Anda di halaman 1dari 77

APLIKASI KIMIA FARMASI

--PENGANTAR KOSMETIK--

Jurusan Farmasi FKIK


UIN maulana Malik Ibrahim Malang
2020
SEJARAH KOSMETIK
 Istilah kosmetik, yang dalam bahasa Inggris “cosmetics” berasal dari kata
“kosmein” (Yunani) yang berarti “berhias”
• Pada tahun 1955, Lubowe menciptakan istilah Cosmedics sebagai
gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat mempengaruhi faal kulit
secara positif tetapi bukan obat.
• Tahun 1982, Faust mengemukakan istilah medicated cosmetics, yaitu kosmetik
yang dapat memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit (anti ketombe,
deodorant, anti jerawat, pemutih wajah)
• Saat ini penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi,
memperbaiki tampilan melalui make-up serta dapat melindungi kulit dan rambut
dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor lingkungan yang lain
sehingga dapat mencegah penuaan dini ( Tranggono 2007).
DEFINISI
• Kosmetik adalah setiap bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada seluruh bagian luar
tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ
genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa
disekitar mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki
bau badan dan atau melindungi atau memelihara tubuh
pada kondisi baik ( BPOM RI, 2008)
• Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk
digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau
disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada
badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk
membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa, melindungi supaya tetap dalam keadaan
baik memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan
untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit
• (Depkes RI, Undang-undang tentang Kosmetika dan Alat
Kesehatan, 1976)
PENGGOLONGAN KOSMETIK
Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk maksud
evaluasi produk kosmetik dibagi 2 (dua) golongan :
1. Kosmetik golongan I adalah :
a. Kosmetik yang digunakan untuk bayi;
b. Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa
lainnya;
c. Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan
penandaan;
d. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta
belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya

2. Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk


golongan I
Berdasarkan fungsi kosmetik yaitu:
1. Sediaan bayi
2. Sediaan mandi
3. Sediaan kebersihan badan
4. Sediaan cukur
5. Sediaan wangi-wangian
6. Sediaan rambut
7. Sediaan pewarna rambut
8. Sediaan rias mata
9. Sediaan rias wajah
10. Sedian perawatan kulit
11. Sediaan mandi surya dan tabir surya
12. Sediaan kuku
13. Sediaan hygiene mulut.
Berdasarkan sifat bahan dan proses pembuatan
1. Kosmetik tradisional adalah kosmetika yang terdiri dari
bahan-bahan yang berasal dari alam dan diolah secara
tradisional (tanpa pengawet).
2. Kosmetik semi-tradisional, yaitu kosmetik tradisional yang
pengolahannya dilakukan secara modern dengan
mencampurkan zat-zat kimia sintetik ke dalamnya
3. Kosmetik Modern
Berdasarkan kegunaannya bagi kulit:
1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics) :
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) sabun, cleansing
cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer) moisturizer cream,
night cream, anti wrinkle cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sun block, sunscreen
d. Kosmetik untuk menipiskan kulit (peeling) atau mengangkat sel kulit
mati  scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make up) : lipstik, bedak,
pemerah pipi, eye-shadow, cat rambut, pelurus rambut
 kosmetik hipoalergic adalah kosmetika yang di
dalamnya tidak mengandung zat-zat yang dapat
menyebabkan reaksi iritasi dan sensitasi
PERSYARATAN KOSMETIK
 Kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan
mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan.
2. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik
yang baik.
3. Terdaftar dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat
dan Makanan RI (BPOM RI).
PERKEMBANGAN KOSMETIK
 Perkembangan meliputi semua aspek:
 memenuhi tujuan (bentuk sediaan, formula, kemasan, ad
pemasaran),
 mengatasi keterbatasan (surface & depth effect cosmetics)

 Perkembangan/ Inovasi untuk:


 Meningkatkan Manfaat
 Meningkatkan Keamanan
 Meningkatkan Stabilitas
 Meningkatkan Aseptabilitas
REAKSI KULIT TERHADAP KOSMETIK
 Beberapa faktor yang mempengaruhi pemakaian
kosmetik terhadap kulit :
 Faktor manusia perbedaan ras ( sensitivitas kulit)
 Faktor kosmetik  bahan baku, formulasi, proses pembuatan
( QC dan QA)
 Faktor lingkungan  Iklim
REAKSI NEGATIF KOSMETIK PADA
KULIT
 Iritasi  reaksi langsung yang terjadi saat pemakaian
pertama dikarenakan bahan aktif dari kosmetik tersebut (
iritan)
 Alergi  reaksi yang timbul setelah pemakain kosmetik
beberapa kali, kadang bisa terjadi setelah pemakaian
dalam jangka waktu yang lama dikarenakan bahan
mengandung bahan2 yang bersifat alergen (alergenik)
 Fotosensitisasi  reaksi yang muncul setelah pemakaian
kosmetik dan terpapar sinar matahari langsung karena
adanya bahan yang bersifat photosensitizer, misal PABA
 Jerawat reaksi yang timbul dikarenakan pemakaian
kosmetik yang cenderung meyumbat pori-pori dan
bercampur dengan kotoran dan bakteri sehingga
menimbulkan jerawat (aknegenik)
 Intoksidasi  keracunan yang dapat terjadi karena bahan
aktif berbahaya dari kosmetik baik secara lokal ataupun
sistemik melalui penghirupan lewat hidung atau mulut ataupn
penyerapan via kulit.
BEBERAPA FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TERJADINYA REAKSI
NEGATIF PADA KULIT
 Lama kontak kosmetik dengan kulit
 Lokasi tempat pemakaian kosmetik

 pH kosmetik  harus disesuaikan dengan pH fisiologi


kulit ( 4.5-6.5) pH balanced
 Kosemtik yang mengandung gas karena menyebabkan
konsentrasi bahan aktif di dlam kosmetik menjadi lebih
tinggi setelah gas menguap
PROSES PRODUKSI KOSMETIK
FASE FASE DALAM PRODUKSI
KOSMETIK
 Ada bebrapa fase dalam pembuatan atau prduksi
kosmetik yaitu:
 Formulasi
 Metode Pembuatan
 Scale Up
 Proses Produksi
 QC ( kontrol Kualitas)
FORMULASI
 Pada Formulasi ini harus kita tentukan terlebih dahulu
tujuan pembuatan dari kosmetik sehingga kita bisa memilih
dan meneliti secara kritis bahan aktif yang aman dan
bermutu tinggi yang akan digunakan
 Perlu adanya test keamanan bahan baku sebelum di
formulasi ( patch test) dan menguji keamanan produk akhir
sebelum dipasarkan ( usage test) dan menguji keamana
produk akhir pada konsumen setelah beberapa lama
dipasarkan (efficacy test)
 Pengujian bisa dilakukan pada kulit manusia ataupun kulit
hewan mencakup:
 PotensiIritasi terhadap kuit dan mata
 Fototoksisitasnya terhadap kulit
 Komedogenitas
Ada beberapa jenis pacth test dan usage test yang digunakan pada
bahan baku ataupun produk akhir yaitu
 Patch test  AC test dan Silver Patch
 Open Test  bahan langsung diaplikasikan ke kulit
 Test Potensi Iritasi Kulit Draize Test, FCAT, GPMT, Buhler
Test, OET
 Test Iritasi pada Mata Preclinical dan clinical (drize test pada
hewan) ; Human use test
 Phototoxicity  animal testing, human testing

 Tes iritasi pada sabun atau detergent  chamber test, wash test.

 Test Toleransi terhada Detetjent dalam shampoo (Guinea Pig -


Rabbit skin- Rabbit eye) Irritation Test, Invitro Test
 Comedogenic Test Animal – Human Testing
Dermatological Formulation
 Liquid, Solid, Aerosol Preparation
 Semi Solid Preparation
 Ointments :
Hydrocarbon Bases
Fats & Fixed Oil Bases
Silicones
Absorption Bases
Emulsifying Bases
Water Soluble Bases

 Creams:
W/O & O/W creams
W/O/W & O/W/O creams

 Pastes
Sifat Umum Sediaan Semisolida
Memiliki :
- derajat/tingkat kekakuan (viskositas) tertentu
- sifat rheologik yg plastis  mudah mengalir
- daya adhesi  kemampuan melekat pada
tempat pemakaian

Fungsi Sediaan Semisolida


1. Vehikulum/pembawa untuk:
- bhn. obat berkhasiat lokal/setempat
- bhn. obat dg. tujuan sistemik
2. Pelembut (emollient)
3. Pelindung (protective)
4. Pelicin (lubricant)
 Vehiculum Vehicle system/ Zat pembawa
 Contoh : Liposom ( tidak stabil, sensitif terhadap panas);
Natural Encapsulating Agent (Butiran Selulosa); Polimer
( cyclodextrin)
 Manfaat Zat pembawa:
 Mengatasiinkompabilitas suatu bahan aktif
 Mencegah terjadinya oksidasi dan dekomposisi bahan aktif
 Memperpanjang ED
 Meningkatkan bentuk estetik dari kosmetik
 Mengurangi efek iritasu dari bahan aktif utama
Syarat Sediaan Topikal

Sediaan Topikal yang ideal harus memenuhi


persyaratan:
- Stabil secara kimia & fisika
- Harus halus dan bebas dari partikel kasar
- Harus mudah dioleskan & bisa meleleh atau
melunak pd. suhu tubuh
- Basis sebaiknya tdk mengiritasi, dan sebaik-
nya tdk memiliki efek terapetik (=inert)
- Obatnya sebaiknya terbagi halus &
tersebar merata
Jenis Sediaan berdasarkan daya penetrasi / terapetiknya:

 epidermik
 tidak memiliki/sedikit daya menembus kulit epitelium yg. sakit 
bekerja sbg. protektan, antiseptik, astringent, coun-terirritant, &
parasitisida.
 meliputi dasar salep hidrokarbon (vaselin, parafin, lilin dan
kombinasinya)
 endodermik
 Memiliki daya menembus ke lapisan kulit yang lebih dalam  bekerja
sebagai emollient, anodynes, stimulant, & local irritant
 Contoh : minyak tumbuh-tumbuhan, lemak bulu domba
 diadermik
 Dapat menembus kulit yang lebih dalam lagi  efek sistemik (obat
masuk peredaran darah)
 Contoh : pembawa tipe emulsi dan yang larut
dalam air
Dasar Pemilihan Basis

 Harus mempertimbangkan faktor-faktor:


a. Sifat bahan obat yg akan ditambahkan
b. Stabilitas bahan obat
c. Efek terapetik yg diharapkan
d. Karakteristik umum dari kulit pasien 
kering/berminyak, terang/gelap
e. Keadaan permukaan kulit yg akan diolesi
berambut/tidak
f. Adanya lesi yg ada  kering/berair
g. Efek kimia basis thd obat, dan sebaliknya
h. Efek pembawa (vehiculum) thd. kulit
Macam Sediaan Topikal berdasarkan vehiculum/
pembawA
 Dasar Salep seny. Hidrokarbon
 Dasar Salep serap
 Dasar Salep yg dapat dicuci dg Air
 Dasar Salep larut dalam air
PEMILIHAN METODE PEMBUATAN
 Produksi besaran- besaran pada umumnya didasarkan pada
hasil pengamatan produksi percobaan clinical batch)
dimana homogenitas merupakan esensi dari suatu batch.
 Parameter kritis yang mempengaruuhi performa produk
selama pembuatan clinical batch:
 Langkah- langkah kritis di dalam metode pembatan yang
digunakan
 Sifat Sifat produk kritis viskositas
SCALE UP ( PEMBESARAN BATCH)
 Produksi Kosmetik yang baru , scale up dilakukan dengan 2 fase:
 Clinical Batch ( 25kg)
 Pilot Batch ( 200kg)
 Dalam proses perkembangan diadakan identifikasi langkah langkah inti
dalam proses pembuatan apakah perlu di sahkan ataukah ditolaK terhadap
penelitian scale up ini dengan menjawab pertanyaan berikut:
 Dapatkan formulasi di reproduksi dengan skala besar?
 Apakah metode produksi sudah sesuai kemampuan produksi yang
diharapkan dengan peralatan yang ada?
 Apakah perlu peralatan baru atau pabrik lagi?
 Apakah labgkah langkah pokok proses pembuatan telah
teridentifikasi?
 Apakah studi validasi telah di design dengan baik?
PROSES PRODUKSI
 Beberapa hal yang penting dalam proses produksi yaitu
 Peralatan  Mixing/ Emulsification , Dispersing/
Grinding, Homogenizer, Filling Equipment
 Proses dan Tujuan

 Pembuatan Produk-Produk Khusus


QUALITY CONTROL
 Fungsi Kontrol Kualitas :
 Kontrol dalam bidang Prosesing
 Testing Spesifikasi Bahan Baku
 Testing Spesifikasi Produk
 Pengawasan Fasilitas Penyimpanan dan Distribusi
 Pengawasan tempat yang mungkin sebagai produsen pihak ketiga
 Pengawasan terhadap kontaminasi nikrobiologis
 Kemungkinan memperpanjang ED

 Faktor- Faktor yang tercakup dalam kontrol kualitas meliputi:


 Personalia
 Fasilitas
 Spesifikasi produk
KOSMETIK DAN KULIT
KULIT
 sebagai sistem integumentari, adalah organ terbesar tubuh ,
sejumlah 10-15% dari total tubuh dan merupakan anggota
tubuh yang berinteraksi dengan lingkungan luar (Walters,
2002)

 Kulit merupakan organ yang vital dan esensial serta


merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Djuanda,
2007)
FUNGSI KULIT
 Sebagai Pelindung  terhadap gangguan fisik, zat kimia, mikroorganisme,
lingkungan.
 Absorbsi  Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis
vehikulum.
 Fungsi ekskresi  Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi
atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia
 Fungsi indera  Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang diberikan
 Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) 
 Pada saat suhu dingin, peredaran darah di kulit <<
 Pada saat suhu panas, peredaran darah di kulit >>>  penguapan keringat dari
kelenjar keringat
 Fungsi pembentukan pigmen  melanosit  menentukan warna kulit ras
maupun individu
 Fungsi kreatinisasi  Fungsi ini memberi perlindungan kulit terhadap infeksi
secara mekanis fisiologik.
 Fungsi pembentukan/sintesis vitamin D
LAPISAN KULIT
1. Epidermis
2. Dermis
3. Hipodermis (jaringan subkutan)
1. EPIDERMIS
a. Stratum Korneum  Lapisan terluar yang terdiri dari
beberapa lapis sel-sel korneosit / keratinosit  sel sel
gepeng yang tidak memiliki inti, dan protoplasmanya telah
berubah menjadi keratin.
 Pada permukaan lapisan ini sel-sel mati terus menerus
mengelupas tanpa terlihat
 Struktur korneosit yang merupakan sawar kulit tersusun atas
dua komponen utama yaitu
 substansi hidrofobik (water repellent) merupakan sawar lipid
mengandung lipid netral (asam lemak dan kolesterol) serta
ceramides yang berfungsi mengontrol dan membatasi transpor air
melalui kulit (Wertz et al., 1987a).
 komponen hidrofilik (water-attracting)  Keratin sangat
hidrofilik yang dapat mengikat substansi yang mengandung air.
 Keratin envelope protein yang
membentuk ikatan iso-peptida
antara residu glutamine dan
lysine.
 Keratin envelop lipid  Protein
envelope yang berikatan dg lipid
eksternal (ceramid) menolak
air
 Corneodesmosomes
merupakanstruktur protein
spesialyang melekatkan
korneosit satu sama lain
 Natural moisturizing factor
• Karena lamellar lipid bilayer juga menolak air (NMF) merupakan kumpulan
 molekul air akan berada di antara cell substansi asam amino dan
envelope lipid dan lipid bilayer.
metabolitnya yang water-soluble
(humektan) kadarnya sekitar 20-
• Ini akan memelihara keseimbangan kadar air 30%Pada kulit normal apabila
dalam stratum korneum dengan memerangkap sering terpajan sabun, maka
molekul air dibandingkan dengan membiarkannya kadar NMF <<c
terabsorpsi ke dalam lapisan epidermis yang lebih
dalam (Brannon, 2007).
b. Stratum lusidum  terletak tepat di bawah lapisan korneum.
Terdiri dari sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang
berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
c. Stratum granulosum  (Lapisan Granular/ Keratohialin).
Lapisan granular terdiri dari 2 atau 3 lapis sel gepeng, berisi
butir-butir (granul) keratohialin yang basofilik.
Sel granulosum hanya mengandung glucosylceramides
Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan
kaki.
d. Stratum Spinosum  Lapisan malpighi atau
prickle cell layer (lapisan akanta) merupakan lapisan epidermis
yang paling kuat dan tebal. Terdiri dari beberapa lapis sel yang
berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda akibat adanya
mitosis serta sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng
bentuknya. Pada lapisan ini banyak mengandung glikogen
e. Stratum germinativum  Lapisan basal
 Lapisan epidermis paling bawah dan
berbatas dengan dermis.
 Selama 2-3 minggu pembelahan, sel basal
akan kehilangan sel anakan dari permukaan
kulit tetapi komposisi lipid akan tetap
konstan.
 Biosintesis, transformasi dan translokasi
lipid epidermal dalam tiap sel akan terus
berlanjut dan berubah tiap waktu
 Dalam lapisan basal terdapat melanosit, sel
lagerhans, sel Merkel dan keratinosit.
Melanosit adalah sel dendritik yang
membentuk melanin. Melanin berfungsi
melindungi kulit terhadap sinar matahari.
Sel Langerhans: pd respon imun
Sel Merckel: mekanoreseptor
2. DERMIS
 Terletak dibawah lapisan epidermis dan memiliki
lapisan lebih tebal daripada epidermis.
 Dermis berperan terhadap ketebalan kulit.

