Atma Tattwa
Atma Tattwa
H
Dalam Upanisad kata Atman berasal dari
kata “an” yg berarti “bernafas, hidup”
sehingg atman dapat diartikan hidupnya
hidup.
Atau juga disebut dengan percikan kecil
atau merupakan bagian dari Sang Hyang
Widhi Wasa.
(Dalam Bhagavadgita X.20)
“Aku adalah Sang Diri
yang ada dalam hati semua
mahluk, wahai Gudakesa
aku adalah permulaan,
pertengahan, dan akhir dari
pada semua mahluk”
Brahman Atman Aikyam :
brahman dan atman adalah tunggal
Brahman adalah azas alam semesta
atman adalah azas pribadi
Dalam Katha Upanisad (I.2.18)
“Atman yg maha tau tidak pernah dilahirkan,
dia juga tidak pernah mati kapanpun, Dia
muncul dari ketidak beradaan ini muncul dari
Dia. Dia tidak lahir, kekal berlangsung terus
dan yang pertama-tama. Dia tidak terbunuh
ketika tubuh terbunuh”
(Svetasvatara upanisad V.11)
“Dengan mempergunakan kemauan, pikiran,
perabaan, penglihatan, dan dengan menghayatai
hawa nafsu, Atman berengkarnasi secara berulang-
ulang di berbagai tempat, dengan mengambil
berbagai tubuh, sesuai dengan hasil karmanya dan
mengalami kedewasaan, sama seperti bahwa tubuh
itu dapat mengalami pertumbuhan, karena orang
memakan makanan dan minum-minuman”
(Svetasvatara upanisad V.12)
“Atman yg berengkarnasi sesuai
dengan sifat dan karmanya, memilih
sebagai tubuhnya wujud yg kasar
atau halus. Ia menjadi tampak
berkeadaan berbeda dari satu
inkarnasi ke inkarnasi berikutnya
(Sugiartono dan Pudja, 1982;50-51)
(Bhagawadgita. II.20)
“Ia tidak pernah lahir dan juga tidak pernah mati atau setelah
ada tak akan berenti ada, ia tak dilahirkan, kekal, abadi, sejak
dahulu ada, dan Dia tidak mati pada saat badan jasmani ini
mati”
(Bhagawadgita. II.23)
“Senjata tak dapat melukai-Nya, dan apai tak dapat
membakarnya, angin tak dapat mengeringkan-Nya dan air tak
dapat membasahi-Nya”
(Bhagawadgita.II.24)
“sesungguhnya Dia tidak dapat dilukai, dibakar dan juga tak
dapat dikeringkan dan dibasahi; Dia kekal, meliputi
segalanya, tak berubah, tak bergerak, dan abadi selamanya”
Sifat-sifat Atman :
Antahkarana Sarira :
atma/jiwa yang kekal abadi
dan bersumber dari Tuhan
Panca Maha Bhuta
wss-satria
18
wss-satria
19
Pikiran=pengontrol indra2, terkait dengan
cara mendapatkan pengetahuan.
1. Pengertian yang absah (persepsi-
penyimpulan-kesaksian).
2. Pengertian yang tdk absah: < membedakan,
keterikatan, menghindari -, takut mati.
3. Basa-basi (verbal cognition), sebatas ingin.
4. Tertidur = putus hubungan dengan dunia
luar.
5. Ingatan = memanggil kembali yg pernah
ada.
wss-satria
20
1. Sakit.
2. Tidak mahir/ahli.
3. Ragu-ragu.
4. Menghayal.
5. Lamban.
6. Keberpihakan.
7. Bingung.
8. Kegagalan.
9. Tidak stabil (goyah).
wss-satria
21
Keberadaan manusia di dunia, sebagai
akibat dari avidya (lupa akan hakekatnya
dirinya yang sejati).
Tugasnya di dunia : untuk mengetahui
hakekat dirinya yang sejati dan hakekat
dunia ini.
Dirinya yang sejati adalah Atman.
Hakekat Dunia ini adalah Rwabhineda
dan sementara.
wss-satria
22
wss-satria
23
wss-satria
24
wss-satria
25
wss-satria
26
Tahapan Satwam Rajas Tamas Pikiran
2.Bodoh Malas-Menerima-
***** Mental Budak.Cepat
(Mudha) puas.
