Anda di halaman 1dari 14

AKHLAK KEPADA SESAMA , AKHLAK KEPADA

DIRI SENDIRI
 
DISUSUN OLEH :
DINA FITRIANI
DINI ROSVI AMANDA
EKA SARA
ENDAH PERMATA SARI
 
 
DOSEN PEMBIMBING : Drs. HM. Nasron
HK.M.PDi 
AKHLAK MULIA KEPADA SESAMA
MANUSIA
 Akhlak Mulia Kepada Sesama Manusia
 Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Yang mana
dalam menjalankan kehidupannya ia tidak bisa terlepas dari
bantuan orang lain. Manusia yang satu dengan manusia
yang lain seharusnya bisa saling berkontribusi agar
terciptanya suatu kehidupan yang rukun dan harmonis.
 Salah satu hal yang menjadi peran penting dalam
pelaksanaan hubungan sosial antar sesama adalah dengan
adanya akhlak. Seperti yang diketahui bahwa akhlak yang
tidak lain adalah budi pekerti merupakan sebuah aspek
dalam jiwa seseorang yang memicu untuk melakukan suatu
perbuatan tanpa perencanaan. Akhlak merupakan hal yang
peranannya sangat penting karena akhlak merupakan
pembeda antara manusia dengan hewan atau makhluk
lainnya. Oleh karena itu, dalam kehidupan akhlak
mempunyai andil yang besar.
 Ber-husnuzhon
Diterangkan dalam Q.S Al Hujurat: 12 yang terjemahannya berbunyi, “Wahai
orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang
lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain
 Tasamu

Tasamu yang dalam artian tenggang rasa, pun merupakan salah satu bentuk
akhlak mulia yang harus senantiasa dijaga dan diaplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat. Tasamu juga berarti toleransi yang mana adanya penanaman
sikap menghargai orang lain baik pendapatnya, pemikirannya, pendiriannya
atau pun hal yang lain.
 Tawadhu

Tawadhu yang tidak lain adalah rendah hati kepada sesama manusia adalah
salah satu bentuk akhlak terpuji di mana seseorang merendahkan hatinya di
hadapan orang lain dan berinteraksi dengan rasa kasih sayang juga kelembutan
tanpa membedakan satu dengan yang lainnya.Sifat tawadhu menghasilkan atau
menimbulkan rasa persamaan yang mana nantinya menuju pada keadilan juga
rasa saling menghargai.
 Ta’awun

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjalin kehidupan yang rukun atas
dasar rasa persaudaraan, terlebih bagi sesama muslim ataupun yang bukan
muslim. Salah satunya adalah dengan berta’awun. Ta’awun adalah berbuat baik
di mana adanya tindakan saling tolong-menolong antar seseorang kepada orang
lain dengan ikhlas tanpa pamrih.
 Timbulnya rasa persaudaraan
Persaudaraan timbul ketika antara satu orang dengan orang lain
muncul rasa nyaman. Rasa nyaman tersebut dibuat ketika seseorang
memiliki budi pekerti yang baik. Orang yang berbudipekerti yang baik
akan senantiasa berlaku ramah dan lemah lembut kepada siapapun,
hingga akhirnya dapat memicu rasa kasih dalam balutan ukhuwah.
 Mencegah permusuhan

Permusuhan timbul ketika adanya kontra. Permusuhan bisa diawali


oleh rasa kekecewaan, sakit hati hingga dendam. Faktanya, sampai saat
ini masih banyak permusuhan yang terjadi. Baik permusuhan yang masih
bersifat sederhana, hingga permusuhan yang sudah kompleks hingga
memicu peperangan. Padahal dalam sebuah hadis dikatakan bahwa,
“Orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah orang yang selalu
menabuh gendering permusuhan.” (HR. Bukhari)
 Membersihkan hati dari sifat egois, iri, dan penyakit hati lainnya

Bukan hanya fisik atau tubuh yang selalu atau bisa dilanda penyakit.
Namun, hati yang tidak lain adalah nurani, juga bisa diserang oleh
berbagai macam penyakit hati. Penyakit hati yang paling umum adalah
egois, iri, dan angkuh.Beberapa penyakit hati tersebut muncul karena
kurangnya pembinaan pada hati. Salah satu pencegah atau pembersih
dari penyakit hati itu adalah dengan menerapkan beberapa bentuk dari
akhlak mulia.
PENGERTIAN AKHLAK PADA DIRI
SENDIRI
Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab

‫الق‬8‫خ‬8‫ ا‬bentuk jamak dari mufradnya khuluq‫لق‬8‫ خ‬yang berarti
“budi pekerti”. Sedangkan menurut terminologi, kata
“budi pekerti”, budi adalah yang ada pada manusia,
berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh
pemikiran, ratio. Budi disebut juga karakter. Pekerti
adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong
oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi, budi
pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang
bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia
Jadi ,Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri
sendiri adalah[2] sikap seseorang terhadap diri pribadinya
baik itu jasmani sifatnya atau rohani . Kita harus adil
dalam memperlakukan diri kita , dan jangan pernah
memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak
baik atau bahkan membahayakan jiwa.
 Macam-Macam Akhlak Seorang Muslim Pada Diri Sendiri
1. Berakhlak terhadap jasmani
a Senantiasa Menjaga Kebersihan[3]
 Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim harus bersih/ suci
badan, pakaian, dan tempat, terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah
kepada Allah, di samping suci dari kotoran, juga suci dari hadas.
b. Menjaga Makan dan Minumnya[4]
Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak makan
dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati.
Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal
dan tidak berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk makanan, sepertiga untuk
minuman, dan sepertiga untuk udara.
c.Menjaga Kesehatan[5][4]
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari
ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan anmanah dari-Nya. Riyadhah
atau latihan jasmani sangat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun
riyadhah harus tetap dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam. Orang
mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah.
d.Berbusana yang Islami[6][5]
Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-bagian badannya
ada yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi
kebutuhan alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya
alam sekitarnya, seperti dingin, panas, dll. Karena itu Allah SWT memerintahkan
manusia menutup auratnya dan Allah SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk
dibuatb pakaian sebagai penutup badan.
 2.Berakhlak terhadap Akal[7][6]
a. Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim,
sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan
memberikan porsi terhadap akalnya yakni berupa penambahan
pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Sebuah hadits Rasulullah SAW
menggambarkan :
‫ل‬
(8 ‫ضة على ك‬8‫ي‬8‫ر‬8‫علم ف‬
8‫لب ال‬8‫ه ط‬8‫اج‬8‫ن م‬8‫ه اب‬8‫سلم ) روا‬8‫م‬
Artinya : “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR.
Ibnu Majah)

b. Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai


Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang sangat urgen
dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi (1993 : 48),
hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim adalah : Al-Qur'an, baik dari segi
bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para
sahabat; fikih terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan
lain sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang spesialisasi
yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah,
namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik, politik
dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal
kaum muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.
c. Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain
Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah
menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada
orang yang membutuhkan ilmunya.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43)

 d. Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan


Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah
merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa
seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff)
 3. Berakhlak terhadap jiwa
a. Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar
Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu
dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan
datang.[8][7] Allah SWT berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat
yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(QS. At-Tahrim : 8)
Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya :[9][8]
1) Syirik
2) Kufur
3) Nifak
4) Riddah
5) Fasik
6) Berzina dan menuduh orang berzina
7) Membunuh manusia
8) Bersumpah palsu

b. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan
demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab,
merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.[10][9]
Firman Allah SWT :

 ْ ُ ‫ه ع َلَيْك‬
‫م َرقِيبًا‬ َ ‫ن الل‬
َّ ِ ‫ا‬
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)
c. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri
pada suatu waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya.
Apabila terdapat kekurangan pada yang diwajibkan kepadanya
maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya.
Kalau termasuk yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan
bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka memohon
ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali.
Muhasabah merupakan salah satu cara untuk memperbaiki
diri, membina, menyucikan, dan membersihkannya.[11][10]
d. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang
melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan
untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang
mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat
kesengsaraan dan penderitaan. Jika seorang Muslim menyadari
bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia akan
berjuang dengan menyatakan perang kepadanya untuk
menentang ajakannya, menumpas hawa nafsunya.
C. Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain[12] :
 
1. Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah , menjauhi larangan dan ketika
ditimpa musibah. .
2. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah,
sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan
memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
3. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.
4. Shidiq , artinya benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut selalu berada
dalam keadaan benar lahir batin ,yaitu benar hati ,benar perkataan dan benar
perbuatan. .
5. Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan
iman. Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah
pada dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rosulullah
SAW bersabda bahwa “ tidaj (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan
tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji . ”( HR . Ahmad )
.
6. Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan
dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam
tantangan dan godaan. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan
dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya “
Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti
kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah
Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya
dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang
besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya” .
7. Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan
memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan
merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Nilai dan wibawa
seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan
tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan
oleh kehormatan dirinya.
8. Pemaaf, yaitu sikap suka member maaf terhadap kesalahan
orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk
membalas. Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan
kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf
dari yang bersalah.
D.Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri
1. Berakhlak terhadap jasmani
a. jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan
b. tubuh menjadi sehat dan selalu bugar
c. menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah
2. Berakhlak terhadap akalnya:
a. memperoleh banyak ilmu
b. dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk
orang lain
c. membantu orang lain
d. mendapat pahala dari Allah SWT
3. Berakhlak terhadap jiwa:
a. selalu dalam lindungan Allah SWT
b. jauh dari perbuatan yang buruk
c. selalu ingat kepada Allah SWT
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai