Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


( Asuhan Keperawatan pada pasien Cedera Kepala Berat )
 

Dosen Pembimbing
Ns. Yarwin Yari, S.Kep, M.Biomed
Kelompok II
Anggota : Nim:
Desi Setiyawati (181011)
Devi Wulandari (181012)
Disa Natalia (181133)
Eka Ayu Ernawati ( 181014 )
Eka Putri Injani Zai (181053 )
Definisi

Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit


kepala, tengkorak dan otak. (Morton, 2012).

Cedera kepala merupakan masalah yang sering ditemukan


dimasyarakat dengan tingkat disabilitas tinggi. Cedera
kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat
menyebabkan gangguan fisik dan mental yang kompleks.
Gangguan yang ditimbulkan bersifat sementara maupun
menetap, seperti defisit kognitif, psikis, intelektual, serta
gangguan fisiologis lainnya (Kadek, 2014).
Etiologi
Mekanisme cedera kepala meliputi cedera kepala akselerasi, deselerasi, akselerasi-
deselerasi, coup conture coup , dan cedera kepala ratasional. (Nurarif, 2013)

• Cedera akselerasi, terjadi ketika objek bergerak menghantam kepala yang tidak
bergerak (contoh, peluru yang ditembakan ke kepala)
• Cedera deselerasi, terjadi ketika kepala bergerak menyentuh objek yang diam
(contoh seperti pada kasus tabrakan mobil ketika kepala menyentuh kaca mobil)
• Cedera akselerasi-deselerasi, terjadi jika dalam kasus kecelakaan lalu lintas atau
kekerasan fisik
• Cedera coup conture coup, terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan otak
bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat mengenai area tulang tengkorak
yang berlawanan serta area kepala yang pertama kali terbentuk. (contoh, pasien
yang dipukul di area belakang)
• Cedera ratasional, terjadi jika pukulan atau benturan yang kuat sehingga
menyebabkan peregangan atau robeknya neuron dalam substansia otak dengan
bagian dalam tengkorak.
Patofisiologi
Proses Patofisiologi cedera otak dibagian menjadi dua yang didasarkan pada
asumsi bahwa kerusakan otak pada awalnya disebabkan pada kerusakan fisik
yang lalu diikuti oleh patologis yang terjadi segera dan sebagian besar bersifat
permanen dari tahap itu Arifin (2002) membagi cedera kepala menjadi dua :

1. cedera otak primer


Cedera otak primer ( COP) adalah cedera yang terjadi sebagai akibat
langsung dari efek mekanik dari luar pada otak yang menimbulkan kontusio dan
laserasi parenkim otak dan kerusakan akson pada subtantia alba hemisper
otak hingga batang otak

2. cedera otak skunder


Cedera otak skunder ( COS ) yaitu cedera otak yang terjadi akibat proses
metabolisme dan homeostastis ion sel otak, hemodinamika intrakranial dan
komparlement cairan serebroospinal (CSS) yang dimulai segerah setelah
trauma tetapi tidak tampak secara klinis segera setelah trauma.
Secara garis besar cedera kepala sekunder pasca trauma
diakibatkan oleh beberapa proses dan faktor dibawah ini :

A. lesi massa, pergeseran garis tengah dan herniasi yang


terdiri dari :perdarahan intracranial dan edema serebral

B. iskemik cerebri yang diakibatkan oleh : penurunan


tekanan perfusi serebral, hipotensi arterial, hipertensi
intracranial, hiperpireksia dan infeksi hipokalsemia/ anemia
dan hipotensi vasospasme serebri dan kejang
Proses inflamsi terjadi segera setela trauma yang
ditandai dengan aktifasi substansi mediator yang
menyebabkan dilatasi pembulu darah, penurunan aliran
darah, dan mermeabilitas kapiler yang meningkat.
T
A 1. Nyeri yang menetap dan atau setempat
N 2. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada
fraktur kubah cranial
D 3. Fraktur dasar tengkorak : hemorasi dari
hidung, faring atau telinga dan darah terlihat
A dari konjungtiva, memar diatas mastoid ( tanda
batel ) otoreaaserebro spiral ( cairan cerebros
keliar dari telinga )
& 4. Minoreaserebrospiral ( les keluar dari hidup )
5. Leserasi ayau kontusio otak ditandai oleh cairan
spinal berdarah
G 6. penurunan kesadaran
E 7. Pusing atau berkunang - kunang. Absobsi cepat
les dan penurunan volume intravaskuler
J 8. Peningkatan TIK
A 9. Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralysis
edkstremita
L 10. Peningkatan TD
A
PENANGANAN KEGAWATAN

Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub


kutan membuatluka mudah dibersihkan dan diobati.
Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan benda asing dan
meminimalkan masuknya infeksi sebelum laserasi ditutup.

1. menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris


dan muntahan : lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang
serfikal segaris dengan badan dengan memasang collar
cervikal, pasang guedel/mayo bila dapat ditoleril. Jika
cedera orofasial menggunakan jalan nafas, maka pasien
harus diintubasi.
2. menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas
spontan/tidak. Jika tidak beri O2 melalui masker O2. Jika pasien
bernafas spontan selidiki danatasi cedera dada berat spt
pneumotoraks tensif, hemopneumotoraks. Pasang oksimeter nadi
untuk menjaga saturasi O2 minimum 95%. Jika jalan nafas pasien
tidak terlindung bahkan terancam/memperoleh O2 yang adekuat
(pa O2>95% dan pa CO2 <40% mmHg serta saturasi O2 >95% )
atau muntah maka pasien harus diintubasi serta difentilasi oleh
alhi anastesi.

3. menilai sirkulasi : otak yang rusak tidak mentoleril hipotensi.


Hentikan semua perdarahan dengan menekan arterinya.
Perhatikan adanya cedera intraabdomen atau dada. Ukuran dan
cacat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah pasang EKG.
Pasang jalur intravena yang besar. Berikan larutan koloit
sedangkan larutan keristaloit menimbulkan eksaserbasi edema.
4. obati kejang : kejang konvulsif dapat terjadi setelah
cedera kepala dan harus diobati mula-mula diberikan
diazpam 10mgintravena perlahan lahan dan dapat
diulangi 2x jika masih kejang. Bila tidak berhasil
berikan fenitoin 15mg/kgBB

5. menilai tingkat keparahan : CKR, CKS, CKB6. Pada


semua pasien dengan cedera kepala dan atau leher
lakukan foto tulang belakang servikal (proyeksi A-P,
lateral dan odontoid), kolar sevikal baru dilepas
setelah dipastikan bahwa seluruh keservikal C1-C7
normal
7. Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat : pasang
infus dengan larutan normal salin ( Nacl 0,9% ) atau RL cairan isotonis
lebih efektif mengganti volume intravaskuler daripada cairan hipotonis
dan larutan ini tidak menambah edema cerebri lakukan pemeriksaan : Ht,
periksadarah perifer lengkap, trombosit, kimia darah.

NOTE
Lakukan CT scan pasien dengan CKR,CKS,CKB harus di evaluasi adanya
1. hematoma epidural
2. darah sub arachnoid dan intraventrikel
3. kontusio dan perdarahan jaringan otak
4. edemacerebri
5. pergeseran garis tengah
6. frakturkranium
7. pada pasien koma (skor GCS < 8 ) atau pasien dengan tanda-tanda
herniasi lakukan : elevasi kepala 30, hiperventilasi, berikan monitor 20%
satu gr/kgBB
Kasus :

Tn. M 47 tahun dibawa ke rumah sakit IGD menggunakan mobil pada tanggal
29 september 2020 oleh keluarga klien. Keluarga klien mengatakan , klien
tidak sadarkan diri ± 2 jam sebelum masuk rumah sakit karena kecelakaan
lalu lintas ditabrak oleh motor di jalan jalur, keluarga mengatakan keadaan
klien muntah-muntah dengan mengeluarkan cairan darah konsistensi cair
pekat. Lalu klien segera dibawa ke Rumah Sakit . Sesampainya di RS klien
dengan penurunan kesadaran GCS 3 (E1M1V1) langsung masuk keruangan
perawatan Prioritas 1 (Triage Merah) dan dilakukan tindakan membersihkan
jalan nafas dan memasang ETT serta alat bantu nafas ventilator pada tanggal
29 September 2020 jam 09.00 WIB.Pada tanggal 29 September pukul 09:30
di lakukan pengkajian kasus keperawatan dan didapatkan hasil klien
mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 2t (E1VtM1), terpasang monitor,
terpasang monitor EKG, terpasang IVFD Ringerfundin gtt 20x/menit,
terpasang kateter, TD= 100/60 mmHg , RR= 30x/menit, T= 37,50C, HR=
65x/menit SpO2 80% , adanya jejas di daerah mata, pipi, luka di bagian
kepala belakang sebelah kanan berukuran 3cm dan terdapat darah dari mulut.
Adanya jejas di daerah mulut.Keluarga mengatakan Klien dulunya belum
pernah mengalami kecelakaan berat seperti sekarang ini dan juga tidak ada
riwayat penyakit kronis dan akut sebelumnya seperti hipertensi dan DM.
DONE

ANY QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai