Rangkuman Buku Ajar Neurologi
Rangkuman Buku Ajar Neurologi
RANGKUMAN
BAB 1 - 3
01 Pendekatan Klinis Gangguan Neurologis
NEUROLOGI
02 Penurunan Kesadaran
UMUM
03 Peningkatan Tekanan Intrakranial
2. Gangguan gerak motorik; gerakan involu 8. Gangguan keseimbangan; vertigo dan ataksia
nter (tremor, balismus dsb) dan gangguan 9. Nyeri fokal; nyeri leher, punggung bawah, dsb
koordinasi otot (dyskinesia,dismetria dsb) 10. Gangguan otonom
3. Gangguan pola pernafasan 11. Gangguan fungsi luhur fokal; afasia
4. Kejang fokal; mulut mencong, salah satu t 12. Gangguan neuropsikiatrik fokal; depresi, agita
angan bergerak-gerak si
5. Gangguan sensorik eksteroseptif hipestesi 13. Sindrom neurologis yang bersifat fokal
6. Gangguan sensorik proprioseptif
Kategori defisit neurologis global
1. Penurunan kesadaran
2. Delirium
3. Kejang umum
4. Nyeri kepala yang difus
5. Sindrom peningkatan TIK
6. Demensia
ANAMNESIS ANAMNESIS NEUROLOGIS
Airway Breathing
Circulation
Pemeriksaan Fisik Umum
Tanda Vital
Tanda Trauma
Pemeriksaan pupil
Funduskopi
Diagnosis
• Pada pasien dengan tanda dan gejala lesi structural atau peningkataan TI
K, memerlukan pemeriksaan CT scan atau MRI kepala. Pemeriksaan dara
h terhadap konsentrasi glukosa, kreatinin, ureum, ammonia, elektrolit, SG
OT dan SGPT perlu dilakukan evaluasi awal pasien.
Diagnosis Banding
1. Psychogenic unresponsiveness: merupakan manifestasi klinis dari skizof
renia, kelainan somatoform atau malingering
2. Persistent vegetative state: penurunan kesadaran akibat hipoksia serebr
al, iskemik serebral global.
3. Locked in syndrome: transeksi fungsional pada batang otak di bawah po
ns tengah, dapat mengganggu jalur descending formation retikularis.
4. Brain death: dimana fungsi respirasi dan sirkulasi berhenti dan seluruh fu
ngsi otak terhenti secara ireversibel
Tatalaksana
Setiap pasienn dengan penurunan kesadaran yang pertama dicari adalah adanya gangguan intra
cranial, tatalaksana awal yang bersifat suportif, untuk memperbaiki kondisi akut yang mengancam
nyawa berikut;
- Bebaskan jalan nafas
- Berikn oksigen
- Pasang jalur intravena
- Berikan mannitol 25 - 50mg dalam solusio 20% IV selama 10-20 menit jika ada gejala peningkat
an TIK
- Antibiotic spectrum luas
- Jika pasien kejang berikan diazepam IV perlahan
- Pemasangan kateter urin
- Pemasangan pipa NGT
- Modifikasi pasif
03 PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
Neurologi Umum
BAB 1
Pendahuluan
• Tempurung kepala mempunyai tiga komponen yaitu, jaringan otak (serebr
al, sereblum, batang otak dan medulla spinalis), darah didalam pembuluh
darah dan ciran serebrospinal (CSS).
• Penambahan volume otak oleh massa intracranial, akan menyebabkan ko
mpensasi berupa pemindahan CSS ke rongga spinal, deformasi otak mela
lui peregangan otak, ssert pengurangan porduksi CSS.
• Penyebab tersering peningkatan TIK pada kasus neurologis adalah trauma
otak, stroke, neoplasma, hidrosefalus.
Patofisiologi
• Peningkatan TIK akan menurunkan perfusi serebral yang selanjutnya men
yebabkan penurunan aliran darah serebral atau cerebral blood flow dan m
emicu iskemik global yang berakhir pada kematian.
• Mekanisme kedua, peningkatan TIK yang tinggi akibat penambahan mass
a fokal di otak dapat mendorong sebagian parenkim otak ke daerah yang l
emah tidak dibatasi oleh duramater seperti falks atau tentorium, yang dise
but herniasi otak. Dorongan parenkim itu akan masuk ke satu-satunya dae
rah kosong di intracranial, yaitu foramen magnum yang meuju area batang
otak yang sangat vital fungsinya. Inilah yang paling ditakutkan dari peningk
atan TIK yaitu kematian akibat herniasi ke batang otak sebagai pusat kesa
daran, respirasi dan kardiovaskular.
....
Berdasarkan lokasinya herniasi otak dapat dibagi menjadi 4:
1. Herniasi cingulate
2. Herniasi sentral
3. Herniasi tentorial
4. Herniasi tonsillar
Gejala Klinis
• Peningkatan TIK dapat menyebabkan perubahan tanda vital. Jika peningk
atan TIK terus berlanjut hingga menyebabkan penekanan batang otak, ma
ka akan terjadi trias cushing ( peningkatan TIK, bradikardi, pola napas ireg
uler).
