Anda di halaman 1dari 37

PRINSIP

PRINSIP PENULISAN
PENULISAN RESEP
RESEP RASIONAL
RASIONAL

RESEP adalah:
Permintaan tertulis dari seorang Dokter kepada Apoteker
untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien.

Yang berhak menulis resep ialah:


Dokter
Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut
Dokter hewan, terbatas pengobatan untuk hewan

Prinsip Penulisan Resep


Rasional
Dra. Tinasari Suwarlim
Prinsip Penulisan Resep
Rasional
Dra. Tinasari Suwarlim
Resep harus ditulis jelas dan lengkap.
Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap,
Apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep.

 RESEP harus mencakup / memuat:


 Nama, alamat dan nomor izin praktek Dokter, Dokter gigi dan
Dokter hewan.
 Tanggal penulisan resep (inscriptio)
 Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap
obat atau komposisi obat (invocatio)
 Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
 Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku (subscriptio)
 Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep
Dokter hewan
 Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat
yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.
Prinsip Penulisan Resep Rasional
Dra. Tinasari Suwarlim

Resep yang mengandung NARKOTIKA harus:


ditulis tersendiri yaitu tidak boleh ada iterasi (ulangan)
ditulis nama pasien, tidak boleh m.i. = mihi ipsi = untuk dipakai sendiri
alamat pasien dan aturan pakai (signa) yang jelas
tidak boleh ditulis sudah tahu cara pakainya (usus cognitus)

Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya. dibagian kanan


atas resep dituliskan:
Cito
Statim
Urgent = segera
P.I.M = periculum in mora = berbahaya bila ditunda
Resep ini harus dilayani dulu.
Bila Dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras
tanpa sepengetahuannya diulang, dokter akan menulis
tanda N.I. = Ne iteretur = tidak boleh diulang.
CONTOH RESEP
Dr. Supriyadi
SIP no. 228/K/84
Jln. Budi Kemuliaan no. 8A
No. telepon.4265
Jakarta
Jakarta, 10 – 1 – 2007
R/ Acetosal mg 500
Codein HCl mg 20
C.T.M. mg. 4
SL qs
m.f. pulvis dtd no XV
da in caps.
S t.d.d. caps 1

Paraf/tanda tangan Dokter


Pro Tn. Marzuki (dewasa)
Jl. Merdeka 10 Jakarta
R. Rp. Rcp. = Recipe = ambillah
qs. = quantum sufficit, quantum satis = banyaknya sesukanya
m.f. = misce fac = campur, buat
pulv. = pulvis, pulveratus = serbuk, dibuat serbuk
dtd = de tales doses = berilah sekian takaran
no. = numero = jumlah
da in = masukkan kedalam
s = signa = tanda
t.d.d. = ter de die = 3 x sehari
• Copie Resep = Salinan resep
• Kopi resep ialah salinan tertulis dari suatu resep
• Nama lainnya adalah Apograph, Exemplum atau
Afschrift
• Salinan resep selain memiliki keterangan resep asli
juga harus memiliki:
1. Nama dan alamat Apotik
2. Nama dan nomor S.I.K. Apoteker pengelola apotik
3. Tanda tangan atau paraf Apoteker pengelola apotik
4. Tanda det = detur untuk obat yang sudah diserahkan,
atau tanda ne det = ne detur untuk obat yang balum
diserahkan
5. Nomer resep dan tanggal pembuatan
Contoh Copie Resep
Apotik TIMOHO
Jl. Kusumanegara 56
Telp. 4275
Dr. Sulihtyowati S. Apt
No. 280/SIK/1984
Yogya, 9-1-2007
Salinan Resep
Dari dokter : Abd. Choliq
Tanggal : 9-1-2007
Nomor Reseep : 26
Pro : Aslam Hakim
R/ Kalcylin Syrup………….60
S.t.d.d.cth.
det
p.c.c = pro copie conform
= sesuai dengan aslinya
Paraf atau tanda tangan
Stempel apotik
DOSIS/TAKARAN OBAT
Banyaknya suatu suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada
seseorang penderita untuk obat dalam maupun obat luar.

Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dosis menurut FI III adalah:


- Dosis Maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi
subkutan dan rektal. Berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari.
- Dosis Lazim untuk dewasa dan bayi atau anak yang merupakan takaran
petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman
umum.