Badan
Panca Indra (Indriya)
WSS-2007 28
Tujuan “hidup ini” adalah untuk
merencanakan “hidup yang akan
datang”, sampai akhirnya mencapai
“pembebasan” atau Moksa.
WSS-2007 29
Tiga jenis energi yang
mempengaruhi
Segala yang ada di alam semesta
ini.
Satwam – Rajas – Tamas.
A
1 2 3 4
5 6
Anandamaya kosa
Vijnanamaya kosa
32
Arjuna “bingung” Kewajiban seorang
dan mohon agar “Ksatria” adalah
diberikan
berperang, demi
pemahaman
tentang makna kebenaran!
“hidup ini”. Kalau harus mati
Apakah ia harus maka engkau tetap
membunuh akan dihormati
Gurunya dan oleh musuh-
Kakeknya dalam musuhmu dan
peperangan ini ? masuk sorga, kalau
Atau menyerah
menang engkau
saja.
Apakah tidak akan dihormati
berdosa oleh Dunia.
membunuh orang Jiwa tidak dapat
yang kita dibunuh. Jiwa
seharusnya kekal. Badan
hormati ? hancur, maka akan
diganti dengan
badan baru,
seperti mengganti
baju yang robek.
Menyerah adalah
WSS - 2007 memalukan bagi
seorang Ksatria. 33
PADA HAKIKATNYA SEMUA MANUSIA ADALAH MAHLUK RELIGIUS KARENA
ADANYA KESADARAN AKAN KEKUATAN LAIN DI LUAR DIRINYA YANG
KEMUDIAN DIPAHAMI SEBAGAI “YANG SAKRAL”.
MANUSIA MEMILIKI TENDENSI UNTUK DEKAT DENGAN YANG SAKRAL
TERUTAMA KARENA FAKTOR FASCINATIO YANG ADA PADANYA.
MANUSIA MEMILIKI PENGHAYATAN YANG BERBEDA ATAS SITUASI YANG
MELINGKUPI DIRINYA: YANG SAKRAL DAN YANG PROFAN.
ELIADE: UNTUK MEMAHAMI BERBAGAI FENOMENA KEAGAMAAN HARUS
DILIHAT DARI PEMAHAMAN MANUSIA RELIGIUS AKAN YANG SAKRAL DAN
PROFAN DARI RUANG, WAKTU DAN DUNIA.
WAKTU PROFAN ADALAH WAKTU LINIER (RUTINITAS) SEDANGKAN WAKTU
SAKRAL MERUPAKAN WAKTU SIKLUS (PENGULANGAN – PENGULANGAN
TERMASUK PENGULANGAN AKAN PERISTIWA HIEROPHANY).
SEGALA SESUATU YANG PROFAN DAPAT BERALIH DAN MEMILIKI KUALITAS
KESAKRALAN KARENA ADANYA SUATU PERISTIWA “PENTAHBISAN” / INISIASI
MELALUI 2 CARA / KONSEP:
ADANYA PERISTIWA HIEROPHANY (REPRESENTASI YANG KUDUS) – 20.
PELAKSANAAN RITUAL - RITUAL KEAGAMAAN (PENTAHBISAN DAN
INISIASI) - 24.
34
Individuadalah Sang Penumpang dalam
Kereta (badan material) dan Kecerdasan
adalah Kusirnya. Pikiran adalah tali
kekangnya, sedangkan Indra-indra
adalah kuda-kuda yang menarik kereta
itu. Seperti itulah hal ini dimengerti oleh
para pemikir mulia.
WSS-2007 35
1. Memilki 3 potensi (tri pramana): Bayu –
Sabda – Idep.
2. Dapat membedakan Baik dan Buruk (ssc : 2).
3. Hidup adalah kesempatan, perbuatan
(karma) ( ssc : 7).
4. Hidup = sangat singkat ( ssc : 8 ).
5. Mengisi waktu dengan karma baik seoptimal
mungkin (ssc : 30-31)
6. Hasil perbuatan menghantarkan sang atman
ke akhirat (ssc : 32).
WSS-2007
37
1. Keadaan Terjaga : kesadaran kontak langsung
dengan dunia luar yang riil.