Diagnosis
• Tiga gejala cardinal keadaan peningkatan TIK yang sebelumnya disebutka
n adalah sakit kepala, muntah dan papil edema.
Tatalaksana
• Tatalaksana umum peningkatan TIK adalah menjaga oksigenasi dengan ta
rget saturasi >94% atau paO2 >80mmHg, pemantauan keseimbangan cair
an.
• Pasien dianjurkan duduk secara lateral decubitus, bahu dan pinggul pasien diposisikan tegak lurus t
erhadap bidang datar sumbu vertebra panggul dan lutut di fleksikan, kemudian lokasi insersi jarum
ditentukan dengan mengambil perpotongan garis imajiner antara kedua krista iliaka dengan sumbu
vertebra, perpotongan ini biasanya jatuh pada celah intervertebralis L3-L4 sedasi dengan midazola
m.
05 Evaluasi Neurologi Perioperatif
Neurologi Umum
BAB 1
Komplikasi neurologis perioperatif
• Delirium
Delirium atau acute confusional state merupakan perubahan akut dalam hal kognitif d
an atensi yang dapat mencakup gangguan kesadaran dan organisasi berpikir
• Kejang
Sangat dihindari karena akan mengakibatkan prognosis yang buruk
• Stroke
Stroke perioperatif berkaitan erat dengan masa rawat yang lebih lama serta morbidita
s dan mortalitas yang tinggi. Risiko kematian meningkat 8 kali lipat jika terjadi stroke
perioperatif dengan insidens mencapai 26%. Penyebab stroke pada periode perioper
atif umumnya adalah emboli,disusul hipoperfusi,infark hemoragik
Evaluasi Neurologis
1. Anamnesis
• Ditanyakan dalam anamnesis keluhan neurologis riwayat penyakit nkon neurologis d
an penyakit neurologis, untuk mengidentifikan pasien dengan resiko tinggi mengalam
i komplikasi preoperatif.
2. Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan status neurologis lengkao amat penting untuk mengetahui kondisi klinis
terkini pasien.
3. Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan laboratorium rutin seperti darah perifer, hemostasis, fungsi ginjal, fungsi
hati, elektrolit dan gula darah penting untuk dievaluasi.
06 Bangkitan dan Epilepsi
Bangkitan epileptik adalah tanda dan gejala yangbtimbul sepintas akibat akti
vitas neuron di otak yang berlebihan dan abnormal serta sinkron.
Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposis
i secara terus menerus untuk terjadinya suatu bangkitan epileptik dan ditand
ai faktor neurobiologis, kognitif, psikologis dan konsekuensi sosial akibat kon
disi tersebut.
Epidemiologi
Bangkitan
Bangkitan Bangkitan Bangkitan
umum tonik
tonik klonik mioklonik
klonik
Bangkitan Bangkitan
Bangkitan Bangkitan
absans absans
atonik fokal/parsial
tipikal atipikal
Diagnosis
1. Paling sedikit 2 kali bangkitan tanpa provokasi dengan jarak antar 2 bang
kitan tersebut > 24jam
2. Satu kali bangkitan tanpa provokasi dan kemungkinan terjadinya bangkit
an berikutnya hampir sama dengan risiko timbulnya bangkitan setelah ter
jadi 2kali bangkitan tanpa provokasi dalam 10 tahun ke depan
3. Diagnosis sindrom epilepsi
Tatalaksana
• OAE pilihan pada kejang tipe parsial berd • OAE diberikan sesuai tipe bangkita
asarkan pedoman ILAE 2013 antara lain a n.
dalah karbamazepin, levetirasetam, zonis
amid dan fenitoin. Pada anak adalah oksk • Dosis obat dimulai dari dosis kecil
arbazepin dan pada lanjut usia adalah la dan dinaikkan secara bertahap sa
motrigin dan gabapentin. Sementara pada mpai mencapai dosis terapi.
bangkitan pertama umum tonik klonik pad
a dewasa dan anak adalah karbamazepin • Prinsip pengobatan epilepsi adalah
, okskarbazepin, fenitoin dan lamotrigin. monoterapi dengan target pengoba
tan 3 tahun bebas bangkitan.
Sindrom Epilepsi
1. Benign Fokal epilepsy with centotemporal spikes (BECTS): sindroma epil
epsi fokal yang paking sering didapatkan pada anak-anak.
2. Childhood absence epilepsi: subtipe bangkitan umum idiopatik
3. Juvenile absence epilepsi
4. Juvenile myoclonic epilepsi
07 Status Epileptikus
Epilepsi
BAB 2
Definisi
• ILAE juga menentukan definisi ope
• SE berdasarkan bentuk bangkitann rasional SE berdasarkan dua dime
ya yaitu : nsi waktu, yaitu:
6. Obat-obatan
7. Hipoksia
8. Ensefalopati hipertensif
9. Ensefalitis autoimun
Etiologi 1. Epilepsi
2. Penyalahgunaan alkohol kronik
Proses Kronik
3. Gangguan SSP
4. Gangguan metabolik
GANGGUAN
09 Hemifasial Spasme
GERAK
08 Penyakit Parkinson
Gangguan Gerak
BAB 2
09 Hemifasial Spasme
Gangguan Gerak
BAB 2
Pendahuluan