Anda di halaman 1dari 59

TELINGA LUAR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


KSM/LAB. ILMU PENYAKIT THT-KL
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2019
2

Anatomi Telinga

Gambar 2. Anatomi Telinga


(16)
Anatomi telinga
Telinga dibagi 3
bagian :
• Telinga luar / auris
eksterna
• Telinga tengah /
auris media
• Telinga dalam / auris
interna

Soepardi E., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti R. 2007. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke enam. Jakarta: Penerbit FKUI..
TELINGA LUAR / AURIS EKSTERNA

a. Auricula
FOSSA
 Fungsi menangkap TRIANGULARIS
HELIX
gelombang suara
 Terdiri dari : tulang
rawan yang diliputi
kulit ANTIHELI TRAGUS
X

ANTITRAGUS
LOBULE

Netter, Frank H. 2014. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC
Soepardi E., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti R. 2007. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke enam. Jakarta: Penerbit FKUI..
Liang telinga / canalis auditorius
eksternus
a. Meatus Akustikus Eksternus (lubang
telinga )
b. Canalis Auditorius Eksternus (MAE
sampai membran timpani):
⅓ lateral: cartilago auricula, lapisan
kulit (folikel rambut, kelenjar Sebasea,
kelenjar Sudorifera, kelenjar
Ceruminosa)
ISTHMUS ⅔ medial : kulit / mukosa, sedikit
kelenjar keringat, melekat erat pada
a b tulang, infeksi selulitis gejala hebat.
Bagian yang menyempit  ISTHMUS

Netter, Frank H. 2014. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC
(6,8)
Soepardi E., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti R. 2007. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke enam. Jakarta: Penerbit FKUI..
6

Kelainan Daun Telinga Kelainan Liang Telinga


(Auricula) (CAE)
1. Kelainan Kongenital 1. Kelainan kongenital
• Fistula Preaurikular Atresia lubang telinga atau liang telinga
• Telinga Camplang (Bat’s Ear) tertutup oleh jaringan ikat
• Mikrotia 2. Serumen obsturans
2. Radang 3. Radang / otitis eksterna
• Eczema • Sirkumskripta atau furunkel
• Impetigo
• Difus
• Erisepelas
• Otomikosis
• Herpes zooster otikus,
• Pseudo othematome/Pseudokista, • Otitis eksterna maligna
• Perikondritis 4. Korpus alienum
5. Keratosis Obsturan
7

Kelainan Kongenital
8

Fistula Preaurikular
• Kegagalan penggabungan tuberkel pertama&kedua.
• Sering ditemukan di depan tragus berbentuk bulat atau lonjong,
ukuran seujung pensil.
• Keluhan :
▫ Dari muara fistel sering keluar sekret dari kel.sebasea.
▫ Obstruksi atau infeksi  Pioderma / Selulitis fasial
• Menentukan panjang fistel  Fistulografi
• Terapi :
▫ Antibiotik
▫ Jika abses dilakukan insisi dan drainase.
▫ Pembedahan bila cairan keluar berkepanjangan, infeksi
berulang  fistel diangkat seluruhnya  mencegah Gambar 3. Fistula Preaurikular
kekambuhan

(1,12)
9

Telinga Camplang (Bat’s Ear)


• Bentuk abnormal daun telinga  kegagalan pelipatan antiheliks.
• Tampak daun telinga lebih lebar dan lebih berdiri.
• Secara fisiologik tidak terdapat gangguan pendengaran, tetapi dapat menyebabkan
gangguan psikis karena estetik.

Gambar 4. Telinga Camplang


(1)
10

Mikrotia dan Atresia Liang Telinga


• Mikrotiadaun telinga bentuknya lebih kecil dan tdk sempurna
• Sering disertai dgn atresia liang telinga, Jarang disertai kelainan telinga dalam.
• Etiologi : belum jelas faktor genetik, infeksi virus, intoksikasi kimia, obat teratogenik
• Biasanya unilateral, bila bilateral curiga sindroma kraniofasial
• Diagnostik : Pemeriksaan Fisik (Inspeksi)

Gambar 5. Grading Mikrotia dan Atresia Liang Telinga

(1,9)
11

• Pemeriksaan Penunjang : Audiometrik dan Radiologik


• Tatalaksana:
▫ Tujuan operasi rekonstruksi memperbaiki fungsi
pendengaran, & kosmetik.
▫ Atresia liang telinga bilateral masalah utama ialah
gangguan pendengaran dan terlambatnya perkembangan
berbicara Diagnosa tegak  pada pasien dipasang alat
bantu dengar sejak dini, baru setelah berusia 5 – 7 tahun
dilakukan operasi kanaloplasti.
▫ Atresia unilateral , dikerjakan setelah usia dewasa.

(1)
12

INFLAMASI PADA AURIKULA


Suatu reaksi tubuh terhadap invasi bahan infeksi, antigen atau
karena cedera fisik yang terdapat pada kulit, kartilago serta lapisan
jaringan ikat sekitarnya atau perikondrium aurikula.
13

Eczema
Dermatitis pada telinga (epidermis dan dermis) yang
melibatkan liang telinga, canalis dan concha.

1. stadium akut eritema, edema, vesikel atau bula


erosi dan eksudasi, tampak madidans.
2. Stadium subakut  edema dan eritema berkurang,
eksudat mengering menjadi krusta
3. stadium kronis  lesi tampak kering, skuama,
hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi.

Bila aurikula terlibat cukup luas dan lesi tampaknya


meluas  kompres basah larutan solusio Burowi selama
24-48 jam, setelah itu gunakan salep dan solusio steroid.
Gambar 6. Eczema bila curiga ada infeksi, dapat diberikan antibiotik topikal

(8,10,11
14

Impetigo

Infeksi kontagiosa yang mengenai lapisan epidermis


superfisial.
Penularan  jari yang kotor.
Sering
Lesi awalterjadi
 bulapada anak-anak
kecil  >>
ruptur atau pecah  eksudat
Komplikasi:
infektif berwarna kekuningan mengering menjadi
Poststreptococcal
krusta keemasan. glomerulonephritis (PSGN),
Cellulitis, dan
Debridement infeksi Methicillin-resistant
ditutup dengan salep antibiotik
Staphylococcus
(neomycin aureus
-anti-Stafilokokkus)

Gambar 7. Impetigo

(8,11)
15

Erysipelas

Selulitis akut yang terlokalisasi namun meluas secara


superfisial pada aurikula  menginfeksi dermis
Nyeri dan pembengkakan
Lesi berupa penyebaran selulitis  warna merah iregular dan
berbatas tegas.
Komplikasi :
Limfangitis,abses,flegmon,nekrosis kulit
Tx : Antibiotik topikal dan sistemik.
Obat anti-streptokokkal dosis tinggi dapat dicoba,
Bila gagal  pemberian antibiotik intravena yang efektif
melawan β sterptokokkus
Gambar 8. Erysipelas

(8,13,25)
16

Herpes Zoster Otikus

Infeksi virus pada telinga yang disebabkan oleh virus


varicella zoster.  menyerang satu/lebih dermatom saraf
kranial

Vesikel (muka, sekitar liang telinga), otalgia,


Nyeri terbakar salah satu telinga, sakit kepala, malaise,
Gambar 9. Herpes Zoster Otikus
Komplikasi :
- pada ganglion genikulatum dapat muncul disertai parese
facialis atau paralisis komplit.
- Tuli sensorineural

Oral steroid secara umum diberikan dan di tappering off bila


diberikan diatas 10-14 hari. Pengobatan dengan acyclovir, famcyclovir
dan valacyclovir telah ditunjukkan keefektivannya dalam
memperpendek fase penyebaran virus dan mengurangi otalgia

Gambar 10. Herpes Zoster Otikus (1,8,13)


17

Pseudo othematome / Pseudokista


• Timbunan cairan serous diantara perikondrium dan kondrium
• Etiologi belum diketahui , berisi serum
• Gejala klinis : bisa asimptomatis, benjolan di depan auricula dapat membesar 
dilakukan aspirasi insisi dan dibalut tekan agar perikondrium melekat kembali ke
tulang rawan. Jika perlekatan tidak sempurna dapat timbul kekambuhan

Gambar 11. Pseudo othematome

(1)
18

Perikondritis
• Terjadi trauma / radang menyebabkan efusi serum/pus diantara
perikondrium dan kartilago telinga luar.
• Etiologi:
▫ Trauma akibat kecelakaan
▫ Operasi daun telinga yang terinfeksi
▫ Komplikasi pseudokista daun telinga
▫ Pseudomonas aeruginosa >>
• Gejala klinis:
▫ Aurikula membengkak, menjadi merah, terasa panas, nyeri
tekan
• Terapi :
▫ insisi dan drainase cairan/pus dibawah perikondrium.
▫ Antibiotik parenteral dan topikal.
▫ Bila terjadi nekrosis tulang rawan, perlu eksisi dan drainase
dipertahankan
• Komplikasi,
▫ antibiotik gagal mengkerutnya auricula akibat hancurnya
tulang rawan menjadi kerangka auricula (Cauliflower Ear)
Gambar 17. Perikondritis (1,14)
19

SERUMEN OBTURAN
20

Definisi
• Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang
terkelupas, dan kotoran/ debris yang ada pada bagian kortilaginosa liang telinga.

• Terdapat 2 tipe serumen, yaitu:


▫ Tipe Basah, tampak seperti madu dan dapat berubah warna menjadi lebih
gelap karena paparan.
▫ Tipe Kering, tampak bersisik.
• Dalam keadaan normal serumen terdapat di 1/3 luar liang telinga karena kelenjar
tersebut hanya ditemukan didaerah ini dan keluar dengan sendirinya dari liang
telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membrane timpani menuju
keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah

• Serumen obturans  Serumen yang menyumbat canalis auricula.

(1,4,6)
21

Fungsi
1. Fungsi proteksi
2. Pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk
dikeluarkan
3. Fungsi melumasi dan mencegah kekeringan
4. Efek bakterisidal (dari komponen asam lemak, lisozim, dan
imunoglobulin dalam serumen)

(1,4,6)
22

Etiologi
• Salah satu faktor yang menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras di
liang telinga sehingga menyumbat adalah serumen terdorong oleh jari
tangan atau ujung handuk setelah mandi atau kebiasaan mengorek telinga.
• Telinga kemasukan air saat berenang atau mandi, sehingga serumen yang
belum menyumbat kanalis akan mengembang dan menyumbat kanalis

Gambar 18. Serumen


(1,4,6,15)
23

Gejala
penurunan intensitas pendengaran,
tinnitus (suara berdenging) bahkan vertigo.

Pemeriksaan Fisik
Khusus pada serumen obturan, pemeriksaan otoskopi menunjukkan adanya
penyumbatan liang telinga (canalis acusticus eksterna) oleh massa yang berwarna putih,
kekuningan sampai hitam.

(1,4,6)
24

Penatalaksanaan
• Serumen dapat diambil langsung dengan hook extraction
atau diirigasi lebih dahulu. Pembersihan serumen 
Spooling Telinga (menggunakan air hangat atau H2O2)
bila tidak ada perforasi membran timpani

• Jika serumen keras dapat ditetesi dengan tetes karbogliserin


10% atau minyak zaitun (oleum olivarum) , atau baby oil
selama beberapa hari (3 hari sampai bisa beberapa minggu)
agar serumen melunak sehingga mudah diekstraksi

(1,4,6)
25

Komplikasi
• Otitis eksterna (radang telinga luar)
• Laserasi kanalis
• Tuli Konduktif
• Kerusakan telinga tengah dan telinga dalam

(1,4,6)
26

Korpus alienum di CAE


Benda asing yang ditemukan diliang telinga,bisa berupa benda
mati ataupun benda hidup ( binatang,komponen tumbuh –
tumbuhan/ mineral)
27

Diagnosis
Riwayat kejadian  anamnesa
• Merasa tidak enak ditelinga
• Telinga terasa tersumbat
• Pendengaran terganggu
• Nyeri telinga (otalgia) Tanda berkembangnya komplikasi telinga akibat
benda asing

Pemeriksaan fisik  otoskopi


• Benda asing ( mainan, serangga,dll)  terlihat jelas
• Khusus serumen obturan  pemeriksaan otoskopi  menunjukkan
penyumbatan liang telinga (canalis acusticus eksterna) oleh massa
berwarna kekuningan - hitam

(1,5)
28

Penatalaksanaan
Prinsip:
Mengeluarkan benda asing harus hati – hati dan melihat langsung
corpal,bila kurang hati – hati atau bila pasien tidak kooperatif,beresiko
trauma yang merusak membran timpani atau struktur telinga tengah.

