Anda di halaman 1dari 13

MATERI PENYULUHAN

KEBAKARAN   HUTAN DAN LAHAN


DI DESA TAHAWA. KAB.PULANG PISAU

OLEH:
MARTIN.SIMBOLON
CCA 110 023

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN BUDAYA


UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2013
 Hutan, yang keberadaannya mutlak singkat. diperlukan, makin
hari makin menyusut luasnya karena berbagai sebab. Salah
satunya, yang dapat dikatakan paling dahsyat adalah
kebakaran. Berbeda dengan hama dan penyakit, kebakaran
hutan dapat mengakibatkan musnahnya atau berkurangnya
hutan dalam waktu yang relatif
  Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, pemerintahan
Indonesia telah mencanangkan  tekadnya untuk
mengendalikan kebakaran hutan. Pengalaman menunjukan
bahwa dalam pengendalian kebakaran hutan, upaya
pencegahan kebakaran hutan memegang peranan penting.
Sekali hutan terbakar terutama pada musim kemarau panjang,
sulit untuk dipadamkan. Hanya bila hujan telah turun
kebakaran menjadi padam.
 Untuk menimbulkan, meningkatkan dan memelihara peran serta
masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran tersebut,
kegiatan penyuluhan mutlak diperlukan.
 Melalui penyuluhan, seluruh lapisan masyarakat dari segala
umur perlu diyakinkan bahwa jika terjadi kebakaran hutan,
semua pihak akan menderita kerugian. Pengusaha hutan
menderita rugi, rakyat kehilangan pekerjaan, pemerintah
kehilangan devisa dan pendapatan negara, pemburu
kehilangan binatang buruan, industri perkayuan kehilangan
bahan kayu, penerbit surat kabar kesulitan kertas,
konsumen dan perusahaan air, juga petani kekurangan air,
penerbangan terganggu, pariwisata menjadi lesu dan lain-
lain. Kenyatan menunjukan bahwa peran masyarakat
terhadap upaya pencegahan kebakaran hutan masih kecil.
1.     PENYEBAB KEBAKARAN
 
Secara luas diketahui bahwa kebakaran hutan terjadi bila tiga unsur yaitu panas, bahan bakar dan oksigen bertemu. Jika salah
satu dari ketiga unsur tersebut tak ada, maka kebakaran hutan tak akan terjadi. Karena oksigen terdapat hampir merata
disemua wilayah, hanya dua unsur lainnya, yaitu panas dan bahan bakar yang dibahas.

a.    P a n a s
Dalam kebakaran hutan, unsur ini hanya berperan pada masa kemarau,
terutama kemarau panjang. Hampir diseluruh Indonesia musim Kemarau
terjadi setiap tahun, pada bulan-bulan tertentu yang dapat diperkirakan
sebelumnya. Musim kemarau panjang umumnya datang setiap 5-10 tahun
sekali, kecuali untuk Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya bagian Selatan
(Merauke), musim kemarau panjang terjadi setiap tahun. Erat kaitannya
dengan panas adalah sumber api. Umumnya disepakati bahwa 90 % sumber
api yang mengakibatkan kebakaran hutan berasal dari manusia, sedangkan
selebihnya berasal dari alam.
 
 b.    Bahan Bakar
Bahan bakar merupakan factor yang paling dominan sebagai penyebab kebakaran hutan.
Di Taman Nasional Wasur, Irian Jaya, misalnya, kemarau panjang dan juga kebakaran hutan,
terjadi setiap tahun diareal yang luas. Namun kebakarannya tidak pernah besar, karena serasah
hutan yang menjadi bahan bakar tipis saja.
Di Kalimantan dan Sumatra, terutama didaerah bergambut atau areal bekas tambangan,
kebakaran hutan yang terjadi pada musim kemarau panjang dapat dipastikan merupakan
kebakaran besar. Seperti kebakaran hutan tahun 1982/1983 di Kalimantan Timur dan tahun
1994 di Sumatra Selatan, Jambi, Riau dan Kalimantan. Kecuali berlangsung lama (Kebakaran di
Kaltim tahun 1982/1983 berlangsung sekitar 6 bulan), juga menimbulkan asap tebal yang dapat
mengganggu kegiatan hidup manusia. Kaitannya dengan upaya pencegahan dan penaggulangan
kebakaran hutan,
   Hutan Gambut
Pada hutan gambut, bahan bakar terletak dibawah permukaan tanah, yaitu gambut itu sendiri.
Pada musim penghujan, lahan gambut umumnya terendam air.
 
Pada musim kemarau normal, hanya lapisan atas saja yang kering, sehingga tidak mudah
terbakar. Namun pada musim kemarau panjang lapisan gambut yang tebalnya dapat mencapai
puluhan cm, dalam keadaan kering dan mudah terbakar. Bila kebakaran terjadi, walaupun
merambat secara perlahan, api gambut susah dipadamkan.
 
   1. DAMPAK KEBAKARAN

Dampak kebakaran hutan juga perlu diketahui dapat positif maupun negatif. Dampak positif seperti misalnya

dipercepatnya peremajan alam, pelapukan tanah, terbantunya kehidupan satwa liar, terkurangi termusnahkannya

hama dan penyakit. Sedangkan dampak negatif sebagai berikut :

a.      Rusak atau Musnahnya Kayu dan Hasil Hutan Lainnya

Kebakaran hutan mengakibatkan rusak atau musnahnya kayu yang sejak dua decade terakhir sedemikian penting.

Kebakaran hutan di Kaltim 1982/1983 menurut laporan asing yang dikutip oleh Zoefri Hamzah dan Ari Wibowo,

diketahui memusnahkan kayu senilai US $ 5,6 miliar – US $ 7,4 miliar. Disamping itu musnah pula hasil hutan

lainnya berupa rotan, damar, getah-getahan, binatang buruan, buah-buahan hutan, dan lain-lain. Semuanya itu

mengakibatkan banyak pihak seperti pengusaha hutan, rakyat yang tinggal disekitar hutan, pemburu, turis penerbit

surat kabar, dan lain-lain menderita kerugian.

  Kebakaran yang terjadi berulang-ulang dalam jangka yang lama tak dapat disangkal lagi telah mengubah jutaan

hektar jutaan hutan di Sumtra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, menjadi pada alang-alang yang tak

produktif.

 
b.      Kerusakan Lingkungan

Kebakaran hutan mengakibatkan berbagai kerusakan yang  tak ternilai, seperti


rusaknya lingkungan, terganggunya tata air, musnahnya sumber plasma nutfah
atau berkuranganya keanekaragaman hayati, timbulnya erosi dan lain-lain. Untuk
memperbaiki lingkungan yang rusak tersebut, diperlukan biaya yang besar dan
waktu yang lama.
  Rusaknya lingkungan tersebut semakin terasa akibatnya, mengingat hutan tropis
juga berfungsi sebagai paru-paru dunia. Dengan kata lain, dampak kebakaran
hutan merugikan seluruh penduduk dunia.
 
c.      Asap
Setiap kali terjadi kebakaran hutan, sebagian atau seluruh Sumatra dan
Kalimantan, tertutup asap tebal. Transportasi baik darat, sungai/laut maupun
udara terganggu dan beresiko terjadi kecelakaan. Bahkan negara kita di cap
sebagai negara pengekspor asap bagi negara tetangganya. Selain itu,asap yang
berasal dari kebakaran hutan (dan kebakaran lahan lainnya) juga berpengaruh
pada kesehatan dan kegiatan pariwisata.
 
3.     PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN

 Untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan yang disebabkan oleh


kebakaran hutan, dilakukan kegiatan pengendalian kebakaran hutan yang
meliputi pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran. Hal ini
diatur dalam peraturan Pemerintahan Nomor 45 Tahun 2004 tentang
perlindungan hutan sebagai penjabaran dari undang-undang nomor 41
tahun1999 tentang kehutanan.
 
 Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004
tersebut, kegiatan pengendalian kebakaran hutan dilakukan pada tingkat
nasional, pengendalian kebakaran  hutan menjadi tanggung jawab Mentri. Di
tingkat Provinsi dilakukan dan menjadi tanggung jawab Gubernur. Ditingkat
kabupaten/Kota dilakukan oleh dan menjadi tanggung jawab Bupati/Wali kota.
Di tingkat Kesatuan mengelola hutan dilakukan dan menjadi tanggung jawab
kepala Kepala Kesatuan Pengelolaan hutan setempat.
 
4.     PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN

 Pencegahan kebakaran hutan adalah semua usaha,


tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
atau mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran
hutan. Sedangkan penanggulangan kebakaran hutan
adalah semua usaha tindakan atau kegiatan untuk
memadamkan kebakaran hutan yang telah terjadi.
Dalam kaitan dalam pencegahan dan penanggulangan
kebakaran hutan, telah dikeluarkan keputusan Direktur
Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No.
243/KPTS/DJ VI/1994 tanggal 29 Desember 1994,
yang intinya adalah sebagai berikut :
KEGIATAN YANG PERLU DILAKUKAN DALAM
PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN :

Keadaan tidak terjadi kebakaran, meliputi :


1) Perencanaan pencegahan kebakaran antara lain :
a) Membuat peta kerawanan kebakaran
b) Penyusunan data statistik
c)  Membentuk Organisasi Regu Pemadam Kebakaran
d)  Menyediakan tenaga dan peralatan pemadaman
e)  Memantau cuaca, akumulasi bahan bakar dan gejala rawan kebakaran
f)  Membuat sekat bakar, waduk serba guna, sarana transportasi dan
komunikasi.
g)   Memasang rambu-rambu peringatan bahaya kebakaran pada lokasi yang
rawan kebakaran dan mudah dilihat masyarakat
h)   Mengikut sertakan pendidikan dan latihan pemadam kebakaran hutan
i)    Koordinasi dengan instansi yang berwenang atau aparat pemerintahan
setempat
2) Deteksi Dini Kebakaran

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih awal


kemungkinan terjadinya kebakaran hutan, agar dapat diambil
langkah-langkah penanggulangan dengan tepat. Kegiatan tersebut
antara lain :
a) Mendirikan Menara pengawas kebakaran  dengan jangkauan
pandang cukup jauh, dilengkapi dengan sarana deteksi (teropong,
range finder) dan sarana telekomunikasi.
b) Patroli secara periodik, dengan frekwensi lebih meningkat pada saat
musim kemarau.
c)  Membangun dan mendayagunakan pos-pos jaga pada jalan masuk,
jalan pengawasan areal tanaman dan disekitar kawasan yang
berbatasan  dengan desa atau lahan usaha.
d)  Memanfaatkan informasi penerbangan, data cuaca dan data satelit
apada areal pengusahaannya.
PELAKSANAAN PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN
1)  Untuk terlaksananya kewajiban dalam kegiatan perlindungan hutan dan areal
lainnya pemegang hak pengusaha hutan, Hak Pengusaha hutan Tanaman
Industri dan badan Usaha  yang menggunakan lahan wajib :
a) Membentuk organisasi Regu/SATGASDAMKARHUT baik yang melekat
dalam satuan Pengamanan (SATPAM) maupun berdiri sendiri.
b) Mengangkat karyawan yang khusus ditugaskan dan diberi wewenang sebagai
regu/SATGASDAMKARHUT dengan kualifikasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
c) Menyediakan sarana dan Prasarana pemadaman kebakaran hutan yang
mencukupi
d)  Memasang rambu-rambu peringatan tentang bahaya kebakaran hutan dan
menyiapkan alat Bantu penyuluhan berupa leaflet, poster, stiker dan lain-lain
e)  Menyediakan dana khusus untuk kegiatan pemadaman hutan
f)   Rehabilitasi/menanam kembali areal hutan bekas kebakaran disamping pada
lokasi yang kosong pada RKT berjalan
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai