PaRENTERAL
VOLUME KECIL ( SVP)
Oleh kelompok V B-4 18 :
Nur Azizah (1351810259)
Dwi Susanti (1351810260)
Endah W (1351810269)
Nur Zamaniyah (1351810272)
Khusnul Chotimah (1351810274)
Diah Firliyanti (1351810275)
2
SVP meliputi semua tipe produk parenteral, untuk
aplikasi topikal oftalmik, atau injeksi menurut berbagai
rute:
Rute primer: i.m., i.v., s.c.
Rute skunder: hiperdermoklisis, intraperitonial,
intraarterial, intraartikular, intrakardiak,
intrasisternal, intradermal, intralesional,
intraokular, intrapleural, intratekal, intrauterin,
intraventricular
Formulasi sediaan SVP relatif sederhana: berbahan
aktif, eksipien yang digunakan untuk berbagai tujuan,
sistem pelarut (lebih disukai air), kemasan, dan penutup
kemasan yang sesuai. Atau diformulasikan dalam bentuk
emulsi steril
3
KEUNTUNGAN
4
KERUGIAN
5
KARAKTERISTIK DASAR SVP
Sterilitas
Bebas partikel partikulat
Stabilitas fisika dan kimia
Isotonisitas
Injeksi tidak harus isotonis, S.c dan I.M kadang hipertonis
untuk memfasilitasi absorbsi
Untuk sediaan parenteral subkutan, intradermal,
intramuskular harus dibuat seisotonis mungkin,
sedangkan larutan hipotonis tidak boleh dipakai.
Intra spinal : harus isotonis karena sirkulasi cairan
serebrospinal lambat
6
PENGGUNAAN UTAMA SVP
1. injeksi terapeutik
Yang termasuk dalam injeksi terapeutik adalah injeksi
antiinfeksi, steroid, hormon, vitamin, agen
kardiovaskular, barbiturat, agen CNS, protein, dan
bermacam-macam obat lainnya.
Injeksi biasanya berupa larutan yang mengandung bahan
aktif dan bahan tambahan.
Injeksi dapat juga tersedia dalam bentuk cairan pekat
yang harus diencerkan sebelum digunakan (misal KCl
untuk injeksi konsentrat)
7
2. Produk oftalmik
Produk oftalmik berbentuk obat dalam larutan, suspensi,
gel, atau salep, yang diberikan secara topikal pada
permukaan kornea mata.
Termasuk produk oftalmik adalah larutan pencuci dalam
ukuran SVP.
Sediaan oftalmik harus steril. Sediaan larutan dan suspensi
oftalmik dikemas dalam kemasan polietilen berbobot jenis
rendah yang mudah dipencet untuk memudahkan
penggunaan.
Salep mata harus steril, bebas dari partikel logam, dan
dikemas dalam tube. Sediaan oftalmik yang berdosis
ganda harus ditambahkan pengawet antimikroba.
8
FORMULA SVP
9
PENGARUH RUTE PEMBERIAN
10
PENGARUH RUTE PEMBERIAN
2. Pemilihan solven
I.v dan intra spinal larutan air
i.m dan subkutan larutan dalam minyak, kosolven,
suspensi, emulsi
3. Ph atau osmolaritas
- Larutan suntik harus di formulasi pH dan osmolaritas
yg sama dengan cairan tubuh isohidri dan isotoni).
- Pada umumnya larutan parenteral hipertonis
dikontraindikasikan untuk penyuntikan sub kutan
atau intramuskular
11
PEMILIHAN PEMBAWA
Umumnya air (Water for Injection)
Persyaratan pelarut air untuk sediaan injeksi yang tercantum
dalam USP adalah:
1.Harus dibuat baru dan bebas pirogen
2.Jumlah zat padat terlarut total tidak boleh lebih dari 10 ppm
3.pH 5,0 –7,0
4.Tidak boleh mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium,
amonium, dan CO2
5.Batas logam berat
6.Batas bahan-bahan organik seperti tanin dan lignin
7.Batas jumlah partikel
12
Dapat ditambahkan kosolven seperti gliserin, etanol,
propilen glikol, PEG
Surfaktan ditambahkan pada formulasi vitamin, hormon,
sulfonamid sebagai wetting agent dan surfaktan
dispersi koloid seperti larutan sejati
Pelarut minyak : minyak kacang, jagung, zaitun (untuk
i.m)
13
BAHAN TAMBAHAN
1. Buffer
Untuk menjaga pH stabil dari larutan
Ideal : 7,4
pH > 9 menyebabkan nekrosis, < 3 menyebabkan rasa sakit
dan phlebitis
Rentang yang dapat diterima untuk SVP I.V: 3,0 – 10,5
Rentang parenteral rute lain adalah 4 – 9
2. Antimikroba
Harus ditambahkan pada multiple dose
Sering ditambahkan pada injeksi yang tidak disterilkan
akhir
5 golongan yang umum digunakan : amonium kuartener,
alkohol, ester, merkuri, dan asam
14
FORMULASI SVP DIBAGI
MENJADI:
1. Suspensi
2. Emulsi
3. Larutan
4. Solid for reconstitution ( padat kering
yang direkonstitusikan dalam pelarut )
15
Suspensi
Persyaratan yang harus dipenuhi suspensi parenteral : kemurnian,
bahan tambahan yang diijinkan, sifat alir, dan Bebas pirogen
Contoh sediaan : Ampicillin for injection, betametason acetate,
tetanus toxoid suspension
Suspending agent yang biasa digunakan : Gelatin, manitol, PVP,
SCMC, Sorbitol
Larutan injeksi termasuk larutan yang dikonstitusi dari zat padat
steril untuk penggunaan parenteral, harus bebas dari partikel yang
dapat diamati pada pemeriksaan visual (Farmakope Ind. Ed. IV, hal
981).
Adapun ukuran partikel yang dikatakan visual adalah lebih dari 50-
150 µm dan sub visual adalah antara 1-50 (1,10,25,50) µm, dan non
visual kurang dari 1 µm (USP 34-NF 29, hal. 844) 16
Emulsi
17
Larutan (Steril)
18
Larutan:
Alasan:
Bentuknya menyenangkan
Dapat digunakan secara IV, IM dan SC
Mempunyai kandungan yang seragam sehingga mudah
pembuatan dan penggunaannya
19
Bentuk kering (padatan)
Pemisahan disebabkan:
Densitas
Distribusi ukuran partikel
Bentuk partikel
Kohesi
Muatan, dsb.
21
Daftar pustaka
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
https://dhadhang.files.wordpress.com/2013/10/sediaa
n-svp.pdf ( diakses 15/10/19 20:55)
Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri.
Global Pustaka Utama. Yogyakarta.
Rizkah,Sauda,Suchi, 2015, Makalah Biofarmasi Sediaan
Parenteral, Farmasi Sekolah Tinggi Muhamadiyah
Tangerang.
Jannah,nur, 2015, Tekhnologi Sediaan Steril, Farmasi
UIN ALAUDIN Makassar.
22
TERIMA KASIH