Anda di halaman 1dari 7

QAWAID FIQHIYYAH

(MASA PERKEMBANGAN DAN


PEMBUKUAN)

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Aceng Nuryani
Ahmad kanzi
Eri Hermawan

Universitas Ibnu Chaldun Jakarta


Periode ini dimulai ketika kajian qawaid telah berupa cabang ilmu
tersendiri, yang dimulai dari awal abad ke-4 H dan berlanjut selama
beberapa abad. Periode ini dicatat pula sebagai masa mengendornya laju
pertumbuhan pengkajian fikih setelah melalui masa keemasan dan pada
saat itulah para ulama menulisnya.

Imam Abu Thaher al-Dabbas, seorang ulama abad ke-4 H, adalah ulama
yang paling terdahulu menurut riwayat yang sampai kepada kita yang
mengumpulkan qawaid fiqhiyah dan menyusunnya sesuai susunan kitab
fiqh. Beliau mengumpulkan qawaid mazhab Abu Hanifah dalam 17
kaidah., di abad ke 5 sudah tidak lagi ditemukan kitab tersebut, begitupun
di abad ke 6, kecuali kitab idhah al-qawaid yang ditulis oleh Imam
Alaiddin Muhammad bin Ahmadal-Samarqandi (540 H)
Diantara qawaid itu adalah qawaid asasiah yang
terkenal

‫األمور بمقاصدىا‬

‫اليقين ال يزول بالشك‬ ‫المشقة تجـلب التيسير‬

‫الضرر يزال‬ ‫العادة محكمة‬

Abad 7
Abad 7
Pada abad ke-7, ilmu ini mulai bekembang walaupun
Padamencapai
belum abad ke-7, ilmu ini mulai bekembang
kematangannya. walaupun
Diantara ulama yang
belum
menonjol dan menulis dalam bidang ini adalalh yang
mencapai kematangannya. Diantara ulama
menonjol
Muhammad bindan menulis
Ibrahim dalam bidang
al-Jajarmy ini adalalh
al-Suhlaki (613 H)
Muhammad bin Ibrahim al-Jajarmy al-Suhlaki (613 H)
yang menulis kitab al-Qawaid fi Furu al-Syafi’iyah
yang menulis kitab al-Qawaid fi Furu al-Syafi’iyah
Abad 8 Abad keemasan penulisan qawaid fiqhiyah. Ulama dari kalangan
Abad 8
Syafi’iyah dalam hal ini mendahului ulama mazhab lain.

Diantara karya dalam qawaid fiqhiyah yang


terpenting dan terkenal

Al-Asybah wa al-Nazha-ir, oleh Ibnu


Wakil al-Syafi’i(716 H)

Kitab al-Qawaid, oleh al-Maqarra


al-Maliki (758)

Al-Majmu' al-Muzhab fi Dhabth Qawaid al-


Mazhab, oleh al-Ala-I al-Syafi'I 9761 H)

Al-Asybah wa al-Nazhair, oleh


Tajuddin al-Subki (771 H)

al-Asybah wa al-Nazhair, oleh


jamaluddin al-Isnawi (772 H)
Abad 9
Abad 9 Ulama meneruskan dan
menyempurnakan usaha ulama abad
sebelumnya

Diantara karya dan


ulamayang menonjol pada
abad ini

Kitab fi al-qawaid, dengan merujuk kepada kitab Ibnu Subki, oleh


Ibnu Mulaqqin (804 H)
Asna al-Maqasid fi Tahrir al-Qawaid, oleh Muhammad bin
Muhammad al-Zubairi (808 H)

Al-Qawaidal-Manzhumah, oleh Ibnu al-Haim al-Maqdisi (815 H)

Al-Qawaid wa al-Dawabith, oleh Ibnu Abdul Hadi (909 H)


Penulisan dalam ilmu ini terus berlanjut. ‘Allamah al-Suyuthi
(910 H) mengumpulkan qawaid yang bertebaran dalam al-Alai,
Abad 10 al-Subki dan al-Zarkasyi dengan menulis kitab al-Asyabah wa
Abad 10
al-Nazhair.

Nah selanjutnya pada abad ke 11 dan abad-abad selanjutnya


ilmu itu terus berkembang dan terputus sepanjang zaman

Fase Kematangan dan Penyempurnaan

Abad X H dianggap sebagai periode kesempurnaan


kaidah fiqh
Salah satu kaidah yang disempurnakan di abad XIII
H adalah
Kaidah tersebut disempurnakan
dengan mengubah kata-kata idznih
menjadi idzn

Seseorang tidak dibolehkan Seseorang tidak


mengelola harta orang lain, diperbolehkan mengelola harta
kecuali ada izin dari pemiliknya orang lain tanpa izin
Pengkodifikasian qawa’id fiqhiyyah mencapai puncaknya
ketika disusun Majallat al-Ahkam al-‘Adliyyah oleh komite
(lajnah) Fuqaha pada masa Sultan al-Ghazi Abdul Azis Khan
al-Utsmani (1861-1876 M) pada akhir abad XIII H. Majallat
al-Ahkam al-‘Adliyyah ini menjadi rujukan lembaga-
lembaga peradilan pada masa itu.

Kitab Majallat al-Ahkam al-‘Adliyyah, yang ditulis dan


dibukukan setelah diadakan pengumpulan dan penyeleksian
terhadap kitab-kitab fiqh, adalah suatu prestasi yang
gemilnag dan merupakan indikasi pada kebangkitan fiqh
pada waktu itu. Para tim penyusun kitab itu sebelumnya
telah mengadakan penyeleksian terhadap kitab-kitab fiqh,
lalu mengkonstruknya dalam bahasa undang-undang yang
lebih bagus dari sebelumya. Kitab Majalllat al-Ahkam
al-‘Adliyyah inilah yang menyebabkan qaidah fiqh semakin
tersebar luas dan menduduki posisi yang sangat penting
dalam proses penalaran hokum fiqh

Anda mungkin juga menyukai