LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) Disusun oleh Kelompok 1 : Ari Nurdiansyah 331710067 Galuh Dwi Nugroho 331710121 Reynaldi Izsthy 331710195 Sharofatu Tianingsih 331710007 PENGERTIAN Yang dimaksud dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup selanjutnya disebut dengan AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/ atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan. Yang dimaksud dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/ atau kegiatan Dapat dijelaskan bahwa AMDAL merupakan salah satu alat bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan atau kegiatan terhadap lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif. SEJARAH ATAU LAHIRNYA AMDAL (DUNIA)
Reaksi terhadap kerusakan lingkungan. Amerika Serikat
mengeluarkan Undang Undang Lingkungan Hidup : National Environment Policy Act (NEPA) Tahun 1969 yang mulai diberlakukan pada bulan Januari 1970. Inti dari regulasi tersebut adalah bahwa semua usulan legislasi dan aktifitas Pemerintah Federal Amerika Serikat yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak penting harus disertai dengan Laporan Environmental Impact Assessment atau EIA. LATAR BELAKANG BERKEMBANGNYA AMDAL
Teknologi dan segala Kajian kurang, analisis Penilaian dampak
aktivitas manusia memberi kurang dan data/informasi lingkungan: luas dan dampak bagi lingkungan kurang multidisipliner
Muncul sebuah kajian yang
konprehensif
EIA lahir yang diawali di AS dalam sebuah
dokumen NEPA (National Environmental Policy Act) dan mulai berlaku 1 Januari 1970 • Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (United Nation Conference on Human Environment) diselenggarakan di Stockholm Swedia pada tanggal 5-16 Juni 1972. Hasil perumusan tersebut adalah: 1) Deklarasi tentang Lingkungan Hidup Manusia 2) Rencana Aksi Lingkungan Hidup Manusia, terdiri dari 109 rekomendasi 3) Rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan yang menunjang pelaksanaan antara lain: i) Dewan Pengurus (UN Environmental Program, UNEP) ii) Sekretariat iii) Dana Lingkungan Hidup iv) Badan Koordinasi Lingkungan Hidup 4) Menetapkan tanggal 5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Perkembangan selanjutnya Komisi PBB membentuk World Commission on Environmental and Development (WCED), yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland, pada tahun 1983, dengan anggota terdiri dari berberapa negara, termasuk Indonesia (Prof. Dr. Emil Salim). Hasil kerja dari WCED yang tercacat sampai saat ini dan digunakan sebagai tonggak dalam pengelolaan lingkungan adalah Our Common Future (Hari Depan Kita Bersama). ARUS GLOBAL PRA-1972 Periode ini menandai daya tanggap dan cikal bakal bangkitnya kesadaran lingkungan Indonesia menyongsong konferensi Lingkungan Hidup Sedunia I di Stockholm, Swedia pada bulan Juni 1972 Sejarah Perkembangan AMDAL di Indonesia Sebagai tindak lanjutnya, berdasarkan Keppres No. 16 Tahun 1972 Indonesia membentuk panitia interdepartemental yang disebut dengan Panitia Perumus dan Rencana Kerja Bagi Pemerintah di Bidang Lingkungan Hidup guna merumuskan dan mengembangkan rencana kerja di bidang lingkungan hidup. Terbentuknya GBHN (1973)
Tumbuh dan berkembangnya analisis mengenai
dampak lingkungan di Indonesia, menyertai berkembangnya kesadaran lingkungan. Suatu tonggak yang penting dalam sejarah perkembangan kesadaran lingkungan di Indonesia adalah masuknya pertimbangan lingkungan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Isi GBHN “Dalam pelaksanaan pembangunan, sumber-sumber alam Indonesia harus digunakan secara rasional. Penggalian sumber daya alam tersebut harus diusahakan agar tidak merusak tata lingkungan hidup manusia, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan generasi-generasi yang akan datang.” Tiga tahun kemudian, Presiden mengeluarkan Keppres No. 27 Tahun 1975. Keppres ini merupakan dasar pembentukan Panitia Inventarisasi dan Evaluasi Kekayaan Alam dengan tugas pokoknya adalah menelaah secara nasional pola-pola permintaan dan persediaan serta perkembangan teknologi, baik di masa kini maupun di masa mendatang serta implikasi sosial, ekonomi, ekologi dan politis dari pola-pola tersebut. Komitmen Politik Nasional (1978-1983) Untuk melaksanakan amanat GBHN 1978, maka berdasarkan Keppres No. 28 Tahun 1978. Keppres No. 35 Tahun 1978, dalam Kabinet Pembangunan III diangkat Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Men-PPLH) dengan tugas pokok mengkoordinasikan pengelolaan lingkungan hidup di