P07120112002
2. AMIRA AULIA
P07120112004
3. DEVI OKTAVIANA
P07120112014
4. FARID ZUWAENI
P07120112021
P07120112024
6. JUNIAWAN SUTRISMA
P07120112033
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA KEPALA
I. KONSEP DASAR TEORI
A
PENGERTIAN
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak
Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma
pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma
yang terjadi (sylvia anderson Price, 1985)
Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi
setelahtrauma kepala ,yang dapat melibatkan kulit kepala ,tulang dan jaringan otak
ataukombinasinya (Standar Pelayanan Medis ,RS Dr.Sardjito)
Cedera kepala merupakan proses diman terjadi trauma langsung ataudeselerasi
terhasdap kepala yang menyebabkan kerusakan tenglorak dan otak.(Pierce Agrace &
Neil R. Borlei, 2006 hal 91)
ANATOMI
1.
Kulit kepala
Pada bagian ini tidak terdapat banyak pembuluh darah. Bila robek, pembuluhpembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi yang dapat menyebabkan
kehilangan darah yang banyak. Terdapat vena emiseria dan diploika yang dapat
membawa infeksi dari kulit kepala sampai dalam tengkorak(intracranial) trauma
dapat menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi, atau avulasi.
2.
Tulang kepala
a.
Terdiri dari calvaria (atap tengkorak) dan basis eranium (dasar tengkorak).
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuibis tulang tengkorak disebabkan
oleh trauma. Fraktur calvarea dapat berbentuk garis (liners) yang bisa non
impresi (tidak masuk / menekan kedalam) atau impresi. Fraktur tengkorak
dapat terbuka (dua rusak) dan tertutup (dua tidak rusak).
b.
dinding luar (tabula eksterna) dan dinding dalam (labula interna) yang
mengandung alur-alur artesia meningia anterior, indra dan prosterion.
Perdarahan pada arteria-arteria ini dapat menyebabkan tertimbunya darah
dalam ruang epidural.
3.
Durameter adalah membran luas yang kuat, semi translusen, tidak elastis
menempel ketat pada bagian tengkorak. Bila durameter robek, tidak dapat
diperbaiki dengan sempurna. Fungsi durameter :
1) Melindungi otak.
2) Menutupi sinus-sinus vena ( yang terdiri dari durameter dan lapisan
endotekal saja tanpa jaringan vaskuler ).
3) Membentuk periosteum tabula interna.
b.
Asachnoid adalah membrane halus, vibrosa dan elastis, tidak menempel pada
dura. Diantara durameter dan arachnoid terdaptr ruang subdural yang
merupakan ruangan potensial. Pendarahan sundural dapat menyebar dengan
bebas. Dan hanya terbatas untuk seluas valks serebri dan tentorium. Venavena otak yang melewati subdural mempunyai sedikit jaringan penyokong
sehingga mudah cedera dan robek pada trauma kepala.
c.
Piameter adalah membran halus yang sangat kaya dengan pembuluh darah
halus, masuk kedalam semua sulkus dan membungkus semua girus, kedua
lapisan yang lain hanya menjembatani sulkus. Pada beberapa fisura dan
sulkus di sisi medial homisfer otak. Prametar membentuk sawan antar
ventrikel dan sulkus atau vernia. Sawar ini merupakan struktur penyokong
dari pleksus foroideus pada setiap ventrikel.
Diantara arachnoid dan piameter terdapat ruang subarachnoid, ruang ini
melebar dan mendalam pada tempat tertentu. Dan memungkinkan sirkulasi
cairan cerebrospinal. Pada kedalam system vena.
4.
Otak
Otak terdapat didalam iquor cerebro Spiraks. Kerusakan otak yang dijumpai
pada trauma kepala dapat terjadi melalui 2 campuran : 1. Efek langsung trauma
pada fungsi otak, 2. Efek-efek lanjutan dari sel-sel otakyang bereaksi terhadap
trauma.
a.
Apabila terdapat hubungan langsung antara otak dengan dunia luar (fraktur
cranium terbuka, fraktur basis cranium dengan cairan otak keluar dari hidung
/ telinga), merupakan keadaan yang berbahaya karena dapat menimbulkan
peradangan otak.
b.
5.
2.
3.
Berdasarkan mekanisme
a.
b.
Cidera tembus
Berdasarkan morfologinya
a.
Fraktur tengkorak
b.
Lesi intrakranial
b.
c.
ETIOLOGI
Menurut Cholik Harun Rosjidi & Saiful Nurhidayat, (2009 : 49) etiologi cedera
kepala adalah :
1.
2.
Jatuh.
3.
Pukulan.
4.
Kejatuhan benda.
5.
6.
Cedera lahir.
7.
Luka tembak.
PATOFISIOLOGI
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya
kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan
gangguan
biokimia
otak
seperti
penurunan adenosis
tripospat,
perubahan
permeabilitas vaskuler, patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu
cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan
suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat
memberi dampat kerusakan jaringan otat. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat
dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia,iskemia dan perdarahan.
Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma,
berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma
akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan
intra cerebral, hematoma adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral.