WSS - 2007
38
Pada saat kesadaran
sampai pada tingkat
kesadaran Turiya, melewati
tiga tahap kesadaran
lainnya (Terjaga-Mimpi-
Tidur Lelap), maka “aku
adalah Engkau”
Tat Twam Asi.
WSS - 2007
39
Tidak ada pesawat apapun
yang dibuat manusia dapat
mengalahkan kecepatan dari
“pikiran”.
WSS - 2007
40
1. “Jiwa” memiliki Pengetahuan, sebagai
subyek yang mengetahui, obyek-obyek yang
diketahui di luar dirinya.
2. “Jiwa” adalah Pengetahuan itu sendiri,
sebagai obyek dari Pengetahuan,
Pengetahuan tentang dirinya sendiri.
3. “Pengetahuan” adalah “self luminous”.
4. “Pengetahuan” dapat berlangsung pada
semua tahap kesadaran manusia
(terjaga/pengalaman/terbatas-tidur
lelap/moksa/tak terbatas).
WSS - 2007
41
Jiwa P.Indra Dunia
Luar
Bau
Hidung
Suara
Budi Kuping
Manas
P.Karmendriya
Atman P.Budindriya Mata Dunia
Wujud
Luar
Kulit Kasar
Ahamkara Halus
Lidah
Rasa
WSS - 2007
42
Pernyataan “Tangan Saya”, “Kaki Saya” menunjukkan
bahwa : Tangan dan Kaki (“Badan Saya”) berbeda
dengan “Diri Saya” (Jiwa).
Pernyataan : “Orang yang berbuat baik akan lahir di
lingkungan Orang Baik; Orang yang berbuat jelek
akan lahir di lingkungan Orang Jelek” (“Diri Saya”
(Jiwa) berbeda dengan “Badan Saya”).
“Diri Saya”(Jiwa) sulit dibedakan dengan “Atma”, oleh
karena dalam mengekspresikan dirinya sama-sama
lewat “Pikiran”.
“Jiwa” jumlahnya sangat banyak dan berbeda dengan
“Atma” berbeda dengan “Brahman” berbeda dengan
“Pikiran” dan berbeda dengan “Badan”.
WSS - 2007
43
Hubungan antara “Jiwa” dan “Pengetahuan”, adalah
seperti hubungan antara “Nyala Lampu” (substansi)
dengan “Terang Cahayanya” (sifatnya).
Baik “Nyala Lampu” maupun “Terangnya” memiliki
sifat yang sama, pada semua unsur api yaitu : “Keterang
Benderangannya”.
“Jiwa” menghasilkan “Pengetahuan Substantif”,
“Pengetahuan” menghasilkan “Pengetahuan Atributif”.
Pengetahuan Substantif : Pengetahuan, dimana Jiwa
yang mengungkapkan dirinya sendiri, tidak berubah.
Pengetahuan Atributif : Pengetahuan, dimana obyek-
obyek eksternal mengungkapkan dirinya kepada Jiwa,
mengalami perubahan.
WSS - 2007
44
Atman self luminous : Atman selalu memanifestasikan
dirinya sendiri.
Apakah Atman self luminous dalam keadaan tertidur lelap
? Bukankah dalam keadaan tertidur lelap kita tidak
memiliki pengetahuan tentang sesuatu ?
Ramanuja :
1. Pada waktu tertidur lelap, “pikiran” tidak aktif, tapi saya
merasakan “kebahagiaan”. Darimana datangnya rasa
bahagia itu ? Siapa yang bahagia ? Kebahagiaan tentang
apa ?
2. Oleh karena “pikiran” tidak aktif, berarti tidak ada kontak
dengan “obyek-obyek di luar diri saya”, sehingga
kebahagiaan yang saya rasakan adalah tentang sesuatu di
dalam diri saya, yaitu tentang diri saya sendiri.
3. Pengalaman saya tertidur lelap, adalah pengalaman
tentang diri saya sendiri, wujudnya adalah : saya
merasakan “Kebahagiaan”.
4. Dalam keadaan tertidur lelappun “Atman mengungkapkan
dirinya sebagai saya” (Self Luminous).
WSS - 2007
45
Keluarga, sanak famili semuanya
datang dan ikut mendoakan agar
sembuh, namun maut tidak dapat
ditolak.
Persiapkan dirimu sebelum maut
datang menjemputmu !
WSS - 2007
46