Gambar 19. Korpus Alienum di CAE

(1,5)
29

Hewan
• Bila hewan masih hidup diliang telinga,harus dimatikan dahulu
dengan meneteskan minyak kelapa/ minyak zaitun/ baby oil/ cairan
(misalnya larutan rivanol,atau obat anastesi lokal/lidokain) lebih
kurang 10 menit,lalu kalau binatang mati,dikeluarkan dengan
menggunakan pinset atau diirigasi dengan air bersih yang hangat.
• Pada anak bila tidak kooperatif lebih baik dengan anastesi general

Baterai

• Jangan dibasahi karena adanya efek korosif yang ditimbulkan.

Mainan
• Mainan anak dapat tersangkut ke dalam CAE  Diekstraksi hati-hati
dengan small extraction hook. ( dilarang menggunakan pinset/forceps telinga )

(1,5)
30

Otitis Eksterna
Inflamasi canalis auditorius eksterna akut maupun kronis yang
disebabkan oleh Bakteri (Staphylococcus aureus, Staphylococcus
albus, E. Coli), Jamur, Virus

(1,4,6)
31

Klasifikasi Otitis eksterna


sirkumskripta

Otitis eksterna
Akut
difus

Otitis
Otomikosis
Eksterna

Otitis eksterna
Kronis
maligna

(1,4,6)
32

Patofisiologi
Faktor Predisposisi

• Perubahan pH kanalis yang biasanya asam menjadi basa  proteksi terhadap infeksi
menurun
• Peningkatan suhu dan kelembaban  kuman dan jamur mudah tumbuh
• Trauma ringan karena berenang atau membersihkan telinga secara berlebihan

Otitis eksterna eksematosa


• Akibat reaksi hipersensitivitas

Otitis eksterna seboroik


• Bagian dari dermatitis seboroik

(1,4,6)
33

• Manifestasi klinis: • Diagnosis banding:


▫ Nyeri telinga (otalgia) sedang- ▫ Otitis media akut
berat ▫ Miringitis bulosa
▫ Pendengaran berkurang-hilang
▫ Tinitus • Penyulit:
▫ Demam ▫ Perikondritis
▫ Keluar discharge dari telinga ▫ Dermatitis aurikularis
(otorhea) ▫ Erisipelas
▫ Sakit saat mengunyah atau
buka mulut

(1,4,6)
34

Otitis Eksterna
Sirkumkripta vs Difus
35

Otitis Eksterna Sirkumskripta Otitis Eksterna Difus

▫ Radang pada 1/3 liang telinga ▫ Peradangan pada 2/3 bagian dalam
bagian luar yang terinfeksi pada liang telinga dan tidak terdapat
pilosebaseus sehingga membentuk furunkel
furunkel ▫ Biasa disebut swimmer’s ear
• Etiologi • Etiologi:
▫ Staphylococcus aureus ▫ Pseudomonas aeruginosa
▫ Staphylococcus albus • Epidemiologi:
▫ Pada cuaca panas dan lembap

(1,4,6)
36

Otitis Eksterna Sirkumskripta Otitis Eksterna Difus

• Manifestasi klinis: • Manifestasi klinis:


▫ Nyeri hebat
▫ Nyeri bertambah saat auricula
▫ Nyeri tekan pada tragus
digerakkan
▫ Kulit liang telinga tampak hiperemis
 khas
▫ Sekret berbau dan tidak mengandung mucin
▫ Penurunan pendengaran(jika penuh)
▫ Edema dengan batas tidak jelas
▫ Nyeri lebih hebat

