KONTRASEPSI
Pembimbing :
dr. Sarsanto Wibisono Sarwono, Sp.OG
Disusun oleh :
Lisa Novita Putri Br Ginting
1865050041
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
PERIODE 04 MEI- 18 JULI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2020
PENDAHULUAN
• Upaya menekan angka fertilitas masih harus dilanjutkan hingga dapat mencapai angka 2,28 di
tahun 2019 yang disertai dengan peningkatan “Contraceptive Prevalence Rate” (CPR) hingga
66%.
• Menurut data WHO pada tahun 2015, penggunaan kontrasepsi telah meningkat di berbagai
bagian negara terutama di bagian Asia yaitu sebesar dari 60,9% pada tahun 2008 menjadi 61,6%
pada tahun 2015.
• Di Indonesia sendiri, Menurut data SKDI tahun 2017 juga didapatkan kenaikan angka prevalensi
kontrasepsi “Contraceptive Prevalence Rate” dari 60,9% pada tahun 2015 menjadi 63,6 % pada
tahun 2017
• KB memperkuat hak orang untuk menentukan jumlah dan jarak usia anak-anak mereka. Dengan
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, KB/kontrasepsi secara sinergis mencegah kematian
ibu dan anak.5
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
1. Kontrasepsi Alamiah
• Kontrasepsi alamiah biasa disebut dengan metode amenorea laktasi (MAL), yaitu
dengan memanfaatkan masa menyusui.
• Masa menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang
cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya < enam bulan pasca
persalinan.
• Metode ini efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat
cukup asupan per laktasi.
• Semakin sering pemberian ASI akan memberikan keuntungan sebagai kontrasepsi.
MACAM-MACAM KONTRASEPSI
3. Kontrasepsi Barier
• Kondom Pria
Merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
Efektivitas kontraseptif kondom pria dapat meningkat cukup signifikan dengan
penambahan pelumas spermisida
kondom juga dapat memberikan proteksi terhadap penyakit menular seksual
termasuk HIV, gonore, sifilis, herpes, klamidia dan trikomoniasis
MACAM-MACAM KONTRASEPSI
3. Kontrasepsi Barier
• Kondom Wanita
FC atau Female Condom merupakan selubung polyurethane dengan satu cincin polyurethane
fleksibel pada masing-masing ujungnya.
Penggunaan bersama dengan kondom pria tidak direkomendasikan karena dapat
menimbulkan gesekan yang menyebabkan kondom terselip, robek dan bergeser.
Dibandingkan dengan kondom pria, penggunaannya mempunyai angka kegalalan yang lebih
besar akibat selip ataupun tergeser
MACAM-MACAM KONTRASEPSI
3. Kontrasepsi Barier
• Spermisida
Spermisida adalah bahan kimiawi yang terdiri dari nonoxynol-9 atau octoxynol-9
yang akan menonaktifkan atau membunuh sperma dengan cara menyebabkan sel
membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan
kemampuan pembuahan sel telur.
Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria atau dissolvable
fim dan krim.
Durasi efektivitas maksimal biasanya tidak lebih dari 1 jam, kemudian harus
dimasukkan kembali sebelum mengulangi senggama
MACAM-MACAM KONTRASEPSI
3. Kontrasepsi Barier
• Diafragma plus spermisida
Metode ini menggunakan diafragma yang terdiri dari kubah lateks sirkular dengan berbagai diameter
yang diperkuat oleh pegas logam sirkumferensial yang dibungkus oleh lateks. Metode ini efektif bila
dikombinasikan dengan gel atau krim spermisida
• Spons kontraseptif
Spons kontraseptif yang saat ini beredar merupakan lempeng polyurethane yang terisi nonoxynol-9
dengan ketebalan 2,5 cm dan lebar 5,5 cm dan mempunyai cekungan pada satu sisi dan lengkung satin
di sisi lainnya.
Spons diposisikan dengan cekungan berhadapan langsung dengan serviks.
Dapat dipasang lebih dari 24 jam sebelum senggama.
Spons harus ditempatnya selama 6 jam setelah senggama. Kehamilan terutama dicegah oleh
spermisida nonoxynol-9 dan untuk mengurangi tingkat kehamilan, dengan penutupan serviks dan
penyerapan semen.
MACAM-MACAM KONTRASEPSI
4. Kontrasepsi Hormonal
• Kontrasepsi Kombinasi (Estrogen & Progestin)
a. Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK)
Merupakan metode kontrasepsi hormonal yang paling sering digunakan. Efek KOK yang paling
penting adalah mencegah ovulasi dengan menekan hypotalamic gonadotropin-releasing factor,
yang selanjutnya mencegah sekresi FSH dan LH dari hipofisis
Beberapa jenis KOK:
Monofasik
Bifasik
Trifasik
KOK diminum setiap hari selama periode waktu tertentu (21-81 hari) dan kemudian diberhentikan
selama periode waktu tertentu pula (4-7 hari) yang disebut dengan interval bebas pil.
MACAM-MACAM KONTRASEPSI
4. Kontrasepsi Hormonal
• Kontrasepsi Kombinasi (Estrogen & Progestin)
b. Injeksi Intramuskular (IM)
Tersedia dalam 2 jenis suntikan yaitu 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat
(DMPA) dan 5 mg estradiol sipionat (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat
dan 5 mg Estradiol Valerat
MACAM-MACAM KONTRASEPSI
4. Kontrasepsi Hormonal
• Kontrasepsi Kombinasi (Estrogen & Progestin)
c. Transdermal Patch
Patch ini mempunyai lapisan dalam yang mengandung matriks perekat dan hormon, serta
lapisan luar yang tahan air.
Patch ditempelkan di bokong, lengan atas bagian luar, abdomen bagian bawah, atau tubuh
bagian atas namun jangan di payudara.
Sebuah patch baru ditempelkan tiap minggu selama 3 minggu, diikuti seminggu bebas patch.
Metode ini sebaiknya dihindari pada wanita dengan obesitas (90 kg atau lebih) karena lebih
besar berisiko gagal.
MACAM-MACAM KONTRASEPSI
4. Kontrasepsi Hormonal
• Kontrasepsi Kombinasi (Estrogen &
Progestin)
d. Cincin Transvaginal
Tersedia dalam bentuk cincin kontrasepsi
hormonal intravaginal yang fleksibel.
Cincin dipasang dalam 5 hari awitan
menstruasi dan setelah digunakan selama 3
minggu, dilepaskan selama 1 minggu untuk
memunculkan withdrawal bleeding.
4. Kontrasepsi Hormonal
• Kontrasepsi Progestin
a. Mini Pil
b. Suntikan Progestin
c. Implan
MACAM-MACAM KONTRASEPSI
o Lippes Loop
o Copper-7
o IUD Nova T
MACAM-MACAM KONTRASEPSI
6. Kontrasepsi Mantap
a. Sterilisasi perempuan / Tubektomi
Metode ini terhitung sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama), permanen dan tidak mempengaruhi proses menyusui ataupun perubahan pada
fungsi seksual
Tubektomi dapat dilakukan setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara
rasional pasien tersebut tidak hamil atau pada hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstrasi
(fase proliferasi)
b. Sterilisasi pria / Vasektomi
Pengikatan/pemotongan vas deferens kiri dan kanan pada pria untuk mencegah transport
spermatozoa dari testis melalui vasa ke arah uretra.
Vasektomi termasuk metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang.
KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN
DAN PASCA ABORTUS
• Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Tahun 2015. 2016; 52-54.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Info Datin: Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2014;1-8.
• Setiyarini AD, Putri ER, Rahmawati E. Perilaku Calon Akseptor dalam Memilih Metode Kontrasepsi Hormonal. Jurnal Ilmiah: J-HESTECH. 2018;1(2):75
– 80.
• World Health Organization. Family Planning: A Global Handbook for Providers 3rd Edition. 2018;1-12.
• World Health Organization. Facts Sheets : Familiy Planning/Contraception. 8 February 2018. (Diakses pada tanggal 14 Mei 2020 dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/family-planning-contraception)
• Rosmawaty. Faktor Penyebab Rendahnya Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Jurnal Ilmiah Kesehatan IQRA. 2017;5(1):1-7.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; 2014.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2019.
• Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
• Cunningham FG. Obstetric Williams: Contraception 25th Ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018.
• Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Peraturan Kepala BKKBN no. 24 tahun 2017 tentang Pelayanan Keluarga Berencana
Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran. 2017.