Macam-Macam Dosis
1.Dosis terapi
2.Dosis minimum
3.Dosis maksimum (DM)
4.Dosis letal
5.Dosis toksis
Dosis Maksimum dan Perhitungannya

1.Daftar dosis maksimum menurut FI ed. III digunakan untuk orang dewasa yang
berusia 20 – 60 tahun dengan bobot badan 58 – 60 kg.
2.Untuk orang lanjut usia dan keadaan fisiknya sudah mulai menurun, pemberian
dosis harus lebih kecil dari dosis maksimum.
- 60 – 70 tahun 4/5 dosis dewasa
- 70 – 80 tahun 3/4 dosis dewasa
- 80 – 90 tahun 2/3 dosis dewasa
- 90 tahun ke atas 1/2 dosis dewasa
3.Untuk wanita hamil yang peka terhadap obat-obatan, sebaiknya dosis diberikan
dalam jumlah yang lebih kecil. Bahkan untuk beberapa obat yang dapat
mengakibatkan abortus dan kelainan janin obat ini dilarang untuk wanita hamil juga
wanita menyusui karena obat dapat diserap oleh bayinya melalui ASI.
4.Untuk anak-anak di bawah 20 tahun diperlukan perhitungan khusus, karena
respons tubuh anak atau bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan orang
dewasa.
5. Memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena harus
memperhatikan beberapa faktor, yaitu:
a.Penderita: usia, bobot badan, jenis kelamin, luas permukaan tubuh, toleransi,
habituasi, adiksi dan sensitivitas, kondisi penderita.
b.Obat: sifat kimia/fisika obat, sifat farmakokinetiknya (ADME), jenis obat.
c.Penyakit: sifat dan jenis penyakit, kasus penyakit.
6. Perhitungan dosis berdasarkan usia:
a. Rumus Young: n x dosis dewasa.
n + 12
(n dalam tahun untuk anak usia di bawah 8 tahun)
b. Rumus Fried: n x dosis dewasa
150
(n dalam bulan)
c. Rumus Drilling: n x dosis dewasa
20
(n dalam tahun untuk anak di atas 8 tahun)
d. Rumus Cowling: n x dosis dewasa
24
(n adalah usia dalam satuan tahun yang digenapkan ke atas)

e. Rumus Gaubius: berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis


dewasa, seperti:
0 - 1 tahun = 1/12 x dosis dewasa
1 - 2 tahun = 1/8 x dosis dewasa
2 - 3 tahun = 1/6 x dosis dewasa
3 - 4 tahun = 1/4 x dosis dewasa
4 - 7 tahun = 1/3 x dosis dewasa
7 - 14 tahun = 1/2 x dosis dewasa
14 - 20 tahun = 2/3 x dosis dewasa
21 - 60 tahun = dosis dewasa

f. Rumus Bastedo: n x dosis dewasa


30
(n adalah usia anak dalam tahun)
7. Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan:
a. Rumus Clark (Amerika):
Bobot badan anak dalam pon x dosis dewasa
150
b. Rumus Thremich – Fier (Jerman):
Bobot badan anak dalam kg x dosis dewasa
70
c. Rumus Black (Belanda):
Bobot badan anak dalam kg x dosis dewasa
62
d. Rumus Juncker & Gaubius: % x dosis dewasa
(paduan usia dan bobot badan)
8. Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh:
a. Dari kumpulan kuliah farmakologi UI th. 1968
Luas permukaan tubuh anak x dosis dewasa
1,75
b. Rumus Catzel:
Luas permukaan tubuh anak x 100 x dosis dewasa
Luas permukaan tubuh dewasa
9. Ada 3 macam bahan yang mempunyai DM untuk obat luar:
a. Naftol, guaiakol, kreosot  untuk kulit
b. Sublimat  untuk mata
c. Iodoform  untuk obat kompres

10. DM gabungan harus dihitung jika dalam satu resep terdapat dua
obat atau lebih yang kerjanya searah dan tidak boleh melampaui
jumlah dosis obat-obat yang searah tsb., baik sekali pakai maupun
sehari.
Ct. Atropin sulfat dengan ekstrak Belladonae
Pulvis Opii dengan Pulvis Doveri
Kofein dengan aminofilin
Arsen trioksida dengan Natrii arsenas

11. Dosis dengan pemakaian berdasarkan jam.


a. Menurut FI III satu hari dihitung 24 jam.
Untuk pemakaian sehari dihitung : 24/n kali
(n = selang waktu pemberian)
b. Menurut Van Duin satu hari dihitung 16 jam, kecuali untuk
antibiotika dan sulfonamida (24jam).
Pemakaian sehari : 16 + 1 x
n
n = jam.

12. DM untuk larutan yang mengandung sirop dalam jumlah besar


(lebih dari 16,67% atau 1/6 bagian), bobot jenis (BJ) larutan itu
dihitung 1,3 sehingga berat larutan tidak sama dengan volume
larutan.

Volume = Bobot
BJ
DOSIS
Dosis Maksimum (DM) adalah,
dosis maksimum untuk dewasa untuk pemakaian melalui
mulut, injeksi subkutan dan rektal.

Untuk obat yang melebihi Dosis Maksimal harus diberi


tanda seru dibelakang jumlah obat pada resep dan paraf
Dokter penulis resep.

Cara menghitung dosis maksimum untuk oral digunakan


dengan rumus Young:
Untuk anak umur 1 – 8 tahun dengan rumus:
n .
n + 12
dimana: n menyatakan umur anak dalam tahun.
Untuk anak di atas 8 tahun digunakan rumus:
n
20
DOSIS RANGKAP = DOSIS KOMBINASI
Apabila dalam resep terdapat dua atau lebih obat yang mempunyai khasiat
yang sama, maka dosis-dosis yang ada dihitung sebagai berikut:
Dosis A + Dosis B + dan seterusnya < = 1
DM A DM B
Dosis rangkap dihitung untuk sekali pakai dan sehari.
Contoh:
R/ Atropin Sulf. 0,6 mg
Belladon Extr. 10 mg
m.f.pulv.d.t .d. no. X
S. 4 d.d. pulv. I
Dosis sekali:
Atropin Sulfas = 0,6/1
Belladon Extract = 10/20
Dosis rangkap sekali = 0,6 + 0,5 = 1,1 > 1 (melebihi dosis)
Dosis sehari:
Atropin Sulfas = 2,4/3
Belladon Extract = 40/80
Dosis rangkap sehari = 0,8 + 0,5 = 1,3 > 1 (melebihi dosis)
Keduanya melebihi dosis, untuk resep ini dokternya harus
dihubungi supaya dosisnya dapat diubah.
Untuk serbuk bagi (pulveres) resep dapat ditulis dengan dua cara yaitu:
1. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk dan lalu dibagi menjadi beberapa
bungkus:
R/ Acidi Acetylosalicylici 10
fac. pulv. divide in partes aequalis no. XX
atau
R/ Acidi Acetylosalicylici 10
m.f.pulv. no. XX

2. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat berapa


bungkus:
R/ Acid. Acetylosalicylic. 0.5
m.f.pulv. dtd. No. 20
S.t.d.d.p.I
Contoh resep serbuk tabur:
R/ Camphora 2
Naphtolum 1
Talcum ad 100
m.f.pulv.adsp.
S.u.e.
S 2 dd applic.
Contoh resep salep:
R/ Acidi Borici 10
Vaselini 90
S.u.e.

Contoh resep sirup:


R/ Chloramphen.Palm. 10
CMC 0,5
Sir.Simplex ad 100
S.3.d.d.cth.II.
Sebuah resep obat berisi perintah dari penulisnya kepada apotik sebagai pihak
yang memberikan obat kepada pasien. Yang menyerahkan obat tidak selalu
seorang apoteker, tetapi bisa pegawai apotek, asisten apoteker, atau perawat.
Setiap negara mempunyai ketentuan sendiri tentang informasi apa yang harus
tercantum dalam sebuah resep, juga memiliki perundangan sendiri tentang obat
mana yang harus diperoleh dengan resep dan siapa yang menulis resepnya.
Banyak negara memiliki aturan khusus tentang opiat.

Informasi dalam resep


Tidak ada bakuan yang sama di seluruh dunia tentang menulis resep obat karena
setiap negara punya pengaturan sendiri. Yang paling penting adalah resep itu
harus ditulis dengan jelas. Resep harus mudah dibaca dan mengungkapkan
dengan jelas apa yang harus diberikan. Ada resep yang dituliskan dalam bahasa
Latin, tetapi yang paling baik adalah jika resep dituliskan dalam bahasa setempat,
dan dalam kasus kita, dalam bahasa Indonesia. Selama resep Anda berisi
informasi berikut ini, resep itu merupakan resep yang baik.
Nama dan alamat Penulis resep dengan nomor telepon (kalau ada)
Keterangan ini biasanya tercetak pada kertas resep. Bila ada yang
tidak jelas dalam resep itu, petugas apotek mudah menghubungi sang
penulis.

Tanggal peresepan
Di banyak negara, berlakunya sebuah resep tidak dibatasi waktu,
tetapi di beberapa negara, resep sudah tidak berlaku setelah tiga
sampai enam bulan.
Nama dan kekuatan obat
Simbol R/ (bukan Rx) berasal dari Recipe (L, ambil). Di belakang lambang R/, Anda
harus menuliskan nama obat dan kekuatannya. Sangat dianjurkan untuk menuliskan
nama generik (nama umum). Ini lebih mendidik dan informatif. Ini juga
menunjukkan bahwa Anda tidak berpihak kepada suatu nama dagang tertentu yang
mungkin mahal bagi si pasien. Ini juga akan membuat apotek tidak perlu
menyediakan terlalu banyak obat atau memungkinkannya memberikan obat yang
murah. Tetapi, bila ada alasan khusus untuk menuliskan nama dagang tertentu,
dapat ditambahkan nama dagang tersebut di belakang nama generik. Beberapa
negara mengizinkan apotek mengganti obat dengan obat generik sehingga diperlukan
keterangan `Obat tidak boleh diganti ' atau `Berikan obat yang tertulis di atas'
bila yang ingin diberikan adalah obat nama dagang tertentu.
Kekuatan obat adalah jumlah obat yang terkandung dalam setiap tablet dan
supositoria (miligram), atau dalam larutan (mililiter). Singkatan yang berlaku
internasional adalah g untuk gram dan ml untuk mililiter. Jangan menggunakan
desimal dalam angka dan kalau perlu tuliskan kata lengkap bukan singkatan.
Misalnya, tulislah levotiroksin 50 mikrogram, jangan 0,050 miligram atau 50 mcg.
Tulisan yang jelek dalam resep dapat menimbulkan kesalahan dan secara hukum,
dokter wajib menulis resep yang jelas terbaca . Untuk obat yang peresepannya
diawasi atau obat vang cenderung disalahgunakan, lebih aman untuk menuliskan
kekuatan dan jumlah totalnya dalam huruf untuk mencegah penyalahgunaan.
Perintah penggunaan harus jelas dan dosis harian maksimum harus dicantumkan.
Gunakan alat tulis yang hasil tulisnya tidak luntur dan tidak dapat dihapus.
Bentuk sediaan dan jumlah total
Gunakanlah singkatan baku yang akan dikenal oleh apoteker.
Informasi untuk label kemasan obat
Lambang S artinya signa (kata Latin, tulis). Semua keterangan di belakang
lambang ini harus disalin oleh apotek ke dalam label kemasan obat. Keterangan
tersebut meliputi jumlah obat yang harus diminum, seberapa sering, dan
instruksi atau peringatan khusus lainnya. Keterangan ini dapat ditulis dalam
bahasa apa pun. Jangan menggunakan singkatan atau pernyataan semacam
`seperti sebelumnya' atau `sesuai dengan petunjuk'. Bila dinyatakan `kalau
perlu', harus disebutkan dosis maksimum dan jarak dosis terpendek. Perintah
khusus untuk apoteker seperti 'tambahkan sendok obat 5 ml' boleh ditulis di
resep, tetapi tentu tidak disalin ke label.
Paraf dokter
Nama dan alamat pasien; umur (untuk anak-anak dan manula)
Informasi di atas adalah inti sebuah resep. Keterangan lain dapat
ditambahkan, misalnya jenis asuransi yang bertanggung jawab. Bentuk resep
dan masa berlakunya berbeda di berbagai negara. Jumlah obat dalam setiap
resep harus dibatasi. Beberapa negara mewajibkan resep terpisah untuk opiat.
Rumah sakit biasanya mempunyai bentuk resep baku sendiri. Anda akan
melihat bahwa semua resep dalam bab ini mencakup informasi dasar di atas.
Tulislah resep untuk setiap pasien berikut ini.
Pasien 29:
Anak laki-laki 5 tahun menderita pneumonia dengan sputum kehijauan.
Obat-PAnda adalah sirup amoksisilin.
Pasien 30:
Wanita 70 tahun menderita gagal jantung kongestif sedang. Ia minum
digoksin 0,25 rng I tablet sehari selama beberapa tahun. Ia menelepon
minta resep ulangan. Karena sudah lama tidak memeriksanya, Anda minta ia
datang. Ketika datang, ia mengeluhkan mual ringan dan kehilangan nafsu
makan. "Tidak ada muntah atau diare. Anda menduga ini sebagai efek
samping digoksin, maka Anda menghubungi ahli jantungnya. Karena baru
mendapat waktu seminggu kemudian, sang ahli jantung menganjurkan anda
memberinya dosis separuhnya seminggu.
Pasien 31:
Wanita 22 tahun. Pasien baru. Ia mengeluh migrain dengan muntah yang
semakin sering. Ia telah minum parasetamol, tetapi tidak menolong. Anda
menjelaskan bahwa parasetamol tidak manjur karena ia sudah
rnemuntahkannya sebelum di serap. Anda meresepkan parasetamol dan
antimuntah, metoklopramid supositoria, yang harus dimasukkan 20-30
menit sebelum minum parasetamol.
Pasien 32:
Pria 32 tahun menderita kanker pankreas tingkat lanjut dan tidak dapat lagi
meninggalkan tempat tidur. Anda mengunjunginya seminggu sekali. Hari ini istrinya
memlnta Anda datang lebih awal karena suaminya sangat kesakitan. Anda segera
datang. Si pasien tidak dapat tidur sepanjang akhir minggu dan berbagai analgesik
tidak mempan. Anda sepakat dengannya untuk mencoba morfin selama seminggu.
Anda tak mau memberikan obat dengan dosis kurang, maka Anda mulai dengan
memberikan 10 mg setiap 6jam dan 20 mg menjelang tidur. Ia juga menderita
diabetes yang tidak bergantung pada insulin (NIDDM); jadi, Anda juga menambah
obatnya, tolbutamid.

Keempat resep itu benar. Walaupun demikian, ada sedikit catatan. Resep ulangan
untuk pasien 30 memang dibolehkan di negara maju. Banyak resep seperti itu, tetapi
dokter tetap harus hati-hati. Jangan menuliskannya begitu saja! Tilik dulu sudah
berapa kali resep ini diulang. Apakah masih manjur? Apakah masih aman? Apakah
masih sesuai dengan kebutuhannya?
Tentang opiat untuk pasien 32, kekuatan obat dan jumlahnya ditulis dengan huruf
sehingga tidak mudah diubah. Perintahnya cukup rinci dan dosis maksimum harian
pun dicantumkan. Di beberapa negara, opiat harus ditulis di resep yang terpisah.
Sebuah resep harus mencakup:
Nama, alamat, telepon dokter
Tanggal
Nama generik obat, kekuatannya
Bentuk sedian, jumlah total
Label: cara pakai, peringatan
Nama, alamat, umur pasien
Paraf atau tanda tangan dokter

Kewajiban menuliskan dengan jelas


Dokter diwajibkan menuliskan resep dengan jelas seperti yang
ditegaskan dalam keputusan pengadilan kasus berikut di Inggris.
Seorang dokter meresepkan tablet Amoxil (amoksisilin). Apotek
salah membacanya dan memberikan Daonil (glibenklamid). Pasien
yang bukan seorang diabetik kemudian mengalami kerusakan otak
menetap akibat minum obat tersebut.
Pengadilan menegaskan bahwa seorang dokter yang merawat pasien wajib
menuliskan resep dengan jelas dan terbaca agar petugas apotek yang sibuk
tidak salah membacanya. Dalam pengadilan terungkap bahwa kata Amoxil
tersebut memang dapat dibaca sebagai Daonil. Ini menunjukkan bahwa sang
dokter telah melanggar kewajiban untuk menulis dengan jelas dan ia dianggap
lalai. Pengadilan memutuskan bahwa kelalaian dokter telah mendorong timbulnya
kelalaian apotekernya walaupun tanggung jawab lebih besar (75%) memang
berada di tangan apoteker.
Dalam pembelaannya, sang dokter menyatakan bahwa bila berdiri sendiri, kata
dalam resep itu memang dapat dibaca salah, tetapi berbagai segi lain dalam
resep seharusnya membuat apoteker waspada. Kekuatan obat yang tertera
cocok untuk Amoxil dan tidak untuk Daonil; dalam resep tertera bahwa Amoxil
diminum tiga kali sehari, padahal Daonil biasanya diminum sekali sehari; resep
itu hanya untuk penggunaan tujuh hari yang tak lazim untuk Daonil; dan
akhirnya, semua resep obat diabetes boleh diambil cuma-cuma karena
ditanggung oleh negara, tetapi pasien tidak menuntut obat itu gratis. Semua
faktor ini seharusnya membuat apoteker bertanya-tanya dan kalau ia ragu, ia
harus :nenelepon dokternya. Dengan demikian, hubungan sebab-akibat antara
tulisan dokter yang jelek dan cedera yang terjadi tidak dapat diterima.
Argumentasi ini ditolak oleh pengadilan Inggris. Dampak keputusan ini adalah
bahwa dokter, dalam tugasnya, wajib menulis dengan ielas, artinya dengan
keterbacaan yang cukup sehingga orang lain tidak salah baca. Bila ia melanggar
kewajiban dengan tulisan tangannya yang jelek dan menyebabkan cedera pada
seseorang, maka pengadilan akan menghukum kecerobohan ini dengan setimpal.
Tanggung jawab dokter tidak berakhir dengan keluarnya resep dari kamar
kerjanya. Resep itu mungkin menyebabkan kelalaian pihak lain.
Sumber. J R Coll Gen Pract, 1989: 347-8
Catatan:
Kasus serupa pernah terjadi di Indonesia dengan kloramfenikol yang
terbaca sebagai klorpropamid.
R/ amoksisilin sir. 50 mg/ml
S 3 dd. 5 ml sampai habis
(berikan sendok obat 5 ml)
R/ Digoksin 0,125 mg tab no. 7
S 1 dd 1
R/ parasetamol 500 mg no.20
S 2 tab. sedikitnya 20 menit
post metoklopramid

R/ metoklopramid 10 mg supp. No. 5


S 1 supp. segera saat serangan
R/ tolbutamid 1000 mg n0. 30
S 1 dd 1 pagi ac.
R/ morphin 10 mg no. 35
(tiga puluh lima)
S 1 o 6 h. dan sebelum tidur
(sehari maksimum 5 tab.)
PEDOMAN PENULISAN RESEP
PROSES TERAPI RASIONAL.
Percobaan ilmiah yang baik selalu mengikuti metodologi baku yang meliputi:
- pembatasan masalah
- hipotesis
- percobaannya sendiri
- hasil
- proses pengujian.
Proses ini khususnya pengujian, diperlukan untuk memastikan bahwa
hasilnya terpercaya.

Prinsip serupa dipakai juga ketika mengobati pasien:


1. Tetapkan dengan cermat masalah si pasien (diagnosis)
2. Tegaskan tujuan terapi
3. Memilih terapi yang terbukti manjur (efektif) dan aman, dari berbagai
pilihan terapi.
4. Mulai mengobati, yaitu menuliskan resep dengan tepat dan cermat
5. Memberikan informasi dan instruksi yang jelas kepada pasien.
6. Memantau hasil pengobatan.
- Masalah teratasi, pengobatan dapat dihentikan.
- Bila tidak, periksa ulang semua langkah terdahulu.
Contoh: pasien 1
Seorang supir taksi berusia 52 th. Mengeluh nyeri tenggorokan dan batuk
disertai selesma sejak 2 minggu sebelumnya. Bersinnya sudah hilang,
tetapi ia tetap batuk-batuk, terutama malam hari. Ia perokok berat
yang sudah sering dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan itu.
Pada anamnesis dan pemeriksaan lebih lanjut tak ditemukan kelainan
selain tanda radang tenggorok. Dokter itu kembali menasihatinya
untuk berhenti merokok, dan menulis resep berisi tablet kodein 10
mg, 3 kali sehari untuk 3 hari.

Dua tahap penting dalam memilih pengobatan:


Mempertimbangkan terapi pilihan pertama yang merupakan hasil proses
seleksi yang anda lakukan sebelumnya.
Menimbang apakah pilihan ini cocok untuk pasien yang sedang anda
hadapi.
Apakah terapi pilihan pertama Anda untuk batuk kering?
Langkah umum untuk menentukan terapi pilihan pertama:
Menetapkan tujuan terapi
Menyusun daftar berbagai terapi yang mungkin manjur
Memilih terapi-P (pribadi) dengan cara membandingkan:
Kemanjuran
Keamanan
Kecocokan
Biaya.
Tetapkan tujuan terapi Anda.
Dalam contoh ini dipilih terapi-P untuk menekan batuk kering?
Susun daftar terapi yang mungkin manjur.

Pada umumnya ada empat pendekatan dalam mengobati:


Informasi atau nasihat
Terapi non-obat
Terapi obat
Perujukan
Kadang diperlukan pendekatan kombinasi
Untuk batuk kering dapat diberikan:

Penjelasan.
Bila penderita batuk terus, selaput lendir (mukosa) tidak
akan pulih.
 nasihat agar menghindari perangsangan lebih lanjut.
Contoh: - jangan merokok atau
- menghisap debu lalu lintas.
Terapi non obat.
Khusus untuk keadaan ini tidak ada.
Terapi obat.
Dapat dipertimbangkan obat golongan antitusif narkotik
atau anhistamin yang sedatif.
Merujuk pasien.
Untuk pengobatan pertama dalam batuk kering, tindakan
ini tidak tepat.
 Terapi pada batuk kering terdiri dari:
- nasihat untuk menghindari iritasi saluran napas
- dan atau menghilangkan batuk dengan obat.
Pilih terapi-P berdasarkan kemanjuran, keamanan, kecocokan dan biaya.

- Dapat dan mau mematuhi saran untuk menghindari iritasi saluran nafas,
akan menyembuhkan,sebab radang selaput lendir akan reda dalam
beberapa hari.
Pecandu rokok cenderung mengabaikan nasihat ini.
- Antitusif narkotik seperti kodein, noskapin, doveri dan yang lebih kuat
seperti morfin, diamorfin dan metadon dapat menekan refleks batuk.
Efek sampingnya yang paling kerap adalah sembelit, pusing dan kantuk.
Pada dosis yang tinggi, golongan obat ini bahkan dapat menekan pusat
nafas. Bila digunakan dalam jangka lama dapat timbul toleransi.
- Antihistamin semacam difenhidramin digunakan sebagai antitusif dalam
obat batuk.
Cenderung menyebabkan kantuk dan khasiatnya masih diperdebatkan.

Membuat keputusan.
Bagaimana memilih di antara berbagai kemungkinan terapi yang tersedia
dalam sistem pelayanan kesehatan Anda.
- batuk kering sangat mengganggu
- menekan refleks batuk beberapa hari akan memberikan manfaat. ,
 Atas dasar khasiat akan dipilih obat dari kelompok Opiat.
Dalam kelompok ini, kodein nampaknya yang terbaik yang tersedia dalam
bentuk tablet. Noskapin bersifat teratogenik, sedangkan folkodin
tidak tersedia. Kedua obat terakhir bukan tergolong obat esensial.
Opiat yang lebih kuat hanya diperlukan dalam kasus yang berat.
Terapi pilihan pertama (terapi-P) adalah sbb:
Untuk kebanyakan pasien yang batuk kering setelah menderita flu,
nasihat untuk menjauhkan iritasi saja sudah cukup.
Apabila keadaan tidak membaik dalam 3 – 4 hari, dapat diberikan
kodein.
Apabila pengobatan seminggu masih tidak menolong, diagnosis harus
ditinjau kembali dan diteliti apakah pasien minum obat dengan
teratur.
Kodein adalah obat-P untuk batuk kering.
Dosis baku untuk orang dewasa di Indonesia adalah 8 – 15 mg, 3 kali
sehari.
Sebagai pengganti, dapat digunakan noskapin atau doveri.

Anda mungkin juga menyukai