Perikanan
7. Kementerian TK dan Transmigrasi
8. Pemda dan Bappeda yang terkait dengan perijinan)
9. dll
HUKUM LINGKUNGAN DALAM UNDANG-UNDANG
NOMOR 32 TAHUN 2009

HUKUM YG MENGATUR TATANAN LINGKUNGAN HIDUP

TUJUAN HUKUM LINGKUNGAN : MEMBERIKAN/MEWUJUDKAN


PERLINDUNGAN TERHADAP LH.

LINGKUNGAN HIDUP : Kesatuan ruang dengan semua benda, daya,


keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

LINGKUNGAN HIDUP :
FISIK (air,tanah & Udara)
Biologis (khewan &Tumbuhan)
Sosial-Budaya (Interaksi manusia sesama)
ASPEK-ASPEK HUKUM LINGKUNGAN
HUKUM LINGKUNGAN ADM.
HUKUM LINGK.KEPERDATAAN
HUKUM LINGK.KEPIDANAAN
HUKUM TATA RUANG
HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL
DASAR HUKUM
1. UUD 1945 (amandemen)
2. UU NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN (UUPPLH) SEBAGAI GANTI DARI UU No. 23/1997 Tentang
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP/ UUPLH; DAN
3. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP LAINNYA :
4. UU NO. 5 /1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN
EKOSISTEMNYA
5. UU NO. 41/ 1999 TENTANG KEHUTANAN
6. UU NO. 7/ 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR
7. UU NO. 24/ 2007 TENTANG PENATAAN PENANGGULANGAN BENCANA
8.UU NO. 26/ 2007 TENTANG PENATAAN RUANG,
9. DLL
PROYEK/USAHA TERKAIT PERATURAN DG AMDAL

• PP No. 27 /1999 Tentang AMDAL


• Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 11 tahun 2006
Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
• Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun
2010 tentang Sertifikasi kompetensi penyusun dokumen analisis
mengenai dampak lingkungan hidup dan persyaratan lembaga
pelatihan kompetensi penyusun dokumen analisis mengenai dampak
lingkungan hidup.
• Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun
2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan yang Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi
Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup. (diatur ttg DELH dan
DPLH)
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 65 : Setiap orang berhak :
• atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak
asasi manusia.
• Mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses
partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
• mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup.
. berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
• melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup
LANJUTAN HAK
Pasal 66
• Setiap orang yang memperjuangkan hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak
dapat dituntut secara pidana maupun digugat
secara perdata.
KEWAJIBAN
• Pasal 67 : Setiap orang berkewajiban :
• memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
• mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
• Pasal 68
• Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
• a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat
waktu;
• b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
• c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
PERBUATAN YG DILARANG KARENA MENIMBULKAN MASALAH LH DLM UUPPLH
Pasal 69 Setiap orang dilarang:

(1) a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan


lingkungan hidup;
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
h. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal; dan/atau
j. memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi,
atau memberikan keterangan yang tidak benar
PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 13 UUPPLH

• (1) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan


dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.

• (2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
• a. pencegahan;
• b. penanggulangan; dan
• c. pemulihan.

• (3) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan
kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing.
INSTRUMEN PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ATAU
KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

• a. KLHS;
• b. tata ruang;
• c. baku mutu lingkungan hidup;
• d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;
• e. amdal;
• f. UKL-UPL;
• g. perizinan;
• h. instrumen ekonomi lingkungan hidup;
• i. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;
• j. anggaran berbasis lingkungan hidup;
• k. analisis risiko lingkungan hidup;
• l. audit lingkungan hidup; dan
• m. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan
ilmu pengetahuan. (Pasal 14 UUPPLH)
PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM

• PENEGAKAN HUKUM ADM.MELIPUTI :


PENGAWASAN DAN PENERAPAN SANKSI

• PENGAWASAN (DLM UUPPLH) TERHADAP


KETAATAN PENANGGUNG PENANGGUNG
JAWAB USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TERHADAP
IZIN LINGKUNGAN

• PIHAK YANG MELAKUKAN PENGAWASAN


ADALAH MENTERI, GUBERNUR, ATAU
BUPATI/WALIKOTA SESUAI DENGAN
KEWENANGANNYA
Izin lingkungan DAN Izin Usaha

Pasal 1 angka 35 UUPPLH


”IZIN LINGKUNGAN ADALAH IZIN YANG DIBERIKAN KEPADA SETIAP ORANG
YANG MELAKUKAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB AMDAL
ATAU UKL-UPL DALAM RANGKA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI PRASYARAT UNTUK MEMPEROLEH IZIN
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN”.

Izin usaha dan/atau kegiatan menurut Pasal 1 angka 36 UUPPLH adalah :


”... izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha
dan/atau kegiatan ”.

- Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha


dan/atau kegiatan.(Pasal 1 angka 35, Jo. Pasal 40)
Sanksi-sanksi hukum administrasi
• Sanksi administratif terdiri atas:
• a. teguran tertulis;
• b. paksaan pemerintah;
• c. pembekuan izin lingkungan; atau
• d. pencabutan izin lingkungan.(Pasal 76)
• +++
• Sanksi adm ”denda” atas setiap
• keterlambatan pelaksanaan sanksi paksaan
• pemerintah. (Pasal 81)
Penegakan hukum lingkungan keperdataan
• berupa penyelesaian sengketa lingkungan
• berawal dari adanya perbuatan orang
(manusia dan badan hukum) yang melanggar
hukum
• Pasal 87 ayat (1) : “Setiap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan yang melakukan
perbuatan melanggar hukum berupa
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
lain atau lingkungan hidup wajib membayar
ganti rugi dan/atau melakukan tindakan
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup

• Pasal 84
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan.
(2) Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara suka rela oleh para pihak
yang bersengketa.
(3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya penyelesaian sengketa di
luar pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang
bersengketa.

• dimulai dari pengajuan gugatan


• Pihak-pihak yang memiliki hak untuk menggugat adalah :
– setiap orang-perorang (individu) (Pasal 65);
– Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di
bidang lingkungan hidup (Pasal 90);
– Masyarakat melalui gugatan perwakilan kelompok (Pasal 91);
– Organisasi Lingkungan Hidup (Pasal 92);
Penegakan hukum lingkungan kepidanaan

• DILAKUKAN (HARUS) MELALUI PENGADILAN


• DIAWALI PENYIDIKAN OLEH POLISI
• DILANJUTKAN DG PENUNTUTAN OLEH JAKSA
• PERSIDANGAN DIPIMPIN HAKIM DIPENGADILAN NEGERI
• JIKA BELUM ADA PUTUSAN HAKIMTETAP (IN KRACH) MENGAJUKAN
BVANDING KE P..T., LALU KASASI KE M.A., DAPAT JUGA PENINJAUAN
KEMBALI (P.K)
• SANKSI PIDANA YANG SANGAT KERAS (sanksi minimum khusus dan sanksi
maksimum)
Pasal 98 UUPPLH

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).
(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka
dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua
belas miliar rupiah).
(3) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka berat
atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Pasal 99

(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku


mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang
luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak
Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).
(3) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang
luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp9.000.000.000,00
(sembilan miliar rupiah).
Pasal 100

(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air


limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu
gangguan dipidana, dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya dapat dikenakan apabila sanksi
administratif yang telah dijatuhkan tidak
dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih
dari satu kali.
Pasal 101

• Setiap orang yang melepaskan dan/atau mengedarkan produk


rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf g, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 102

• Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3


tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah).
Pasal 117

• Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi


perintah atau pemimpin tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1)
huruf b, ancaman pidana yang dijatuhkan
berupa pidana penjara dan denda diperberat
dengan sepertiga.
Pasal 104