Gambar 20. Otitis Eksterna Sirkumskripta Gambar 21. Otitis Eksterna Difus

(1,4,6,17)
37

Otitis Eksterna Sirkumskripta Otitis Eksterna Difus

• Terapi tergantung kondisi • Terapi:


penyakit: ▫ Pemberian tampon yang
 Jika abses, aspirasi steril sudah diberi antibiotik →
 Jika dinding furunkel tebal, kontak dengan kulit telinga
insisi dan drainase yang terinfeksi
 Juga diberikan antibiotik ▫ Dan ditambah obat tetes
lokal : Polimixin B atau telinga
Bacitracin ▫ Jika tidak efektif diberi
 Sering perlu AB sistemik antibiotik sistemik
 Analgetik

(1,4,6)
38

Otomikosis
39

Definisi Etiologi
Otomikosis (dikenal juga dengan • Pityrosporum  menyebabkan
Singapore Ear ), terbentuknya sisik yang menyerupai
infeksi telinga yang disebabkan oleh ketombe dan merupakan predisposisi otitis
jamur, atau infeksi jamur, yang eksterna bakterialis.
superficial pada kanalis auditorius • Aspergillus
eksternus • Kandida albikan
• Aktinomises

Pertumbuhan dipermudah dengan kelembaban


yang tinggi.
Jamur ini tertahan terutama di stratum korneum
dan berproliferasi setelah fase istirahat
(dormant phase)

(1,14)
40

Gejala klinis

Gambar 22. Otomikosis Gambar 23. Otomikosis di CAE


▫ Rasa gatal keluhan yang sangat menonjol bersama-sama dengan
▫ Rasa penuh di telinga dengan penumpukan debris basah di dalam liang
telinga
▫ Otore (keluar cairan dari telinga),
▫ Otalgia (sakit pada telinga),
▫ Gangguan pendengaran dan
▫ Tinnitus
(1,14,18,19
41

Pemeriksaan fisik
▫ Tampak massa putih keabu-
abuan, menyempit, lapisan
seperti kertas basah berbintik-
bintik mengisi liang telinga
▫ Konidiofor dari infeksi aspergilus
niger akan tampak sebagai
bintik-bintik hitam pada debris
atau sebagai filamen-filamen
yang menonjol di dinding liang
Gambar 24. Otomikosis karena Aspergilus niger telinga

(1,14,20
42

Terapi
• Ear toilet  Cara/keadaan ini paling baik dilakukan dengan alat pengisap
(suction) atau diirigasi jika membran timpani tidak perforasi.

• Obat antifungal spesifik dapat dioleskan seperti


▫ Nistatin , efektif terhadap spesies kandida tapi kurang aktif melawan
Aspergilus.
▫ Klotrimazol sangat efektif sebagai antifungal apabila dipakai sebagai
krim 1% di liang telinga

• Larutan asam asetat 2 % dalam alkohol, dapat digunakan sebagai tetes


telinga pada penatalaksanaan otomikosis.

• Ioudium povidon 5% / Antibiotik + Steroid (tetes telinga)


(1,14)
43

Otitis Eksterna Maligna


44

Definisi Epidemiologi
Otitis eksterna maligna (otitis eksterna • Di Amerika serikat : > di daerah
nekrotikans) adalah infeksi difus di liang beriklim lembab dan basah
telinga luar dan struktur lain di • Laki-laki > perempuan
sekitarnya • Usia lanjut
• 99% mempunyai riwayat DM
▫ pH serumen lebih tinggi  lebih
mudah otitis eksterna
▫ Immunocompromize&mikroangiopati
 otitis eksterna berlanjut  otitis
eksterna berlanjut
• Jarang

(1,14)
45

Anamnesis Gejala Klinis

• Usia lanjut Gatal di liang telinga


• Keluhan: Otalgia menetap,meningkat
▫ Gatal di liang telinga Sekret yang banyak
▫ Nyeri hebat (otalgia menetap, otorea purulent menetap, granulasi.
meningkat) Pembengkakan liang telinga
▫ Sekret banyak, Terkena saraf fasial 
▫ Sakit kepala dan trismus paresis/paralisis fasial
• RPD : riwayat diabetes melitus
• RPO:
▫ Antibiotik dan obat tetes
telinga pada otitis eksterna
tanpa adanya perubahan
gejala yang bermakna

(1,14)
46

Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium : Peningkatan jumlah leukosit, laju
• Kulit inflamasi, hiperemis, oedem,
endap darah, gula darah sewaktu.
dan tampak jaringan granulasi pada
dasar canalis akustikus eksternus. • Kultur sekret liang telinga: P. Aeruginosa
• Sekret purulen di liang telinga (bakteri aerob, gram negatif)
• Kelumpuhan saraf fasial • Radiologi : Dekstruksi tulang di sekitar dasar
tulang tengkorak dan meluas ke intrakranial.
• Histopatologi : Kartilago dikelilingi oleh jaringan
inflamasi dan tampak destruksi. , dinding
pembuluh darah : hialinisasi, tulang mastoid :
adanya sel – sel inflamasi akut

(1,14)
47

• Otitis eksterna maligna dengan tanda pus dari


nekrosis liang telinga dan osteomielitis progresif 
Pseudomonas Aeroginosa.
• Aurikula bengkak dan hilangnya arsitektur tulang
rawan yang merupakan karakteristik dari chondritis
• DM  penebalan endotel, infeksi aktif  kesulitan
pengobatan adekuat

Gambar 25. Otitis Eksterna Maligna (1,14,21)


48

Stadium Stadium I

Infeksi hanya terbatas pada jaringan lunak


berdasarkan luasnya dan kartilago.
kerusakan jaringan
atau tulang dan Stadium II
besarnya komplikasi
Kerusakan jaringan lunak yang mulai meluas
neurologik yang dan terjadi destruksi tulang temporal.
terjadi
Stadium III

Destruksi basis tengkorak yang ekstensif dan


meluas ke intrakranial.

(1,14)
49

Diagnosis Banding Komplikasi

Herpes Zooster Otikus


Abses Otak

Mastoiditis

Neuropati
Otitis Media Kronik

Tumor Ganas Tulang Temporal


Meningitis

(1,14)
50

Tatalaksana
Diagnosis dini pada populasi resiko tinggi

Pemberian terapi antibiotik intravena jangka panjang

Pembersihan liang telinga luar

Kontrol yang ketat terhadap DM & intervensi bedah

(1,14)
51

KERATOSIS OBTURANS
52

Definisi
• Keratosis obturans, Ditandai dengan penumpukan deskuamasi epidermis di
liang telinga, sehingga membentuk gumpalan o.k terbentuknya sel epitel
berlebihan dan tidak bermigrasi ke arah telinga luar  menimbulkan rasa
penuh serta kurang dengar.

• Kolesteatoma eksterna lesi non-neoplastik dari tulang temporal yang secara


bertahap dapat memperluas dan menyebabkan komplikasi oleh erosi tulang
dari struktur di dekatnya/kantung epitel skuamosa yang terisi debris keratin
dalam telinga tengah.yang biasanya disertai dengan rasa nyeri hebat akibat
peradangan setempat. Erosi dapat sangat progresif memasuki rongga
mastoid dan cavum timpani.

(1,6,7)
53

Keratosis obsturan vs kolesteatoma eksterna

Gambar 26. Keratosis Obturans Gambar 27.Kolesteatoma eksterna

(22,23)
54

Perbedaan
Keratosis obturans Kolesteatoma
eksterna

Umur Dewasa muda Tua


Penyakit terkait Sinusitis kronis (-)
Bronkieektasis
Nyeri Akut/Berat Kronis/nyeri tumpul
Gangguan Pendengaran Konduktif/sedang Tidak ada/ringan
Sisi telinga Bilateral Unilateral
Erosi tulang Sirkumferensial Terlokalisir di
posteroinferior
Kulit Telinga Utuh Ulserasi
Osteonekrosis Tidak ada Bisa ada
Otorea Jarang Sering/intermitter

(1)
55

Keratosis obturans Kolesteatoma eksterna

• Pemeriksaan : pelebaran liang • Sebab : migrasi epitel yang


telinga, hiperplasia dan salah dan invasi kolesteotoma
radang epitel, tidak ada erosi ke tulang  periostitis.
tulang • Terapi:
• Terapi : ▫ debridement tulang yang
▫ pengangkatan gumpalan nekrosis bila perlu
keratin dan antiinflamasi dilakukan kanalplasti dan
▫ Debris akibat radang timpanomastoidektomi
dibersihkan berkala untuk mencegah
berlanjutnya erosi tulang.
▫ Antibiotik

(1,6,7
56

Penatalaksaan
• Kontrol dengan melakukan pembersihan liang telinga secara periodik,
• Obat tetes telinga dari campuran alkohol atau gliserin dalam peroksid 3% 3x seminggu.
• Bila pasien telah mengalami erosi tulang liang telinga  tindakan bedah dengan
melakukan penanaman jaringan ke bawah kulit untuk menghilangkan gaung di dinding
liang telinga.
• Indikasi operasi:
▫ Destruksi tulang meluas ke telinga tengah
▫ Erosi tulang pendengaran’
▫ Kelumpuhan saraf fasialis
▫ Fistel labirin
▫ Otore berkepanjangan

(1,6,7
57

TERIMA KASIH
58

Daftar Pustaka
1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi ke-7. Cetakan
keempat.2015. Penerbit: Badan Penerbit FKUI.
2. Rukmini,Sri. 2000 Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorok Cetajan pertama. Penerbit:
EGC.
3. Macleod’s Clinical Examination, 13th Edition.2013. Penerbit: Churcill Livingstone.
4. PL Dhingra & Dhruti Dhingra. Disease of Ear, Nose, Throat, Head and Neck Surgery 6th
Edition. 2014. Penerbit: Elsevier.
5. Rudolf Probst MD. 2006. Basic Othorhinolaryngology. Penerbit: Thieme
6. Boies, Lawrence R. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT: Penyakit Telinga Luar. Edisi 6. EGC.
Jakarta. Hal. 81.
7. Color Atlas of Otoscopy From Diagnosis to Surgery. 1999. Penerbit: Thieme.
8. Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: PIODERMA. Edisi 5. FKUI. Jakarta.
9. http://earcommunity.org/microtiaatresia/
10. Bansal Mohan. 2013. Disease of Ear, Nose, and Throat. Penerbit: Jaypee Brothers Medical
Publisher.
11. https://id.wikipedia.org/wiki/Radang_telinga_luar
12. Ear, Nose, and Throat at A Glance.2013. Penerbit: Wiley-Blackwell
13. http://slideplayer.biz.tr/slide/3665000/
14. Mansjoer, Arif et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran: Perikondritis. Jilid I. Edisi 3. Media
Aesculapius.FKUI. Hal. 94.
15. https://rockymountainent.com/cerumen-removal
59

16. Drake et al: Gray’s Anatomy for Students-www.atudentconsult.com


17. https://id.scribd.com/doc/285098462/Otitis-eksterna-sirkumskripta
18. http://wijaya.penyebabpenyakit.net/wp-
content/uploads/2016/09/Otomikosis.jpg
19. https://i2.wp.com/dokudok.com/wp-content/uploads/featured-
otomikosis.jpg?fit=320%2C248
20.https://dephicamunis.files.wordpress.com/2011/06/otomycosis_090601.jp
g
21. https://image.slidesharecdn.com/malignantotitisexxterna-
160412171505/95/malignant-otitis-externa-14-638.jpg?cb=1460481384
22.https://www.omicsonline.org/articles-images/otolaryngology-Septic-
keratosis-obturans-6-283-g004.png
23.http://medicastore.com/image_penyakit/2016.05.131.cholesteatoma.jpg
24.https://www.lamedecinedusport.com/wp-
content/uploads/2016/07/MDS123-Figure-2-Othematome.jpg
25.Liviu, Iarovoi. 2008. Clinical, Immunological, Characteristics and
Optimization of Erysipelas. http://www.cnaa.acad.md. Diakses 25 Maret
2008.

Anda mungkin juga menyukai