Kematian pada penderita cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan
autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan
berakhir pada iskemia jaringan otak (Tarwoto, 2007).
MANIFESTASI KLINIS
1.
2.
3.
4.
Fase Emergency
a.
Memar
b.
Hematum
c.
Perdarahan telinga
d.
Kehilangan kesadaran
b.
c.
Disorientasi ringan
b.
c.
Sakit kepala
d.
Mual muntah
e.
Vertigo
f.
Gangguan pendengaran
b.
c.
Abnormal ekstremitas
d.
Edema otak
e.
Hemiparase
f.
Kejang
KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi akibat dari cedera Kepala antara lain :
1.
Hemoragik.
2.
Infeksi.
3.
Edema.
4.
Pneumonia.
5.
Kejang.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
2.
3.
4.
BAER ( Brain Auditori Evoker Respon ) : menentukan fungsi korteks dan batang
otak.
5.
6.
7.
PENATALAKSANAAN MEDIK
Penatalaksanaan klien cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya cedera dan
dilakukan menurut prioritas, yang ideal penatalaksanaan tersebut dilakukan oleh tim
yang terdiri dari perawat yang terlatih dan dokter spesialis saraf dan bedah saraf,
radiologi, anastesi, dan rehabilitasi medik. Klien dengan cedera kepala harus dipantau
terus dari tempat kecelakaan, selama transportasi : di ruang gawat darurat, unit
radiology, ruang perawatan dan unit ICU sebab sewaktu-waktu dapat berubah akibat
aspirasi, hipotensi, kejang dan sebagainya. Menurut prioritas tindakan pada cedera
kepala ditentukan berdasarkan beratnya cedera yang didasarkan atas kesadaran pada
saat diperiksa.
1.
b.
suatu
proses
yang
sitematis
dalam
mengumpulkan
data
dari
2.
b.
c.
d.
9) Neurosensoro
Gejala : kehilangan kesadaran, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinnitus, kehilangan pendengaran, Perubahan dalam penglihatan
seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang,
fotopobia.
Tanda : perubahan status mental ( oreintasi, kewaspadaan, perhatian /
konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi atau tingkah laku dan
memori ). Perubahan pupil ( respon terhadap cahaya simetris ),
Ketidakmampuan
kehilangan
pengideraan
seperti
pengecapan,
postur dekortikasi
atau
deselebrasi,
kejang sangat
3.
Pengkajian primer
a.
Airway
1) Adakah obstruksi benda asing?
2) Adakah fraktur tulang wajah, mandibula?
3) Head tilt/Chin Lift
4) Modified Jaw Thrust (C-spine immobilization)
5) Oropharyngeal Airway (OPA)
6) Nasopharyngeal Airway (NPA)
7) Look :
Pasien bicara dengan jelas berarti airway aman ada sumbatan jalan nafas
?, darah di mulut hidung, sisa makanan, muntahan, benda asing di
airway?
8) Listen
Suara serak / parau, batuk, riwayat menghirup asap panas=obstruksi
parsial Suara berkumur, gurgling=ada cairan di airway Stridor
b. Breathing
1) Look, listen and feel :
a) Lihat apakah ada pergerakan dada
b) Dengarkan apakah ada suara nafas
c) Rasakan apakah ada nafas yang keluar dari hidung / mulut
2) Ada tidak nafas ?
3) Frekwensi nafas, irama nafas
4) Kualitas pernafasan, suara nafas
5) Simetris / asimetris
6) Pernafasan dada/perut
7) tanda distress pernafasan : gerak cuping hidung, tegangnya otot bantu
nafas, tarikan otot antar iga / supra sternal
8) flail chest
c.
Circulation
1) Raba denyut nadi : radialis, cubiti, femoralis, karotis
2) Raba denyut nadi : radialis, cubiti, femoralis, karotis
3) Hitung frekwensi nadi, irama
4) Keteraturan denyut
5) Besar volume denyut
6) Kekuatan denyut
7) Perfusi perifer : akral hangat, dingin
8) Kapilary refill n < / = 2 dtk
9) Diaphoresis : TD, Suhu
10) Cianosis
11) Anemis
d. Disability
Disability dysfunction of CNS
1) Kesadaran : adanya gangguan SSP, (brain, spinal)
2) Mengkaji kesadaran dengan AVPU
3) Mengakaji adanya tanda gangguan pada brain, spinal
A : Alert, sadar penuh, respon bagus
V : Verbal, kesadaran menurun, berespon terhadap suara
P : Pain, kesadaran menurun, tidak berespon terhadap suara, berespon
terhadap rangsangan nyeri
U : Unressponsif, kesadaran menurun, tisdak berespon terhadap suara,
tidak berespon terhadap nyeri
GCS
4) Eye
5) Motorik
6) Verbal
7) Exposure : Cari jejas, luka, trauma yang tersembunyi
4.
Pengkajian sekunder
a.
Kepala :Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar
dan membrana timpani, cedera jaringan lunak periorbital
b.
c.
d.
Dada : Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan jantung,
pemantauan EKG
e.
Abdomen : Kaji adanya luka tembus abdomen, pasang NGT dengan trauma
tumpul abdomen
f.
Pelvis dan ekstremitas : Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah
trauma, memar dan cedera yang lain
B. DIAGNOSA
1.
2.
Resiko tinggi pola napas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskuler (cedera pada
pusat
pernapasan
otak).
Kerusakan
persepsi
atau
kognitif.
Obstruksi
trakeobronkhial.
3.
Resiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif.
Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi
tertekan (penggunaan steroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran
CSS)
4.
Nyeri akut b/d agen cedera fisik (trauma pada kepala) d/d mengeluh sakit kepala,
luka robek pada regio parietal, tampak meringis saat bergerak, skala nyeri 2-10
(0-10)
5.
Gangguan integritas kulit b/d adanya luka sobek ditandai dengan tampak luka
pada kepala.
C. INTERVENSI
1.
Rasional
koma/penurunan
potensial
peningkatan TIK.
2.
Pantau
/catat
neurologis
nilai
standar
GCS.
3. Evaluasi keadaan pupil, Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial okulomotor (III)
kesamaan berguna untuk menentukan apakah batang otak masih
ukuran,
antara kiri dan kanan, baik. Ukuran/ kesamaan ditentukan oleh keseimbangan
reaksi terhadap cahaya.
4. Pantau
vital:
tanda-tanda
TD,
nadi,
6. Turunkan
stimulasi
tekanan serebral.
tenang.
7. Bantu
pasien
menghindari
/membatasi
batuk,
muntah, mengejan.
kepala
indikasi/yang
dapat ditoleransi.
9. Batasi
pemberian
10. Berikan
oksigen
tambahan
sesuai
indikasi.
11. Berikan
obat
indikasi,
diuretik,
antikonvulsan,
analgetik,
antipiretik.
2.
Intervensi
1. Pantau
Rasional
irama,
pernapasan.
ketidakteraturan
pernapasan.
2. Pantau
dan
kompetensi
catat
reflek
gag/menelan
dan
kemampuan
pasien
napas
sesuai
indikasi.
3. Angkat kepala tempat
tidur sesuai aturannya,
posisi miirng sesuai
indikasi.
4. Anjurkan pasien untuk Mencegah/menurunkan atelektasis.
melakukan
napas
6. Auskultasi
napas,
daerah
dan
analisa
darah,
gas
tekanan
oksimetri
ronsen Melihat kembali keadaan ventilasi dan tanda-
8. Lakukan
thoraks ulang.
9. Berikan oksigen.
10. Lakukan
fisioterapi
3.
Resiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif.
Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi
tertekan (penggunaan steroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran
CSS)
Tujuan: Mempertahankan normotermia, bebas tanda-tanda infeksi.
Kriteria evaluasi:Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.
Intervensi
1. Berikan
Rasional
tehnik
mengalami
suhu
tubuh
teratur,
catat
adanya
demam,
menggigil,
diaforesis
(penurunan
kesadaran).
untuk Peningkatan mobilisasi dan pembersihan sekresi paru
napas untuk menurunkan resiko terjadinya pneumonia,
4. Anjurkan
melakukan
latihan atelektasis.
dalam,
pengeluaran
paru
sekret
secara
menerus.
terus
Observasi
karakteristik sputum.
5. Berikan
antibiotik
sesuai indikasi
4.
Nyeri akut b/d agen cedera fisik (trauma pada kepala) d/d mengeluh sakit kepala,
luka robek pada regio parietal, tampak meringis saat bergerak, skala nyeri 2-10
(0-10)
Tujuan : Diharapkan nyeri akan berkurang
Kriteria hasil :
1.
2.
3.
Rasional
hal
adanya
distraksi
utk
penting
teknik
relaksasi
seperti
teknik
5.
Gangguan integritas kulit b/d adanya luka sobek ditandai dengan tampak luka
pada kepala.
Tujuan : kerusakan integritas kulit dapat teratasi
Dengan kriteria hasil : Menunjukkan regenerasi jaringan
Intervensi
Rasional
informasi
dasar
1. Kaji atau catat ukuran warna 1. Memberikan
tentang kebutuhan penanaman kulit
kedalaman
luka,
perhatikan
dan kemungkinan petunjuk tentang
jaringan metabolik dan kondisi
sirkulasi pada area grafik.
2. Menyiapkan jaringan tubuh untuk
sekitar luka
penanaman dan menurunkan resiko
2. Berikan perawatan luka bakar yang
infeksi.
tepat dan tindakan control infeksi
Memberikan
pedoman
3. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan
pengisian kapiler dan kekuatan nadi penggantian cairan dan
respon kardiovaskuler.
perifer
D.
IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan
E. EVALUASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
untuk
mengkaji
DAFTAR PUSTAKAN
Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Penerbit Media Aeusculapius FK-UI,
Jakarta
Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia
Hudak C.M., 1994, Critical Care Nursing, Lippincort Company, Philadelphia.
Kuncara,
H.Y,
dkk,
2002, Buku
Ajar
Keperawatan
Medikal-Bedah
Brunner
&