berbagai instansi pusat maupun daerah, khususnya untuk mengembangkan segi-segi lingkungan hidup dalam aspek pembangunan. Dengan mangacu pada NEPA, maka untuk pertama kalinya pada tahun 1982 Indonesia mencetuskan UULH No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang ini merupakan langkah awal Indonesia untuk menjadikan pembangunan berwawasan lingkungan. Pasal 16 UULH No. 4 tahun 1982 menyatakan bahwa setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah. Pembentukan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1983- 1993) Berdasarkan Keppres No. 25 Tahun 1983 tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, maka dibentuklah Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Di Indonesia EIA oleh Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan Lingkungan Hidup (PPLH) yang kemudian menjadi Kantor Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) ditetapkan terjemahannya menjadi Analisis Dampak Lingkungan yang permulaannya disingkat menjadi “ADL”, singkatan kemudian diubah menjadi “Andal”. Analisis Dampak Lingkungan adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan, merupakan salah satu bagian dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Sedangkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang disingkat “Amdal” adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Untuk menindaklanjuti operasionalnya, dikeluarkanlah PP No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Lembaran Negara Tahun 1986 No. 42 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338. Isinya menyatakan bahwa AMDAL dimaksudkan sebagai bagian dari studi kelayakan pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada bulan Juni 1990, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) di Indonesia dibentuk. Mandat BAPEDAL adalah untuk membantu Presiden dalam mengelola dampak pencemaran. Pada saat itu Emil Salim, Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup menjabat Ketua BAPEDAL dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Misi BAPEDAL adalah untuk melaksanakan fungsi pemerintah untuk mengendalikan dampak lingkungan dengan menggunakan prinsip-prinsip ekologi dalam pemanfaatan sumberdaya alam sehingga dampak negatif pembangunan tidak mengubah fungsi lingkungan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (1993-1998) • Pembangunan Jangka Panjang Kedua (1994/1995- 2019/2020). • Rakornas I Sasaran Repelita Tahunan (SARLITA). SARLITA merupakan penjabaran dari program Repelita yang diharapkan dapat menjadi acuan pokok dalam penyusunan dan penilaian rencana kegiatan pembangunan tahunan, khususnya yang dibiayai oleh APBN. Era Reformasi (1998-1999)
• Reformasi membawa perubahan secara dramatis
dalam sistem politik dan ketatanegaraan di Indonesia, sejalan dengan itu, terjadi perubahan dalam sistem kepemerintahan. • Jumlah penduduk yang meningkat memberikan tekanan yang lebih besar kepada sumber alam, salah satu dampaknya adalah kondisi kritis sumber daya air khususnya di pulau Jawa.Hutan semakin menurun kualitas dan kuantitasnya akibat over exploitation dan pembakaran. Pasca Reformasi (1999-2004)
• Perbaikan Kantor Menteri Negara Lingkungan
Hidup (1999-2001) • Kementrian Negara Lingkungan Hidup (2001-2004) • Kementrian Negara Lingkungan Hidup (2004- Sekarang) Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (1999- 2001) Menurut PP No. 27/1999 Pasal 3 ayat 1, usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi : a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam. b. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharu. c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya. Next... d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya. e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya. f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renik. Kementrian Negara Lingkungan Hidup (2001- 2004) • peningkatan dan perluasan aliansi strategis dalam rangka memperoleh dukungan dan kekuatan politik untuk pelestarian lingkungan, • pemberdayaan masyarakat sadar dan aktif berperan dalam proses pengambilan keputusan, • pengembangan prinsip “good governance” dalam pelestarian lingkungan hidup di kalangan pemerintah kabupaten/kota, • peningkatan penaatan melalui penggunaan instrumen hukum dan instrumen lainnya, dan • pengembangan kelembagaan dan peningkatan kapasitas. Kementrian Negara Lingkungan Hidup (2004- Sekarang)
• Pengelolaan lingkungan terfokus pada daerah
pemukiman • Memperhatikan tingkat kemiskinan • Program KB TERIMAKASIH