 Ketebalan kulit bervariasi pada bagian tubuh yang


berbeda dan dipengaruhi oleh usia. Pada penuaan lapisan
basal akan menurun ketebalan dan kelembabannya
 Pada dermis terdapat saraf, pembuluh darah, kelenjar
keringat dan kolagen.
 Sel yang dominan pada dermis adalah fibroblas 
memproduksi kolagen, elastin dan protein matriks lain
serta enzim.
(Bauman, 2002).
Dermis dan membentuk dibagi menjadi dua bagian:
a. Papilari Layer  yaitu bagian yang menonjol ke epidermis dan
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Retikular Layer, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah
subkutan. Bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti
serabut kolagen, elastin, dan glycosaminoglycan (GAG)
hyaluronic acid (HA), proteoglycan, glycoprotein, growth factor
peptide.
Volume HA yang besar berhubungan dengan kandungan air dan
hidrasi kulit, kemampuan memelihara kegiatan sel.
HA>> saat terjadi proliferasi, regenerasi dan penyembuhan luka
(wound healing) dan juga sebagai anti penuaan.
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, saraf, rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea.
(Neudecker et al., 2004).
ADNEKSA KULIT
 Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelanjar kulit, rambut,
dan kuku
 Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri dari:

a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)  mengatur suhu :


 kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan
sekret yang encer, dan berada pada semua daerah di kulit kecuali di
selaput lendir.
 kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan
sekretnya lebih kental. Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat
besar yang bermuara ke folikel rambut
b. Kelenjar minyak/palit (Glandula sebasea)
 Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di
telapak tangan dan kaki.
 disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen
dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-
sel kelenjar.
 terletak di samping akar rambut dan muaranya terdapat
di lumen akar rambut (folikel rambut).
 Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas,
skualen, wax ester, dan kolesterol.
 Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada
anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas
menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi
secara aktif
3. HIPODERMIS ( LAPISAN SUBKUTAN)

 Terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di


dalamnya.
 Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak
ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
 Jaringan subkutan mengandung syaraf, pembuluh darah dan
limfe, kantung rambut, dan di lapisan atas jaringan subkutan
terdapat kelenjar keringat.
 Fungsi jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan
terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi.
JENIS –JENIS KULIT
Kulit digolongkan menjadi tujuh jenis, yaitu:
 kulit normal  a. Kulit Normal (sehat) dimana kelenjar lemak memproduksi minyak
tidak berlebihan  tidak ada penyumbatan pada pori-pori kulit
 berminyak disebabkan oleh sekresi kelenjar sebasea yang berlebihan (kulit mengkilat,
pori-pori besar, jerawat/acne, kulit kusam.
 Kulit berminyak sensitive (sensitife oily skin)  kulit berminyak dan terdapat pembuluh
darah yang melebar dan rusak, terlihat garis-garis atau guratan-guratan merah disekitar
hidung dan pipi, berkomedo dan bereaksi cepat terhadap panas, dingin dan iritasi
 kombinasi (campuran)  gabungan lebih dari satu jenis kulit seperti kulit kering dan
berminyak  kulit terasa kering tapi berminyak pada daerah T-zone.
 Kering akibat ketidakseimbangan sekresi sebum, bagian tengah muka normal, disekitar
pipi dan dahi kering  cepat menjadi tua karena kelenjar lemak tidak berfungsi dengan
baik
 kering sensitive  kulit kering dan terdapat pembuluh darah yang melebar disekitar
hidung dan pipi sehingga timbul garis-garis atau guratan didaerah tersebut.
 kulit gersang ( Dehydrated Skin)  kulit yang sangat kering

(yuswati, 1996)
 Berdasarkan perbedaan genetik dalam hal kemampuan merespon
terhadap radiasi ultraviolet (UV), maka kulit dibagi menjadi:
a. Tipe I : selalu terbakar, tak pernah menjadi coklat
b. Tipe II : mudah terbakar, jarang menjadi coklat
c. Tipe III : kadang-kadang terbakar, mudah menjadi coklat
d. Tipe IV : tidak pernah terbakar, mudah menjadi coklat
e. Tipe V : secara genetik coklat ( India atau Mongoloid)
f. Tipe VI : secara genetik hitam (Kongoid dan Negroid)

Respon pertama terhadap radiasi UV adalah peningkatan distribusi


melanosom.
Hal ini dengan cepat dapat meningkatkan pigmentasi pada lapisan
basal (stratum basalis), sehingga warna kulit menjadi coklat
karena sinar matahari.
(James, 2009),
STRATUM KORNEUM SEBAGAI TARGET
KOSMETIK
 Penggolongan kosmetik sebagai pengobatan mengatasi kelainan pada kulit:
 Kosmetik sebagai antiaging  untuk mengatasi penuaan dini
 Kosmetik untuk jerawat (acne) dan noda hitam ( hiperpigmentasi)
 Kosmetik untuk pengobatan mengatasi kelainan kulit kepala dan akar
rambut ketombe ( dandruff), kulit kepala berminyak ( seborrhea) dan
kerontokan rambut yang abnormal
 Proses maturasi stratum coreum sangat kompleks tetapi dapat
disederhanakan menjadi 4 proses:
 Corneocyte process
 Stratum Corneum Process
 NMF Process
 Desquamation Process
 Stratum korneum merupakan barrier yang sangat baik
tetapi lingkungan sangat mempengaruhi kondisi barrier
kulit
 Kulit yang kering akan menyebabkan kulit terasa kasar,
terlihat kusam dan kehilangan elastisitas sehingga dapat
terjadi kerutan dini.
 Pelembab  dapat menahan air pada stratum korneum
( giserol) dan mengunci kelembapan dan mencegah
lunturnya humektan saat kulit terkena air( emolien lipid)
 kulit menjadi halus, lembut dan elastis
 Kosmeti yng ditujukan untuk suatu jaringan dan lapisan
tertentu pada kulitharus melewati barier stratum corneum
JALUR PENETRASI SEDIAAN TOPIKAL
 Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit,
terjadi 3 interaksi:
1. Solute vehicle interaction: interaksi bahan
aktif terlarut dalam vehikulum.
Idealnya zat aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan
mudah dilepaskan.
Interaksi ini telah ada dalam sediaan
2. Vehicle skin interaction: merupakan interaksi vehikulum
dengan kulit.
Saat awal aplikasi fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum
3. Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut
dengan kulit (lag phase, rising phase,
falling phase)
INTERFACIAL BOUNDARIES PENETRATION ROUTES SOME TREATMENTS
DRUG DISSOLVES, Camouflage
DIFFUSES, RELEASES Protective Layer
SURFACE FROM VEHICLE Insect Repellent
Antimicrobial

TRANSEPIDERMAL
Emolliency
STRATUM Partition, diffusion, Exfolients
CORNEUM Stratum Corneum
TRANSAPPENDAGEAL
Antiperspirant
APPENDAGES Exfolient
Pilosebaceous Ecrine Gland Antibiotic
Depilatory

VIABLE
EPIDERMIS Partition, Diffusion, Anti-Inflamantory
Viable Epidermis Anaesthetic
Antipruritic
Antihistamin
Partition, Diffusion,
DERMIS
Dermis

CIRCULATION Removal via Transdermal system


circulation nitroglycerin
JALUR PENETRASI KULIT
JALUR PENETRASI MELALUI STRATUM
CORNEUM
dibedakan menjadi jalur transeluler dan interseluler
 BA yang bersifat hidrofilik akan berpartisi melalui jalur transelular sedangkan BA
lipofilik akan masuk kedalam stratum corneum melalui rute interseluler
 Jalur interseluler yang berliku dapat berperan sebagai rute utama permeasi obat dan
penghalang utama dari sebagian besar BA  obat akan menembus stratum
korneum melalui ruang antar sel pada lapisan lipid yang mengelilingi sel korneosit
 Difusi dapat berlangsung pada matriks lipid protein dari stratum korneum.
Setelah berhasil menembus stratum korneum obat akan menembus lapisan
epidermis sehat di bawahnya, hingga akhirnya berdifusi ke pembuluh kapiler
 Penetrasi intraseluler  difusi obat menembus dinding stratum korneum sel
korneosit yang mati  melintasi matriks lipid protein startum korneum menuju
sel yang berada di lapisan bawah sampai pada kapiler di bawah stratum basal
epidermis dan berdifusi ke kapiler
RUTE TRANSAPPENDAGEAL DAN
TRANSFOLICULAR

 Rute ini sangat berarti bagi ion-ion dan molekul dengan


ukuran besar yang berpermeasi lambat melalui stratum
corneum
 Rute ini juga dapat menghasilkan difusi yang lebih cepat
segera setelah penggunaan obat karena dapat menghilangkan
waktu yang diperlukan oleh BA untuk melintasi stratum
corneum.
 Difusi melalui transappendageal dan transfolicular ini dapat
terjadi dalam 5 menit dari pemakaian sediaan
MEKANISME TRANSPOR OBAT   SEDIAAN
TRANSDERMAL MENEMBUS KULIT

DRUG DISSOLVES,
DIFFUSES, RELEASES
FROM VEHICLE

PENETRATE THE SKIN


(Partition, diffusion, Stratum Corneum)
 DISOLUSI Proses yang terjadi pada suatu solut
menjadi homogen dengan suatu pelarut.
 KECEPATAN DISOLUSI Jumlah solut yang
melarut per satuan waktu dalam pelarut tertentu
dan kondisi tertentu.
 DIFUSI  Gerakan molekul karena gerakan kinetik
internal dari daerah konsentrasi tinggi menuju
daerah konsentrasi rendah (melewati gradien
konsentrasi) untuk mengurangi energi potensial
dalam suatu sistem
 Transpor suatu obat melalui membran polimer adalah
contoh difusi molekul sederhana

 KOEFISIEN DIFUSI  Ekspresi secara kuantitatif


jumlah zat yang berdifusi persatuan unit waktu
melewati luas tertentu.
 Berlaku HUKUM FICK I:
 Hukum Fick I, menggambarkan Flux (kecepatan difusi
melaluli satuan luas) dalam keadaan aliran mantap
(steady state of flow)

 PARTISI  Pemisahan
 KOEFISIEN PARTISI Sifat fisik suatu senyawa
yang terdistribusi diantara 2 pelarut tidak tercampur
atau perbandingan konsentrasi terlarut senyawa
dalam satu fasa pelarut dan pada fasa pelarut yang
lainnya.
ABSORPSI SEDIAAN TOPIKAL SECARA
UMUM

Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui beberapa fase
 Lag phase
Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan
dan belum melewati stratum korneum
 Rising phase
Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum,
kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan dalam
pembuluh darah
 Falling phase
Fase pelepasan bahan aktif BA dari permukaan kulit dan dapat dibawa ke
kapiler dermis.
YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN
SEDIAAN TOPIKAL SECARA UMUM

 Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus menyatu


pada permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup
 Konsentrasi bahan aktif merupakan faktor penting, jumlah obat yang
diabsorpsi secara perkutan per-unit luas permukaan
 Setiap periode waktu, bertambah sebanding dengan bertambahnya
konsentrasi obat dalam suatu pembawa
 Penggunaan bahan obat pada permukaan yang lebih luas akan
menambah jumlah BA yang diabsorpsi
BAHAN AKTIF UNTUK KOSMETIK
 Restructuring of dermic collagen: Soluble collagen
 Revitallising : Vitamins
 Moisturizing : Hyaluronic acids
 Improve the conditions of sensitive skin; Flavonoid
 Whitening/Lightening: Ascorbyl, Tretinoid
 Sebum regulating
ACTIVE INGRIDIENTS
ACTIVE INGRIDIENT
COSMECEUTICAL PRODUCTS
FUNCTION

 Skin Care (Hydroxy Acids, Moisturizers: Hyaluronic acids,


Topical Retinoids, “Estrogen”, Nutritives, Protective, Photo
Aging, Depigmentation: Hydroquinone)
 Hair Care: Hair Growth Enhancer & Dandurff

SOURCES
1. Chemical Agent
2. Natural Product: Botanical Extract & Mineral
67
ACTIVE INGREDIENTS

 ALPHA HYDROXY ACIDS (AHAs)


 GLUCANS

 ENZYMES, ANTIOXIDANTS

 Naturally occuring acids involved in many metabolic


process (Kreb’s Cycle, Glycolysis, Serine biosynthesis,
Pigmentation)
 Improve skin characteristics: texture, wrinkling, and
pigmentation

68
AHA (R-CH2-COOH)
 Glycolic acid : Sugarcane : (OH)CH2COOH
 Lactic acids : Sour milk : CH2 (OH)CHCOOH
 Malic acid : Apple fruits : COOHCH(OH)CH2COOH
 Tartaric acid : Grapes fruits : COOHCH(OH)2CH2COOH
 Mandelic acids: Almond blossoms: C6HCHOHCOOH
 Citric acids : Citrus fruits : (COOH)2CCH2OHCOOH

USE
1.Awam : + 4-6%
2.Salon : + 30%
3.Klinik Kecantikan/dr Spesialis : ad 60%
69
ALPHA / BETA HYDROXY ACIDS
LOW CONCENTRATION:
 Intraepithelial chemical peeling (acidity mol.)
 To reduce corneocyte cohesion and desquamation of the stratum
corneum

HIGH CONCENTRATION:
 Detachment of keratinocytes and epidermolysis
 Buah (bilberry, apel, lemon, orange, dll), tamarindus, Hibiscus,
Sugar cane (Saccharum officinalis, Accer saccharum (sugar mapple),
Salix, Betula (sweet birch, Galutheria (Wintergreen)
 Brightening, smoothing, sloughing skin
 Eliminasi of dead cells from the skin surface, hydration, cell renewal
 Synergize activity: Gelatin-glycine & Gelatin-Arginine

70
PROTECTIVE CREAMS

 ZnO : Covering effect


 Tannin :
a. Meningkatkan ketahanan kulit pd microorganism
b. Menurunkan perspiras
c. Mengurangi swellingg (direct with binding keratin)

Chelating Agent: Mengikat ion logam  mengurangi penetrasi


melalui kulit
Asam tartrat dan Glicine  mengikat chromate VI III : Efek
alergen rendah
71
NATURAL EXTRACT
(BOTANICAL, ANIMAL, MINERAL)

 PROCYANIDOL OLIGOMERS  ECM


 PROTECTING OF ELASTIC FIBER (ELASTIN, dll)

 APIGENIN (CHAMOMILLE EXTRACT)

 AMINO ACUDS

 TRYPTOPHAN, VIT B3, VIT B6

 SAPONIN

 SELENIUM (ASTROGALLUS Sp)

 OLIGO ELEMENTS (EQUISETUM Sp)

 GANODERMA EXTRACT, MUSHROOM

72
 ASCORBIC ACID  COLLAGEN SYNTHESIS
Stimulasi produksi kode RNA utk produksi kolagen
kontribusi pada sintesa hidroksi prolin & hidroksi glicine utk struktur
tridimensi collagen.
 PROCYANIDOL OLIGOMERS  Extra Cellular Matrix
Banyak pada anggur
Reinforcing & protecting struktur ECM
Improve mikrosirkulasi ke jaringan  transport nutrisi, hormon, hidrasi,
dll menjadi lebih baik
 PROTECTING OF ELASTIC FIBER (ELASTIN, dll)
Extract having Free radical scavering properties
Aktivasi sintesa protein tsb or
Inhibisi enzym yg bertanggungjawb pada degradasi enzym tsb. Misal
Centella asiatica (Pegagan, Asiatic Acid >>)
 APIGENIN (CHAMOMILLE EXTRACT)
Anti inflamasi, menghambat pelepasan histamin 73
Beta glucuronidase: mencegah degradasi mucopolisacchardes
MOISTURIZERS
 Rentang cosmeceuticals, sederhana (petrolatum) s/d modern
& sophisticated  mempengaruhi struktur kulit.
 Dry skin: photoaged skin
 Clinically rough, scally, less flxible, dry to the touch
 Contoh: Hyaluronic acid
 Moisturizer (High & low Molecular weight)
 High MW : fill wrinkle

74
TOPICAL RETINOIDS (NATURAL)

 Retinol, Retinal (cosmetic) & Retinoic acids (drug)

31/08/20
 Prototype cosmeceuticals

widjisoeratri@yahoo.com
 Pleotropic biological effects
 Roles of Tretinoids
 Growth promotion
 Modulation of epidermal cell differentation
  extrinsic aging / photo aging

75
COLLAGEN TREATMENT (EXAMPLES, Facial
serum)

COLLAGEN

31/08/20
LUPEOL TETRAPEPTIDE

widjisoeratri@yahoo.com
Activated the internal Packs and
quality control function assembles
of formation and collagen fibres and
release of pro-collagen ensuring its uniform
structure

YEAST EXTRACT
Stimulates the synthesis
of collagen
76
Saccharomyces cereviciae
DEPIGMENTATION AGENTS

 Kojic acid

31/08/20
 Arbutin

widjisoeratri@yahoo.com
 Ellagic acids
 Rusinol
 Hydroquinone*
 dll

77

Anda mungkin juga menyukai