• Setiap orang yang melakukan dumping limbah


dan/atau bahan ke media lingkungan hidup
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 108

• Setiap orang yang melakukan pembakaran


lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 109

• Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau


kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(1), dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah)
Pasal 110

• Setiap orang yang menyusun amdal tanpa


memiliki sertifikat kompetensi penyusun
amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (1) huruf i, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).
Pasal 111

• (1) Pejabat pemberi izin lingkungan yang


menerbitkan izin lingkungan tanpa dilengkapi
dengan amdal atau UKL-UPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 111

• (2) Pejabat pemberi izin usaha dan/atau


kegiatan yang menerbitkan izin usaha dan/atau
kegiatan tanpa dilengkapi dengan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 112

• Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak


melakukan pengawasan terhadap ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
terhadap peraturan perundangundangan dan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71
dan Pasal 72, yang mengakibatkan terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
Pasal 113

• Setiap orang yang memberikan informasi palsu,


menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak
informasi, atau memberikan keterangan yang tidak
benar yang diperlukan dalam kaitannya dengan
pengawasan dan penegakan hukum yang berkaitan
dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
huruf j dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 114

• Setiap penanggung jawab usaha


dan/ataukegiatan yang tidak melaksanakan
paksaan pemerintah dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Pasal 115

• Setiap orang yang dengan sengaja mencegah,


menghalang-halangi, atau menggagalkan
pelaksanaan tugas pejabat pengawas
lingkungan hidup dan/atau pejabat penyidik
pegawai negeri sipil dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
Pasal 116

• (1) Apabila tindak pidana lingkungan hidup


dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan
usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana
dijatuhkan kepada:
a. badan usaha; dan/atau
b. orang yang memberi perintah untuk
melakukan tindak pidana tersebut atau orang
yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan
dalam tindak pidana tersebut.
Pasal 119

Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini,


terhadap badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau
tindakan tata tertib berupa:
a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau
kegiatan;
c. perbaikan akibat tindak pidana;
d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak;
dan/atau
e. penempatan perusahaan di bawahpengampuan paling lama 3
(tiga) tahun.
57
1/13/2020
Pendahuluan :
Lingkungan Hidup di Indonesia menyangkut tanah, air, dan udara dalam
wilayah negara Republik Indonesia. Semua media lingkungan hidup tersebut
merupakan wadah tempat kita tinggal, hidup serta bernafas. Media lingkungan
hidup yang sehat, akan melahirkan generasi manusia Indonesia saat ini serta
generasi akan datang yang sehat dan dinamis.
Pembangunan industri, eksploitasi hutan serta sibuk dan padatnya arus lalu
lintas akibat pembangunan yang terus berkembang, memberikan dampak samping.
Dampak samping tersebut berakibat pada tanah yang kita tinggali, air yang kita
gunakan untuk kebutuhan hidup maupun udara yang kita hirup. Apabila tanah, air
dan udara tersebut pada akhirnya tidak dapat lagi menyediakan suatu iklim atau
keadaan yang layak untuk kita gunakan, maka pencemaran atau kerusakan
lingkungan hidup telah terjadi.
Pencemaran lingkungan hidup, bukan hanya akan berdampak buruk bagi
kehidupan masyarakat yang ada sekarang namun juga akan mengancam
kelangsungan hidup anak cucu kita kelak.
Oleh karena itu baik masyarakat, maupun pemerintah berhak dan wajib
untuk melindungi lingkungan hidup. Masyarakat diharapkan secara aktif dapat
berperan serta aktif dalam pelestrian lingkungan sedangkan pemerintah berupaya
dengan memberikan perlindungan bagi lingkungan hidup negaranya dan
masyarakat yang tinggal dalam lingkungan hidup negaranya melalui berbagai
peraturan perundang-undangan.
UU Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997 adalah suatu produk pemerintah
untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup sekaligus memberi perlindungan
hukum bagi masyarakat agar selalu dapat terus hidup dalam lingkungan hidup
yang sehat.
METODE PENYELESAIAN PERKARA
LINGKUNGAN

PENCEMARAN/KERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP

PENYELESAIAN
PENEGAKAN HKM
SENGKETA SANKSI
PERTNGGJWBN PERTNGGJWBN PERDATA
LH DI LUAR ADMINISTRASI
PIDANA PERDATA (HAK GUGAT)
Pasal 38 UULH PENGADILAN Pasal 25 UULH
Pasal 31, 33 UULH

GUGATAN
SENGAJA KELALAIAN PRWKLN
Pasal 41,43 UULH Pasal 42, 44 UULH KELOMPOK
Pasal 37(1) UULH

TNGGJWB
PERTNGGJWBN
BERDSRKN
MUTLAK
KESALAHAN
Pasal 35 UULH
Pasal 34 UULH
Beberapa Pengertian:
• “Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungi sesuai dengan peruntukannya.”

• “Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan


langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan”

(Definisi yang digarisbawahi merujuk pada ketentuan peraturan pelaksana lingkungan


hidup yang lain, dengan melihat kepada standard baku mutu lingkungan, media
lingkungan yang dicemari/dirusak)

• “Baku mutu lingkungan adalah, ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi
atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsure pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsure lingkungan hidup “
ATURAN PROSEDUR PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN HIDUP
( UULH ) NOMOR 23 TAHUN 1997
Penyidikan
memenuhi syarat
tekhnis dan yuridis
Penyidik
dan di dalam
Polri
pengambilan barang
bukti ilmiah dengan
menggunakan SPDP
Penyidik metode mata rantai Penyidik
PPNS pembuktian tidak Polri
terputus
Hasil
Penyidikan/
Berkas Perkara

Kejaksaan

JPU

Pengadilan Pertemuan sebelum sidang dengan saksi ahli Dakwaan menggunakan bentuk dakwaan berlapis pasal 41, 42,
atau 43, 44 atau 45, 46 UULH
Ketentuan Pidana

Ketentuan Pidana dalam perkara lingkungan hidup ditentukan dengan


memperhatikan niat batin seseorang (mens rea atau mental elements) yang
sering disebut sebagai kesalahan si pelaku (schuld-verband). Niat batin
seseorang di dalam pertanggungjawaban pidana di dalam hukum
lingkungan dibedakan atas kesengajaan dan kelalaian.

Berdasarkan niatnya maka seseorang dapat dituntut pidana atas:


o Dalam perkara yang mengakibatkan pencemaran dan / atau perusakan
lingkungan hidup:
1. dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, ancaman
pidananya penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp. 500. 000. 000,- (lima ratus juta rupiah) (vide pasal 41
UULH)
2. karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.
100. 000. 000,- (seratus juta rupiah) (vide pasal 42 UULH)
• Dalam perkara penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) (vide PP No. 74 Tahun 2001):

1. dengan sengaja melepaskan atau membuang zat, energi dan/atau komponen


lain yang berbahaya atau beracun masuk di atas atau ke dalam tanah, ke
dalam udara atau ke dalam air permukaan, melakukan impor, ekspor,
memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan tersebut, menjalankan
instalasi yang berbahaya, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk
menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau
nyawa orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling banyak Rp. 300. 000. 000,- (tiga ratus juta rupiah)” (vide
pasal 43 UULH)

2. karena kealpaannya melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam


pasal 43, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp. 100. 000. 000,- (seratus juta rupiah)” (vide pasal 44 UULH)
JALUR HUKUM PERDATA

GUGATAN ATAS PERKARA LINGKUNGAN HIDUP DAPAT


DILAKUKAN OLEH:

 Orang/korban yang terkena langsung pencemaran/perusakan


lingkungan hidup (163 HIR)
 Organisasi Lingkungan Hidup (LSM) yang memiliki hak gugat (ius
standi) berdasarkan undang-undang untuk kepentingan pelestarian
fungsi lingkungan hidup (vide pasal 38 ayat (1) UULH)
 Instansi pemerintah yang bertanggungjawab di bidang lingkungan
hidup, bertindak untuk kepentingan masyarakat jika pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup terjadi sedemikian rupa
sehingga mempengaruhi perikehidupan pokok masyarakat (vide
pasal 37 ayat (2) UULH)
BENTUK GUGATAN ORANG/KORBAN YANG TERKENA LANGSUNG
PENCEMARAN/PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP ADA 2:

1. Gugatan individu (vide pasal 163 HIR)


2. Gugatan perwakilan kelompok (class action) (vide pasal 37 ayat (1) UULH Jo. Per. MA
N0. 1 Tahun 2002)

ISI GUGATAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN


HIDUP:

1. Dapat meminta ganti kerugian dan / atau tindakan tertentu kepada pelaku
usaha yang menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup berdasarkan
kesalahan pelaku usaha (berdasarkan pasal 34 UULH)

2. Dapat meminta ganti kerugian terhadap penanggungjawab usaha yang usaha


dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan / atau menghasilkan
limbah bahan berbahaya dan beracun dengan beban pembuktian pada pelaku
usaha berdasarkan prinsip tanggung jawab mutlak (berdasarkan pasal 35
UULH)

Perkecualian untuk LSM tidak dapat meminta ganti rugi hanya terbatas pada
tindakan tertentu, menyatakan seseorang telah melakukan perbuatan melanggar
hukum dan membuat atau memperbaiki unit pengolah limbah
• Selain ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-undang
ini, terhadap pelaku tindak pidana lingkungan hidup dapat
pula dikenakan tindakan tata tertib berupa:

• perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak


pidana; dan/atau
• penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan;
dan/atau
• perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau
• mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa
hak; dan/atau
• meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak;
dan/atau
• menempatkan perusahaan di bawah pengampuan
paling lama 3 (tiga) tahun. (vide pasal 47 UULH)
Penyelesaian Sengketa Lingkungan
di Luar Pengadilan
• Penyelesaian sengketa lingkungan di luar pengadilan hanya dapat
ditempuh pihak-pihak bersengketa dalam masalah perdata seperti
untuk menentukan ganti kerugian maupun menentukan tindakan
tertentu dalam hal pemulihan/perbaikan lingkungan kepada
keadaan semula yang bertujuan untuk menjamin tidak akan terjadi
atau terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan

• Jalur ini ditempuh berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang


bersengketa dalam masalah lingkungan dengan menunjuk
mediator/jasa pihak ketiga untuk membantu menyelesaikan
sengketa

• Apabila penyelesaian sengketa di luar pengadilan gagal/tidak


berhasil, upaya selanjutnya yang dapat digunakan oleh para pihak
yang tidak puas dengan penyelesaian di luar pengadilan adalah
mengajukan gugatan ke pengadilan.
• Penerapan Sanksi administrasi dapat berupa upaya paksa
pemerintah yang berupa segala tindakan tertentu bagi para pelaku
usaha untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran
lingkungan, menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh suatu
pelanggaran, pemulihan lingkungan kepada keadaan semula atas
biaya pelaku usaha
(Berupa paksaan pemerintah, uang paksa, penutupan tempat usaha,
penghentian kegiatan mesin perusahaan, dan pencabutan izin)

• Upaya paksa pemerintah itu juga dapat diganti dengan pembayaran


sejumlah uang tertentu/denda

• Pelanggaran lingkungan tertentu juga dapat dijatuhi sanksi


administrasi berupa pencabutan ijin usaha dari pejabat yang
berwenang yang diusulkan oleh Kepala Daerah atau Pihak yang
berkepentingan yang merasa dirugikan atas pelanggaran lingkungan
oleh pelaku usaha tersebut.

Anda mungkin juga menyukai