Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK

-RAISA NABILA DARLIS


-REZA JUNIANDAYU PUTRI
-SUSANTI S.SAKALIAO
TEORI DIFFERENTIAL
ASSOCIATION/ASOSIASI DIFERENSIAL
• Pada hakikatnya, teori Differential Association
lahir, tumbuh dan berkembang dari kondisi sosial
(social heritage) tahun 1920 dan 1930 Untuk
pertama kalinya, seorang ahli sosiologi AS
bernama Edwin H.Sutherland
Menurutnya teori ini adalah penyimpangan yang
terjadi akibat pergaulan yang berbeda.
• Teori Differential Association terbagi dua versi.
Dimana versi pertama dikemukakan tahun 1939,
versi kedua tahun 1947. Versi pertama terdapat
dalam buku Principle of Criminology,
ASPEK-ASPEK
• Pertama, setiap orang akan menerima dan
mengikuti pola-pola prilaku yang dapat
dilaksanakan.
• Kedua, kegagalan untuk mengikuti pola tingkah
laku menimbulkan ketidakharmonisan.
• Ketiga, konflik budaya merupakan prinsip dasar
dalam menjelaskan kejahatan.
• Selanjutnya, Edwin H. Sutherland mengartikan
Differential Association sebagai “the contens of
the patterns presented inassociation”. Ini tidak
berarti bahwa hanya pergaulan dengan penjahat
yang akan menyebabkan perilaku kriminal, akan
tetapi yang terpenting adalah isi dari proses
komunikasi dari orang lain.
• Kemudian, pada tahun 1947 Edwin H. Sutherland
menyajikan versi kedua dari teori Differential
Association yang menekankan bahwa semua tingkah
laku itu dipelajari,tidak ada yang diturunkan
berdasarkan pewarisan orang tua. Tegasnya, pola
perilaku jahat tidak diwariskan tapi dipelajari melalui
suatu pergaulan yang akrab. Untuk itu, Edwin H.
Sutherland kemudian menjelaskan proses terjadinya
kejahatan melalui 9 (sembilan) proposisi sebagai
berikut :
• Perilaku kejahatan adalah perilaku yangdipelajari.
Secara negatif berarti perilaku itu tidak diwariskan.
• Perilaku kejahatan dipelajari dalam interaksi dengan
orang lain dalam suatu proses komunikasi. Komunikasi
tersebut terutama dapat bersifat lisanataupun
menggunakan bahasa tubuh.
• Ketika perilaku kejahatan dipelajari, maka yang dipelajari termasuk :
(a) teknik melakukan kejahatan,
(b) motif-motif, dorongan-dorongan, alasan-alasan pembenar dan
sikap-sikap tertentu.

• Arah dan motif dorongan itu dipelajari melalui definisi-definisi dari


peraturan hukum. Dalam suatu masyarakat,kadang seseorang
dikelilingi orang-orang yang secara bersamaan melihat apa yang
diatur dalam peraturan hukum sebagai sesuatu yangperlu
diperhatikan dan dipatuhi, namun kadang ia dikelilingi orang-orang
yang melihat aturan hukum sebagai sesuatu yang memberikan
peluang dilakukannya kejahatan.

• Dengan diajukannya teori ini, Sutherland ingin menjadikan


pandangannya sebagai teori yang dapat menjelaskan sebab-sebab
terjadinya kejahatan. Dalam rangka usaha tersebut, Edwin H.
Sutherland kemudian melakukan studi tentang kejahatan White-
Collar agar teorinya dapat menjelaskan sebab-sebab kejahatan, baik
kejahatan konvensial maupun kejahatan White-Collar.
Adapun kekuatan teori Differential Association bertumpu
pada aspek-aspek :
• Teori ini relatif mampu untuk menjelaskan sebab-sebab timbulnya
kejahatan akibat penyakit sosial ;
• Teori ini mampu menjelaskan bagaimana seseorang karena
adanya/melalui proses belajar menjadi jahat
Sedangkan kelemahan mendasar teori ini terletak pada aspek
:
• Bahwa tidak semua orang atau setiap orang yang berhubungan
dengan kejahatan akan meniru/memilih pola-pola kriminal. Aspek
ini terbukti untuk beberapa golongan orang, seperti petugas polisi,
petugas pemasyarakatan/penjara atau krimilog yang telah
berhubungan dengan tingkah laku kriminal secara ekstensif,
nyatanya tidak menjadipenjahat.
• Bahwa teori ini belum membahas, menjelaskan dan tidak peduli
pada karakter orang-orang yang terlibat dalam proses belajar
tersebut.
• Bahwa teori ini tidak mampu menjelaskan mengapa seseorang
suka melanggar daripada menaati undang-undang dan belum
mampu menjelaskan kejahatan yang lahir karena spontanitas.
ARTIKEL
Polisi Kembali Temukan 3 Gangster Remaja
Baru di Surabaya
Laporan Agustina Suminar | Kamis, 06 Februari 2020 | 11:08 WIB

Ilustrasi. Polisi mengamankan 17 anak yang tergabung dalam geng, di Taman Mundu, Surabaya,
Minggu (13/10/2019) dini hari. Foto: Istimewa

suarasurabaya.net - Terkuaknya gangster remaja Jawara dan All Star sempat


membuat heboh masyarakat Surabaya pada 13 Oktober 2019 lalu. Baru
beberapa bulan diamankan, polisi kembali menemukan tiga geng remaja baru
di Kota Surabaya.

AKBP Sudamiran Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya mengatakan,


ketiga gangster tersebut diantaranya Gerombolan Wong Meneng (GWM),
Barisan Anak Brutal (BAB) dan Barisan Remaja Tampan (BRT). Menurutnya,
ketiga gengster tersebut saat ini sedang dalam pantauan polisi.

"Ketiga geng ini ada sedikit mis (miskom) di medsos, kemudian saling olok.
Langkah-langkah Polrestabes untuk pencegahan (adanya kerusuhan), karena
mayoritas anak-anak. Bahkan ada yang masih kelas 6 SD," ujarnya
kepada Radio Suara Surabaya, Kamis (6/2/2020).
Untuk mencegah terjadinya kerusuhan atau tindakan kriminal, Tim Cyber
Satreskrim Polrestabes Surabaya melakukan antisipasi preventif dengan
melakukan patroli siber. Jika nanti ditemukan para geng tersebut akan
melakukan pertemuan yang mencurigakan, maka polisi akan melakukan
tindakan dengan pembubaran.

Namun hingga saat ini, pihaknya belum menemukan kegiatan


ketiga geng tersebut yang terpaut hukum pidana. Polisi hanya menemukan
barang bukti senjata tajam yang masih ditelusuri lebih lanjut kepemilikannya.

"Kemarin di Sukolilo ditemukan (gangster), masih anak-anak semua. Akhirnya


dipanggil orang tua dan pemerintah kota untuk melakukan pembinaan.
Karena tindakan pidana belum ditemukan. Ada beberapa alat bukti senjata
tajam, tapi kepemilikan masih pendalaman," papar AKPB Sudamiran.

Ia melanjutkan, mayoritas keterlibatan anggota geng ini adalah faktor 'ikut-


ikutan teman'. Dalam kegiatannya, isi percapakan dalam geng ini berisi
pesan-pesan provokatif untuk menumbuhkan musuh bersama sekaligus
merekatkan sesama anggota geng.

Meski begitu, ia optimis bahwa keberadaan geng-geng remaja ini dapat


diatasi dengan kerjasama Pemkot Surabaya, polisi dan masyarakat. Seperti
halnya geng All Star yang setelah dikuak polisi tahun lalu yang saat ini
ditinggalkan anggota.

"Seperti fenomena geng Jawara dan All Star, yang setelah didamaikan Bu
Risma (Tri Rismaharini), Pak Kapolrestabes dan unsur
Reskrim, Alhamdulillah geng All Star yang begitu besar langsung redup,"
tambahnya.

Untuk itu, ia mengimbau kepada para orang tua untuk selalu memantau
pergaulan anak, terutama kegiatan anak di media siber. Selain itu, orang tua
juga diminta untuk lebih memperhatikan kegiatan anak-anak mereka agar
tidak terjerumus pada kegiatan-kegiatan yang merugikan.

"Ini karena mayoritas orang tua tidak tahu perkembangan teknologi yang
TEORI LABELLING
• Menurut Lemert, teori labeling adalah sebuah penyimpangan yang
bisa terjadi karena pemberian label atau cap dari masyarakat
untuk seseorang yang kemudian akhirnya meneruskan
penyimpangan tersebut. Teori labeling ini lahir karena inspirasi
dari perspektif interaksionisme simbolik yang kemudian
berkembang lewat riset dan pengujian dalam bidang kriminolog,
kesehatan, pendidikan dan juga kesehatan mental.
• Pada dasarnya, teori labeling ini menyatakan 2 hal yakni orang
yang berperilaku normal dan yang tidak, menyimpang atau tidak
menyimpang yang tergantung dari masyarakat atau orang lain
seperti orang tua, keluarga dalam menilai hal tersebu
• Menurut Edwin M. Lemert mengatakan jika individu yang
melakukan penyimpangan dari proses labeling yang diberikan dari
masyarakat pada individu tersebut dan penyimpangan yang
terjadi pada awalnya merupakan penyimpangan primer. Ini
akhirnya berakibat individu yang sudah dicap akan sesuai dengan
perilakunya seperti penipu atau pencuri. Untuk menanggapi cap
atau label tersebut, maka individu primer penyimpangan akan
mengulangi perbuatan penyimpangan kembali sehingga akan
Kelahiran Teori Labeling
• Teori labeling pada awalnya dipelopori Lemert dan
Interaksionisme simbolik dari Hebbert Mead yang kemudian
dikembangkan kembali oleh Howard Becker di tahun 1963.
Labeling juga disebut dengan julukan atau pemberian cap
yang pada awal menurut teori struktural devian atau
penyimpangan dipahami sebagai perilaku yang terjadi dan
merupakan karakter berlawanan dengan norma sosial.
• Labeling merupakan definisi saat diberikan untuk seseorang
yang akhirnya menjadi identitas orang tersebut serta
menjelaskan bagaiman tipe individu tersebut. Memberikan
label pada seseorang akan membuat kita cenderung melihat
diri orang tersebut dari kepribadian menyeluruh dan bukan
dari satu per satu perilaku.
• Ada 1 pemikiran dasar dalam teori labeling yakni pemikiran tersebut
menyatakan individu yang diberikan label seorang devian dan
diperlakukan seperti devian(orang yang menyimpang) maka nantinya
akan menjadi devian. Dengan kata lain sebagai contoh, jika ada seorang
anak yang diberikan label nakal dan diperlakukan seperti anak nakal
maka nantinya juga akan menjadi nakal. Sedangkan anak yang diberikan
label bodoh dan diperlakukan seperti anak bodoh maka nantinya akan
menjadi anak yang bodoh dan macam macam sifat manusia khususnya
sifat negatif lain yang disebabkan karena labeling negatif dari
masyarakat.

• Biddulph juga berpendapat jika banyak ahli yang setuju jika bagaimana
cara seseorang memandang dan merasakan diri sendiri, maka akan
dijadikan dasar individu yang bersangkutan dan kemudian akan
diadaptasi untuk sepanjang kehidupan individu tersebut. Seorang anak
yang diberi label baik, maka akan memiliki rasa percaya diri dan percaya
jika dunia adalah tempat yang nyaman dan semua kebutuhannya akan
terpenuhi. Namun jika anak yang diberi label tidak berharga, maka akan
merasa tidak dicintai dan cenderung memilih jalan mudah, takut dalam
mengambil sebuah risiko dan juga tidak bisa menghasilkan sebuah
prestasi. Seorang remaja yang mendapatkan label negatif akan
menimbulkan pemikiran jika dirinya mengalami bawah dirinya sudah
ditolak sehingga menjadi faktor yang mempengaruhi konsep diri
Manfaat Teori Labeling
• Ketika masyarakat ingin memberikan label pada seseorang atau
kelompok khususnya dalam label negatif atau buruk, sebaiknya
dilakukan tidak sembarangan dan lebih baik memakai manfaat
berfikir positif, sebab juga berdampak pada perilaku yang
nantinya akan diterapkan seseorang atau individu tersebut. Belajar
tentang labeling dalam psikologi ini seharusnya membuat
masyarakat luas bisa lebih bijak dan sebaiknya menjauhi pemberian
labeling negatif pada seseorang sebab juga akan menghasilkan
karakteristik sesuai dengan label yang diberikan tersebut.
• Dengan mempelajari teori labeling dalam psikologi, sudah
sepatutnya masyarakat berlaku lebih bijak pada saat ingin
memberikan label pada individu atau kelompok khususnya jika label
atau cap tersebut merupakan label yang negatif. Sebab tanpa
disadari, label yang sudah disematkan masyarakat pada individu
tersebut nantinya juga akan membentuk diri individu seperti label
yang sudah diberikan pada dirinya.

Anda mungkin juga menyukai